PROLOG
"Andaikan sebuah luka itu adalah hal yang abadi. Maka obat yang paling pantas untuk mengobati luka adalah keterbiasaan menahan rasa sakit."
***
SENJA kali ini Jakarta lagi-lagi diguyur hujan. Selalu begitu sejak bulan Juni lalu. Terlihat beberapa pejalan kaki melangkah tergesa dengan payung di tangan dan sebagian lagi memilih berteduh di emperan toko bersama pengendara motor yang tidak membawa mantel. Bunyi klakson terdengar bersahutan karena macet yang tidak kunjung usai sejak beberapa jam yang lalu, menyisakan umpatan dari pengendaranya.
Dari balik jendela kafe, Lamanda memperhatikan jalanan di hadapannya. Ia dapat merasakan tangannya yang mulai mendingin. Sesekali ia mencoba menarik napas dengan susah payah karena dadanya terasa sesak, keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya. Ia ingin berlari masuk ke dalam dan bersembunyi di dapur kafe bundanya ini namun kakinya mendadak tidak bisa digerakkan, seakan saraf motoriknya sudah enggan bekerja. Ia membeku di tempat.
Sebenarnya, Lamanda hanya takut hujan. Hujan yang telah merenggut orang-orang yang ia sayangi tanpa pernah ia duga sebelumya. Hujan yang telah menyisakan luka yang susah untuk mengering dan hilang. Seperti beberapa tahun yang lalu. Saat ia harus merasakan sakitnya luka untuk berkali-kali.
"Please, dont go..." lirihnya ketika melihat seseorang melintas di jalan depan kafe. Orang itu sempat menoleh, hanya sekilas lalu kembali pergi. Tidak peduli pada Lamanda yang kini mulai membekap mulutnya agar isakan yang lolos dari bibirnya tidak terdengar.
Lamanda tahu jika ia egois. Menginginkan seseorang yang tidak akan pernah mungkin kembali untuk tetap tinggal di sampingnya. Lamanda tahu jika ia salah. Tapi salahkan ia jika jauh di dasar hatinya ia belum bisa melupakan orang itu ? Salahkah ia jika ia menginginkan orang itu kembali? Berdiri disampingnya? Memeluknya? Atau bahkan menghapus air matanya yang saat ini seperti enggan untuk berhenti mengalir.
Seharusnya cinta bukan hanya sekedar saling bersama dan memiliki. Cinta yang sejati adalah ketika kita tahu bahwa ia tidak bisa termiliki tapi kita dengan ikhlas tetap menyisakan ruang hati untuknya.
Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk membaca:)
Semoga suka.