Read More >>"> Code: Scarlet (Mission 14) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Code: Scarlet
MENU
About Us  

Ichimiya melahap roti bakar terakhirnya di piring. Kedua kakinya berayun ringan sembari memperhatikan Ao yang sedang merapikan buku di almari dekat meja makan. Gadis itu kemudian meneguk cokelat panas yang sudah disiapkan Ao berserta roti tadi sebagai sarapan.

 “Gochisousama,” ucap Ichimiya.

“Hari ini kau ada janjikan?” Ao beralih membereskan meja makan. Ichimiya mengangguk memberi jawaban lantas menjatuhkan kepalanya ke atas meja.

Hari ini Ichimiya akan pergi ke perpustakaan bersama teman-temannya untuk mengerjakan tugas musim panas. Kurang beberapa hari lagi liburan mereka usai. Ichimiya maupun Ao akan kembali menjalani aktivitas sekolahnya.

Sementara Ichimiya menunggu jam berlalu, Ao sudah selesai mencuci piring. Pemuda itu kemudian membawa kotak P3K ke teras samping di mana Kyou sudah duduk duluan di sana.

Ichimiya menolehkan kepalanya—masih dalam keadaan di atas meja—memperhatikan Ao yang mulai memosisikan diri duduk di sebelah Kyou. Dengan pelan Kyou menyingsingkan lengan baju kirinya. Perban yang melilit lukanya mulai dilepas.

Kedua alis Ao saling bertautan. Dia heran dengan luka yang tak kunjung sembuh itu. Masih terlihat memerah seperti luka baru. Dia semakin penasaran setiap kali membantu mengobati luka di lengan kiri Kyou.

“Sebenarnya luka akibat apa ini?” Ao mengambil perban. Setelah melilitkannya sebentar dia menyerahkan sisa kain itu pada Kyou.

Kyou tau jika Ao masih belum bisa menerima dirinya sepenuhnya. Tangannya kembali melilitkan perban melanjutkan pekerjaan Ao tadi.

“Itu racunkan?” sahut Ichimiya. Dia menyilangkan kedua tangan di atas meja. Ao juga Kyou mendongak.

“Ichi, sudah waktunya,” ucap Ao sambil menunjuk jam di pergelangan tangannya.

“Gawat. Aku tidak ingin mereka menungguku.” Ichimiya bergegas. Dia meraih tas di kursi sebelahnya lalu menghambur keluar. “Itekimasu,” teriaknya sebelum pintu tertutup rapat.

Kini rumah itu hanya berisikan Ao dan Kyou. Suasana jadi hening karena mereka berdua belum juga akur. Dan ini pertama kalinya mereka menghabiskan waktu bersama tanpa sosok Ichimiya yang kadang bertindak sebagai penengah.

Kyou terdiam memandangi bunga matahari di halaman. Sementara Ao yang duduk tak jauh di belakangnya menatap ke arah meja makan di mana Ichimiya sudah tak lagi di sana. Jam di ruang tamu berdetak keras. Suara kipas angin di sudut ruangan terdengar sampai keluar. Terlalu tenang di antara mereka sampai suasana terasa tegang.

“Hah,” Ao menghela napas panjang. Dia bersingsut sedikit memandangi Kyou yang duduk memunggunginya. “Bukan sesuatu yang anehkan jika aku butuh informasi?”

Beberapa menit berlalu sejak Ao berucap. “Ichimiya itu gadis yang baik ya,” kata Kyou akhirnya. Dia mendongak menatap langit biru yang tanpa awan putih sedikitpun.  “Sampai mana dia bercerita tentangku?”

“Sampai kau menolongnya di dekat jembatan dan membawamu ke sini,” dengus Ao.

Beberapa malam sebelumnya Ichimiya banyak bercerita tentang dirinya. Tentang sekolah dan teman-teman barunya. Tentang misi yang mereka jalani sejak gadis itu bebas. Dan juga tentang mimpi yang sering dilihatnya. Dia juga bercerita bagaimana Kyou menolongnya dan bagaimana pemuda itu bisa berakhir di rumah ini.

Ao mendengarkan. Menanggapi setiap cerita yang Ichimiya katakan padanya. Ada kalanya Ao begitu lega saat mendengar Ichimiya bercerita dengan penuh semangat. Senyum bahagianya menjadikan Ichimiya tampak lebih hidup. Ao sempat berpikir jika keputusan yang bagus membiarkan gadis itu sedikit bebas. Ichimiya seperti telah menemukan hidupnya yang dulu hilang.

Namun selain itu Ao juga merasakan kekhawatiran. Mimpi yang selalu dialami Ichimiya besar kemungkin itu adalah ingatan masa lalunya. Saat Miyura menemuinya terkahir kali, wanita itu juga mengatakan jika ingatan Ichimiya bisa kembali kapan saja. Hanya menunggu waktu atau mungkin pemicu. 

Sejak misi bersama Azura malam itu, Ichimiya sering melihat mimpi yang serupa. Dan Ao mungkin bisa menebak-nebak apa pemicunya.

Semua benda. Semua hal yang masih bisa tubuhnya ingat. Semua bisa mengembalikan ingatan Ichimiya dalam sekejap. Sayangnya Ao tidak tau pasti tentang apa itu.

“Apa kau-” kata-katanya terpotong. Ao menahan pertanyaannya. Sejak dulu ingin sekali dia bertanya tentang hal ini. Namun sangat sulit untuk menanyakannya pada orang lain. Dan sekarang ini adalah kesempatannya. “Apa kau pernah bertemu Ichimiya saat berada di Distrik 1?”

Jantung Ao berdetak kencang. Dadanya terasa berat. Pertanyaan yang sudah lama ingin dia tanyakan pada anak dari Distrik 1.

Kyo menoleh. Dia tersenyum. Dari senyumnya tersamar sebuah kesedihan. “Saat di sana kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Dipisahkan, dimasukkan dalam lab yang berbeda. Satu persatu dari kami dibawa ke suatu ruangaan.” Kyou menatap telapak tangannya. Dia masih ingat bagaimana dirinya diperlakukan di Distrik 1. “Aku ingat jelas ruang itu. Lalu mereka yang mencoba untuk membuatku tak sadarkan diri.” Tatapannya berubah kosong. “Lampu yang begitu terang. Suara tangisan anak-anak yang lain karena ketakutan. Benar juga, dulu kukira mereka akan menyembuhkanku, tetapi….” Kyou tersenyum lebar menatap tangannya yang mulai gemetar. “Aku.. masih ingat rasa sakitnya…”

“Kyou..” Kyou menoleh. Dia melihat Ao menepuk bahunya pelan. Melihat tatapan Ao yang menatapnya khawatir, Kyou mulai tersadar. Segera dia menghadap samping dan merebahkan tubuhnya di lantai teras. Kembali dia memunggungi Ao.

“Aku.. terpisah dari adikku di sana,” lanjutnya pelan.

Ao tertunduk merasa bersalah. “Maaf.”

Inilah yang ditakutkan olehnya. Semua yang mereka ingat besar kemungkinan hanyalah rasa takut yang tak kunjung usai. Dan yang terjadi pada Ichimiya pastilah sama.

“Tapi, aku tidak pernah bertemu dengan Ichimiya di sana,” ungkap Kyou.

“Begitu ya. Terima kasih. Dan aku minta maaf, sungguh.”

Tidak ada tanggapan. Kembali suasana hening. Ao masih merasa bersalah. Dalam hati dia merutuki dirinya. Seharusnya pertanyaan itu selamanya dia pendam. Seharusnya dia tau jawaban apa yang akan dia dapat. Masa lalu mereka semua hanya penuh penderitaan.

***

Pintu kulkas terbuka lebar. Ao berdiri sambil memegang secarik kertas. Dia sedang berpikir untuk pergi berbelanja.

Inginnya sehari sebelum dia kembali ke Distrik 3 sekalian membeli kebutuhan Ichimiya juga. Namun hari ini ternyata persediaan mereka menipis dan mungkin tidak akan cukup sampai makan malam besok.

Setelah mencatat apa yang perlu dibeli, Ao mengambil dompetnya di kamar. Saat menuruni tangga dia melihat Kyou tengah duduk di sofa sambil membaca buku.

Ao berlalu begitu saja. Setelah memakai sepatu dan membuka pintu, Ao tehenti. Dia merasakan suasana rumah yang amat sepi seperti tak berpenghuni. Lalu dia ingat Ichimiya yang tinggal sendirian. Kemudian sosok Kyou telintas di benaknya. Tentang hari-hari yang mereka lewati bersama di rumah ini. Tentang tadi pagi dan cerita menyakitkan itu.

Pintu kembali tertutup. Ao kembali masuk ke dalam dan melihat Kyou yang masih membaca sendiri.

“Hei, temani aku berbelanja,” ucap Ao sedikit keras.

Kyou menoleh. “Kenapa? Kau bisa belanja sendiri kan?” tanggap Kyou seperti biasa. Cuek pada Ao.

“Aku perlu membeli kebutuhan yang lain. Cepat bersiap atau tidak ada makan malam untukmu,” ancam Ao.

Kyou mendengus. Menutup buku dan mengambil jaketnya di lantai atas. Dia berjalan turun dengan malas menuju pintu.

“Benar tidak apa-apa? Kau menyuruhku untuk tidak keluar rumah bukan? Bukankan akan gawat jika mereka tau aku di sini?”

“Tidak. Kau juga perlu keluar rumah. Setidaknya itu lebih baik dari pada menunggu sendiri di sini,” ucap Ao. Dia kembali memakai sepatunya dan keluar rumah duluan.

“Aku tidak pernah mengerti dengan pemikiranmu,” dengus Kyou.

***

“Ini benar-benar banyak. Apa yang akan kau masak dengan bahan sebanyak ini?” Kyou termangu di depan pintu supermarket. Kedua tangannya penuh dengan kantung belanjaan. Ada 4 kantung besar yang dibawanya. Dan terasa berat juga.

Sementara Ao masih melihat daftar kecil di tanganya. Pemuda itu berpikir keras seperti melupakan sesuatu.

“Ah, aku ingat. Bisakah kau tunggu di taman situ. Aku akan segera kembali.” Ao berlari meninggalkan Kyou sendirian.

“Hei! Setidaknya bantu aku membawa semua ini!”

Ao sudah terlanjur pergi dan tidak mendengar teriakan Kyou.

Dengan susah payah dia berjalan ke taman kecil dekat supermarket. Ditaruhnya 4 kantung belanjaan itu di kursi taman. Kyou menggerakkan tangan kirinya. Masih terasa nyeri sesekali, tapi rasanya dia sudah tidak apa-apa.

Kyou menatap langit. Langit yang tadinya cerah kini dipenuhi awan kelabu di beberapa titik.

“Hujan kah?”

Menjelang pergantian musim, hujan yang tiba-tiba turun biasa terjadi. Bahkan di musim panas sekalipun.

Mengingat jika musim panas akan berakhir membuat Kyou berpikir untuk segera pergi dari rumah Ichimiya. Dia memang tidak bisa menetap di sana. Dan lagi sudah kesepakatannya dengan Ao jika dirinya hanya tinggal sampai lukanya sembuh.

Ada perasaan senang saat mereka memperbolahkannya tinggal sementara.

“Hah, aku pasti akan merindukan tempat itu,” gumam Kyou. Dia bersandar ke pohon dekat tempat duduknya.

Selama ini dirinya selalu pergi dari satu tempat ke tempat lain. Kyou bebas pergi ke manapun dia suka. Bahkan di tempat Zero dia hanya sebatas mampir saja. Tidak pernah ada tempat yang benar-benar bisa dikatakan tempatnya pulang.

Memang begitulah hidupnya setelah keluar dari Distrik 1. Setidaknya kehidupannya sekarang lebih baik dari dulu.

“Kyou, jangan melamun saja.” Ao datang dengan 2 kantung belanjaan lagi.

“Dari mana saja kau?”

“Pusat perbelanjaan di dekat stasiun.” Ao mengambil sesuatu dari salah satu kantung belanjaannya. “Ini makanlah. Masih lama sampai jam makan malam.”

Ao menyodorkan taiyaki yang masih hangat. Dia juga memakan taiyaki bagiannya.

“Bukankah tempat itu jauh dari sini?” Kyou meraih taiyaki-nya. “Tapi cepat sekali kau sampai.”

“Hmm, kau tidak lihat aku tadi berlari. Lagipula kau akan menunggu lama nanti. Lihat, akan turun hujan. Aku tidak suka cuaca seperti ini.”

Ao mengambil 2 kantung belanjaan yang tadi dibawa Kyou. Kedua tangannya sekarang membawa 4 kantung penuh bahan makanan juga keperluan di rumah. Kembali dia menatap langit yang berwarna kelabu di semua penjuru.

“Ayo kita pulang. Aku tidak mau kehujanan.” Ao berjalan memimpin.

Kyou termangu di tempat. Masih memegang taiyaki miliknya. Pemuda itu menatap Ao dalam diam.

“Pulang?” ucapnya lirih. Namun Ao bisa mendengarnya.

“Ya, ayo kita pulang ke rumah.” Ao berbalik, menatap Kyou dengan yakin. “Cepatlah. Aku tidak mau menunggumu berlama-lama melamnun di situ.”

Sudut bibir Kyou terangkat. “Aku juga tidak mau kehujanan.” Segera dia meraih 2 kantung belanjaan yang tersisa dan berlari menyusul Ao.

Dalam perjalanan pulangnya dia memakan taiyaki dengan senang. Kyou belum pernah merasakan taiyaki seenak ini sebelumnya. Dia melirik Ao yang berjalan di sebelahnya. Ao mengerutkan keningnya seperti memkirkan sesuatu.

“Aku penasaran. Apa Ichi bisa memasak sendiri ya?” gumam Ao.

“Kau terlalu memanjakannya,” tanggap Kyou.

“Mungkin benar.”

Kyou kembali tersenyum. “Terima kasih,” ucap Kyou tiba-tiba.

Ao menoleh. Mendapati ekspresi Kyou berbeda dari biasanya. Pemuda itu lebih ceria meski senyum nakalnya masih ada.

Ucapan terima kasih barusan tidak dijawab Ao ataupun dipertanyakan.

Ao berpikir jika hubungan mereka saat ini jadi lebih baik.

***

Kyou membukakan pintu untuk Ao yang tangannya penuh belanjaan. Saat melepas sepatu, Ao bisa melihat sepatu milik Ichimiya dilepas asal-asalan. Gadis itu pulang lebih dulu dari mereka.

Tadaima,” ucap Ao.

Ichimiya menyebulkan kepalanya dari arah dapur. Dia menghambur meenyambut Ao yang berdiri di depan pintu.

Okaeri, Ao,” sambut Ichimiya dengan senyum. Dia membantu Ao membawa belanjaannya.

“Aku belikan taiyaki untukmu.”

“Terima kasih.” Senyum Ichimiya senang. Lalu dia melirik Kyou yang termangu di depan pintu.

Melihat Ichimiya dan Ao yang begitu akrab seperti keluarga membuat Kyou bertanya-tanya. Bolehkan dirinya ikut brgabung dalam senyum hangat itu? Bisakahn dirinya menjadi bagian keluarga kecil ini?

Di saat dia melihat Ichimiya melihatnya heran, Ao malah melihatnya tenang. Dari tatapannya terpancar kepercayaan dan memberikan Kyou sedikit keyakinan. Kyou merasa Ao sudah menerimanya. Tatapan yang ditunjukkannya bukan lagi memancarkan kebencian dan permusuhan.

Kyou tidak pernah membayangkan akan pulang ke sebuah rumah yang hangat. Berdiri di depan pintu lantas mengucapakan kata itu.

Ta-tadaima..” ucapnya pelan. Tatapanya masih tertuju pada dua orang di hadapannya.

Ichimiya yang tadi merasa heran kini tersenyum kepadanya. “Okaeri, Kyou-kun.”

Okaeri. Mau sampai kapan kau berdiri di situ?” Begitupun Ao yang menyambutnya dengan senyuman.  

Air di sudut mata Kyou sampai hampir menetes. Dia yakin jika dirinya akan benar-benar merindukan tempat ini. Walau hanya sebentar, setidaknya dia bisa merasakan menjadi bagian keluarga kecil Ichimiya juga Ao.

 

Gochisousama = menunjukkan rasa menghargai/menghormati dan rasa terima kasih. Biasanya diucapkan setelah makan.

Itekimasu = aku berangkat

Tadaima = aku pulang

Okaeri = selamat datang kembali

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (11)
  • HananArrahman

    Idenya sudah bagus. Tapi penyampaiannya masih terlalu bertele2. Coba kamu sederhanakan lagi kalimat2nya. Jangan alih2 membuat detail kamu terjebak pengulangan kalimat dan jadi klise. Salam.

    Comment on chapter Mission 1
Similar Tags
Under a Falling Star
739      452     7     
Romance
William dan Marianne. Dua sahabat baik yang selalu bersama setiap waktu. Anne mengenal William sejak ia menduduki bangku sekolah dasar. William satu tahun lebih tua dari Anne. Bagi Anne, William sudah ia anggap seperti kakak kandung nya sendiri, begitupun sebaliknya. Dimana ada Anne, pasti akan ada William yang selalu berdiri di sampingnya. William selalu ada untuk Anne. Baik senang maupun duka, ...
The Eye
393      257     2     
Action
Hidup sebagai anak yang mempunyai kemampuan khusus yang kata orang namanya indigo tentu ada suka dan dukanya. Sukanya adalah aku jadi bisa berhati-hati dalam bertindak dan dapat melihat apakah orang ini baik atau jahat dan dukanya adalah aku dapat melihat masa depan dan masa lalu orang tersebut bahkan aku dapat melihat kematian seseorang. Bahkan saat memilih calon suamipun itu sangat membantu. Ak...
Dua Warna
444      325     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Letter hopes
916      514     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
12949      2594     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
Story of April
1604      671     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Rembulan
806      445     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
NADA DAN NYAWA
13475      2564     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Premium
KLIPING
2584      1416     1     
Romance
KLIPING merupakan sekumpulan cerita pendek dengan berbagai genre Cerita pendek yang ada di sini adalah kisahkisah inspiratif yang sudah pernah ditayangkan di media massa baik cetak maupun digital Ada banyak tema dengan rasa berbedabeda yang dapat dinikmati dari serangkaian cerpen yang ada di sini Sehingga pembaca dapat memilih sendiri bacaan cerpen seperti apa yang ingin dinikmati sesuai dengan s...
Lost in Drama
1757      671     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...