Loading...
Logo TinLit
Read Story - LARA
MENU
About Us  

Waktu terus bergulir, dan jam terus berganti. Hari semakin lama semakin berubah menjadi siang, meninggalkan pagi yang sejak tadi telah berlalu. Langit siang kali ini nampak cerah, tak berawan, dan berwarna biru layaknya lautan yang luas.

Kami yang berlindung dibawah naungan langit diterpa oleh angin sepoi-sepoi yang siap membantu siapapun untuk segera menutup matanya, menikmati tenang nya siang hari dengan menghabiskan waktu dihalaman luas sekolah bersama-sama.

Kondisi sekolah kini telah kembali sepi, sebab semua isinya--siswa dan guru--kini telah kembali beraktivitas didalam kelas, melanjutkan pelajaran yang terhenti sebab diselingi oleh jam istirahat siang yang baru saja berakhir.

Berbeda dengan kelas lainnya, kelas ku justru tak sedang belajar didalam kelas. Kami memilih untuk belajar outdoor untuk kali ini, sebab ada kendala didalam kelas yang menganggu proses belajar mengajar kami sejak pagi tadi, ada semacam bau busuk yang memenuhi udara didalam kelas, yang berasal dari salah satu tempat bekal milik salah seorang kawan kelas ku yang sudah lama ia tinggalkan berhari-hari di laci dengan isi yang sudah membusuk dan berjamur. Sebenarnya tak ada masalah jika tempat bekal itu tertutup dan berada didalam laci, tapi masalahnya tempat bekal itu kini telah berada dilantai, dengan isi yang berhamburan.

Berhubung kali ini kami sedang belajar pelajaran seni, maka guru yang bersangkutan memilih untuk mengajar kami ditengah lapangan yang disekitar nya ditumbuhi oleh pepohonan besar yang memiliki daun yang rimbun, membuat kami yang ada dibawah nya dapat merasakan teduh nya bayangan pohon saat siang hari, dan juga membuat kami dapat berpikie kreatif karena sedamg dekat dengan suasana alami.

Kami duduk diatas rumput yang terhindar dari cahaya matahari langsung sesuai dengan kelompok menyanyi yang telah kami pilih masing-masing. Satu kelompok terdiri dari tiga orang, dan sialnya aku terpisah dari Rara dan Aqila yang ku harapkan menjadi teman kelompok ku. Mereka mendapatkan Adipati sebagai pemain gitar, sedangkan Kiana, Eris, dan Ed berada dalam satu kelompok. Bagaimana dengan ku? Aku dipilih sebagai sisa oleh Kiano dan Ryan, sebab tinggal mereka berdua lah yang masih kekurangan dan masih membutuhkan anggota, aku yang terlambat memilih kelompok dengan terpaksa mengiyakan saja tawaran mereka, toh sekarang kami sama-sama saling membutuhkan, jadi tak ada salahnya.

"Jadi gimana? yang mau nyanyi siapa? yang ngegitar siapa?" tanya Kiano yang baru saja bergabung sebab baru saja pergi mengambil gitar dari ruangan seni. "Aku ngga bisa main gitar," kataku lebih dulu sebelum ditawari untuk bermain gitar oleh mereka. "Aku juga nggak mau main gitar," tambah Kiano sambil melihat kearah ku dan Ryan bergantian.

"Yaudah, kalau gitu aku aja yang main gitar," tawar Ryan dan langsung mengambil gitar yang tadinya di pegang oleh Kiano. Kami pun tak protes, sebab kami sudah tahu jika Ryan memang senang bermain gitar. "Kalau nyanyi kamu bisa kan Tar?" sambung Kiano sambil memilih untuk duduk diatas rumput yang ada disamping ku, akupun mengangguk. "Semua orang bisa nyanyi, tapi nggak semua orang punya suara yang bagus," jelasku membuat Kiano dan Ryan memperhatikan ku dengan tatapan penasaran, menunggu lanjutan penjelasan ku. "Maksud nya, aku bisa nyanyi, tapi suara ku jelek," jelasku lagi sambil tertawa kecil.

"Santai aja, disini kita kan cuma dituntut nyanyi sebisa kita, jadi ngga perlu suara bagus," kata Ryan sambil memainkan senar gitar di pangkuannya.

"Iya," tambah Kiano. "Jadi sekarang kita mau nyanyi apa?"

"Aku terserah kalian, asal lagunya bisa diiringin pake gitar," kata Ryan. Kiano pun mengangguk setuju, "gimana kalau yang santai aja? atau melow?"

"Santai aja lah, jangan yang melow," balas Ryan yang membuat Kiano kembali bertanya. "Emang nya kenapa kalau melow?"

"Ya nggak apa-apa," jelasnya sambil masih memetik-metik senar gitar.

"Kalau Best Part gimana?" tawar ku pada yang lain.

"Yang Daniel Caesar?"

"Iya," kataku.

"Bisa, tapi nanti bakalan awkward kalau kita berdua yang nyanyi," kata Kiano. Akupun mengangguk setuju, "bener, jadinya kayak homo," kataku, lalu tertawa karena merasa lucu.

"Jadi gimana? lagu lain aja?" tanya Ryan sekali lagi. Kami bertiga pun hanya diam sambil memikirkan lagu apa yang cocok kami bawakan untuk tampil didepan kelas, tapi rasanya sangat susah untuk mencari lagu apa yang pas untuk kami nyanyikan.

Saat sedang asik bertukar pikiran untuk memilih lagu, salah seorang teman kelas ku datang menghampiri kami bertiga, dan memberi tahu jika kami dipanggil oleh guru seni untuk segera menghadap padanya.

"Kenapa?" tanya Ryan pada anak berkacamata yang jika tidak salah bernama Maisa. "Ngga tau," jawab gadis itu sambil memilih untuk berjalan menjauh.

Kami pun menghiraukan panggilan guru itu, dan memilih untuk menemuinya yang saat ini sedang duduk dibawah pohon besar sambil memberi arahan pada murid lainnya.

"Punten bu, tadi kata Maisa ibu manggil kita ya? tanya Ryan sopan. "Iya yan," jawab guru itu. "Kelompok kalian mau di tuker nggak anggota nya?" tambah guru itu membuat kami kebingungan. "Di tukar gimana bu?"

"Ditukar satu orang anggota nya sama kelompok Edi, tukaran sama anggota nya yang cewe, soalnya suara Kiani nggak bagus kalau di gabungin sama suara Eris," jelas guru itu sambil memanggil kelompok Eris, Kiani, dan Ed untuk bergabung. "Gimana? mau kan?" tanya guru itu lagi pada kami saat yang lainnya datang bergabung.

Ryan dan Kiano nampak bingung memutuskan pilihan, sedangkan aku biasa saja karena merasa tidak ada masalah jika salah satu dari kami akan ditukar. "Iya bu nggak apa-apa, nanti yang tukeran Kiano sama Eris saja," jelas Kiano.

"Eris nya mau nggak?" tanya bu guru pada Eris yang sepertinya terlihat kurang setuju. Ia nampak bingung dan memilih untuk sedikit bertukar pikiran dengan Kiani, dan setelag menunggu beberapa saat, pada akhirnya Eris enyetuji juga keptusan itu, walaupun dengan raut wajah sedikit terpaksa.

"Ryan nya kesenengan tuh bu di satuin sama Eris," ucap Kiani sambil tertawa, membuat Eris dan Ryan terlihat salah tingkah dan langsung mengundang teriakan godaan dari yang lainnya, dan juga dari ku yang sebenarnya tak tahu apa-apa.

"Hush udah-udah, mendingan kalian cepetan cari lagu, terus bagi suara biar nggak kerepotan nanti," perintag guru itu pada kami.

Kami pun pergi menjauh dari tempat duduk guru itu--masih sambil tertawa--menuju tempat kami masing-masing untuk latihan bernyanyi.

Aku, Ryan, dan Eris berjalan kearah tempat yang sebelumnya menjadi tempat latihan aku, Ryan, dan Kiano--yang kini posisinya telah digantikan oleh Eris.

"Kalian udah punya lagu yang mau di tampilin belum?" tanya Eris sesaat sebelum kami tiba ditempat latihan. Ryan pun menjawab seadanya tanpa menoleh kearah Eris, "belum," katanya.

"Kalau yang main gitar?" tanya gadis itu lagi, dan masih juga dijawab singkat oleh Ryan. "Aku."

Aku merasa ada sesuatu yang telah--atau sedang--terjadi diantara mereka berdua, tapi aku tak bisa menebak apa itu, yang jelas hal itu sudah membuat mereka menjadi cukup asing jika dikatakan sebagai sahabat.

"Sebenernya tadi udah ada pilihan lagu, tapi nggak jadi," kataku pada Eris, sedikit menjelaskan. Kami kini telah duduk diatas rumput yang sama dengan rumput yang sebelumnya kami duduki juga. "Lagu apa?" tanya Eris.

"Best Part," kataku.

"Best Part?" tanya nya lagi seakan tak yakin.

"Kalau kamu mau, nyanyiin aja," sambung Ryan seakan tahu penyebab Eris bertanya.

Ryan kini tengah asik memperhatikan permainan gitarnya, sedangkan Eris terlihat sedikit tidak nyaman, entah karena apa.

"Yaudah kalau gitu, Best Part aja," ucap Eris yang ku sambut dengan antusias. "Ini formasi nya gimana? yang nyanyi siapa aja?" sambung nya lagi.

"Aku sama kamu nyanyi, Ryan gitar," jelasku ragu-ragu karena melihat jika Ryan hanya diam saja dan enggan untuk menjelaskan. "Mungkin juga sambil nyanyi?"

"Nggak, aku cuma mau main gitar," ucap Ryan langsung saar mendengar ucapan ku tanpa memalingkan wajahnya dari gitar yang sedang mainkan.

"Yaudah, kalau gitu aku bagian H.E.R nya, kamu bagian Daniel Caesar nya, setuju nggak?" Akupun mengangguk setuju, "bisa," kataku.

"Yaudah kalau gitu kita harus sering latihan, karena minggu depan udah tampil, terus udah di nilai," jelas Eris lagi.

Dan setelah itu aku dan Eris pun mulai sedikit-sedikit latihan menyatukan suara kami sambil membaca lirik lagu dari Daniel Caesar di layar handphone kami masing-masing, dan tentunya diiringi oleh alunan gitar yang dimainkan oleh Ryan.

Sepanjang latihan itu, Ryan dan Eris duduk berseberangan, cukup berjauhan, dan tak saling menatap satu sama lain. Mereka hanya berbicara seadanya, jika tak ada yang penting untuk dibahas, mereka asik sendiri dengan dunia mereka masing-masing. Ryan sibuk bermain gitar, dan Eris sibuk memanggil-manggil teman-temannya yang berasal dari kelas lain.

Aku merasa aneh berada diantara mereka, merasa ada sesuatu yang harus ku tahu, alasan mengapa mereka menjadi seperti itu. Tapi aku tak tahu, rasanya aku terlalu lancang jika bertanya langsung pada mereka.

"latihannya udahan?" tanyaku berbasa-basi pada Eris dan Ryan yang kini tak lagi fokus pada tujuan utama. "Udahan dulu," kata Ryan singkat sambil menyimpan gitar yang sejak tadi ia mainkan di sebelah nya. "Yaudah, kita lanjut nanti malam aja gimana?" ucap Eris.

"Dimana?" tanyaku.

"Rumahku," jawab Eris. "Di jalan Ahmad Yani," tambah nya lagi.

"Iya, oke," balas ku setuju.

Aku dan Eris pun melirik kearah Ryan yang ternyata sedang asik bermain handphone dan tak menghiraukan obrolan kami barusan. "Iyan, bisa nggak?" tanya Eris ragu-ragu yang langsung dijawab tegas oleh Ryan. "Nanti diliat," katanya, lalu memilih untuk berdiri dan pergi dari tempat kami sambil membawa gitar yang tadi.

Aku merasa bingung dengan sikap Ryan barusan, tapi Eris nampaknya terlihat biasa saja, karena mungkin ia sudah terbiasa dengan sikap Ryan yang seperti itu.

"Emang nya Ryan kenapa?" tanyaku memberanikan diri bertanya pada Eris. "Udah biarin aja, dia nggak apa-apa," balas Eris. Gadis itu kemudian bangkit dari duduknya, lalu mengajak ku untuk bergabung dengan yang lain.

Akupun menerima ajakannya, lalu kemudian ikut berdiri dan mulai melangkah pergi dari tempat kami semula. Di tengah-tengah perjalanan, Eris memanggil nama ku, ia tak memalingkan wajahnya untuk menatap ku, dan justru tetap menatap lurus kearah depan. "Tara," seperti itu panggil nya. "Iya?" begitu jawaban ku.

"Suara kamu kok bagus sih?" tanya nya sambil tertawa kecil. Akupun ikut tertawa saat melihat dia tertawa, "siapa bilang?" tanyaku balik.

"Aku," balas Eris.

"Emang iya?" tanyaku lagi. "Bagusan suara kamu," sambung ku.

"Kalau aku sih wajar, kan emang penyanyi," balas Eris membuatku kaget. "Emang iya?" tanyaku sekali lagi.

Eris pun mengangguk, mencoba meyakinkan. "Kalau nggak percaya juga nggak apa-apa."

Aku hanya tersenyum saat mendengar balasannya, tak disangka, Eris ternyata orang yang ramah, tidak seperti apa yang dikatakan oleh Aqila dan Rara kemarin, yang mengatakan jika Eris adalah sosok yang jutek dan bermulut pedas.

Kini kami telah sampai di tempat dimana teman-teman kelas kami yang lain berkumpul, mereka sedang asing bernyanyi sambil diiringi oleh petikan gitar dari Ed dan Ryan. Namun saat aku dan Eris bergabung, Ryan yang sedang asik-asiknya memetik gitar tiba-tiba menghentikan permainannya, membuat semua orang yang sedang bernyanyi menjadi bungkam.

Ryan memilih bangkit dari duduknya, lalu pergi menjauh dari tempat kami berkumpul. Semua mata kini tertuju pada punggung Ryan yang kian lama kian menjauh, dan beberapa saat kemudian mereka yang tadinya menatap Ryan kini justru memalingkan pandangan mereka kearah kami, aku dan Eris.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Meja Makan dan Piring Kaca
57819      8484     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Flowers
416      292     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Kamu VS Kamu
1943      1032     3     
Romance
Asmara Bening Aruna menyukai cowok bernama Rio Pradipta, si peringkat pertama paralel di angkatannya yang tampangnya juga sesempurna peringkatnya. Sahabatnya, Vivian Safira yang memiliki peringkat tepat di bawah Rio menyukai Aditya Mahardika, cowok tengil yang satu klub bulu tangkis dengan Asmara. Asmara sepakat dengan Vivian untuk mendekatkannya dengan Aditya, sementara ia meminta Vivian untu...
Unthinkable
13261      2325     6     
Romance
Cinta yang tidak diketahui keberadaannya, namun selalu mengawasi di dekat kita
THE WAY FOR MY LOVE
477      368     2     
Romance
Puggy Humphry and the Mind Box
86948      10248     295     
Action
Prancis. Suatu negeri dari nafsu pada keunggulan pribadi. Penelusuran benang merah kasus pembunuhan seorang arkeolog muda, menyeret detektif wanita eksentrik, menjadi buronan internasional. Alih-alih melarikan diri setelah membunuh seorang agen DCPJ, Puggy Humphry dan Flora Elshlyn terbang ke London untuk melanjutkan investigasi. Pertemuan tak sengaja Flora dengan McHarnough, dewa judi Ingg...
Jendral takut kucing
935      486     1     
Humor
Teman atau gebetan? Kamu pilih yang mana?. Itu hal yang harus aku pilih. Ditambah temenmu suka sama gebetanmu dan curhat ke kamu. Itu berat, lebih berat dari satu ton beras. Tapi itulah jendral, cowok yang selalu memimpin para prajurit untuk mendahulukan cinta mereka.
Sekotor itukah Aku
409      311     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Hug Me Once
8858      1998     7     
Inspirational
Jika kalian mencari cerita berteman kisah cinta ala negeri dongeng, maaf, aku tidak bisa memberikannya. Tapi, jika kalian mencari cerita bertema keluarga, kalian bisa membaca cerita ini. Ini adalah kisah dimana kakak beradik yang tadinya saling menyayangi dapat berubah menjadi saling membenci hanya karena kesalahpahaman
G E V A N C I A
1165      638     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...