Kamis sore di bulan November nampak sejuk dengan angin sepoi-sepoi dan langit menggumpal hitam. Klason bersahut-sahutan. Salah satu sopir marah-marah karena kendaraan di depannya tak melaju. Zela hanya geleng-geleng kepala dengan adegan itu. Ia melangka ke sebrang jalan menuju sebuah caffe. Mendadak ia ingin nongkrong santai usai kerja. Entah apa yang di rasakan. Hari ini ia tak ingin pulang cepat. Dan sudah beberapa hari, ia menghindar dari sang boss. Rasanya ingin menenggelamkan diri ke laut, ketika ingat kejadian tempo lalu yang membuatnya merasa malu.
Bagaimana bisa reflek memeluk sang boss resek itu? ya itu yang muncul di benakknya. Hingga membuat kerjaannya kacau. Di tambah lagi handphonenya entah kemana. Ia merasa, bahwa handphonenya lupa naruh.
“Mbak, coklat hangat satu ya” pesannya.
“baik” jawab sang waitress
“Yah! Kok Cuma satu sih Ze? Kan aku juga mau”
“Iya Ze aku juga mau”
Makhluk lain pun tak ingin ketinggalan. Zela memang sangat terkenal dikalangan alam lain. Sehingga dimana pun ia berada pasti makhluk lain menyapanya. Namun, ia hanya pura-pura tak medengar dan mengabaikan clotehan mereka. Suasana di caffe sore ini sangat ramai pengunjung. Zela mengembangkan senyum ketika sepasang matanya melihat keluar jendela. Ia melihat lalu-lalang pekerja yang berjalan di trotoan tak hanya manusia tetapi makhluk lain dengan tingkah lucunya. Seolah mereka menggoda para cucu Adam.
“Satu coklat hangat” ucap waitress.
“Thank you” balas Zela seraya tersenyum.
“Selamat menikmati” ucapnya lagi.
Zela hanya menggangguk sambil memamerkan deretan gigi putihnya.
“Huuufft! Menyebalkan sekali tuh boss. Susah bener menghindar darinya. Untung seminggu gak ada meeting. Coba kalo ada? Bisa-bisa gue di tahan kalo udahan meetingnya. Dan gue diintrograsi soal kejadian kemarin” monolognya sambil menggoyangkan mug.
***
Usai pemotretan, Arum menunggu jemputan dari Joni. Arum ingin mengajak Joni ke tempat temannya bekerja. Ia ingin mengenalkan calon suaminya kepada teman semasa kuliah. Setelah mendengar klason yang tak asing ditelinganya, ia langsung bergegas menuju sumber suara. Ia mengembangkan senyum sumringah ketika pemilik mobil keluar dengan senyum khasnya. Arum langsung menghambur dan bergelayut manja di tangan Joni.
“Sorry nunggu lama. Jalanan macet”
“Hmmmm, gak masalah”
“Kenapa? Senyum-senyum?”
“Hehehe. Gak pa-pa. Cuma seneng aja liat kamu pake baju ini”
Joni hanya ber-oh ria dan menyuruh Arum masuk. Hening. Hanya suara deru mesin diantara mereka. baik Joni dan Arum sibuk dengan pikiran masing-masing. hingga mereka tak sadar bahwa lokasi tujuan sudah di depan mata. Sepertinya Joni masih canggung dengan Arum yang notabene model papan atas. Apa lagi maraknya pemberitaan soal pernikahan mereka, seringkali Joni jadi sasaran para wartawan.
***
“Apa? Aruma Lesmana dikabarkan menikah dengan cowok Biasa?” Nando kaget dengan trending topik hari ini.
“Hah? Kok bisa? Bukannya tipe Arum yang high class?” Lisa menimpali.
“Sok tau dah kalian? Jangan nyinyir pada” komentar Sesil dengan melempar fried potatoes ke badan mereka.
“Pfffttt!! Apa urusan kalian sih? yang nikah siapa yang ribet siapa” balas Jay sambil membenarkan posisi duduknya.
“What!!!! Ini tidak mungkin. Tunggu? Ini muka familiar banget. Kek pernah liat. Tapi di mana ya?” lagi Nando bereaksi.
“Dasar lambe lu” cibir Jay sambil melempar salah satu makanan ringan yang mereka pesan.
“Ih! Gue gak lambe Jay. tapi ini cowok kek pernah liat” Nando menunjukkan gambar lelaki yang ada di handphonenya.
“Iya, pernah liat dimana dah” komentar Lisa dan Sesil setelah melihat gambar tersebut. Jay mendonga ketika pintu Caffe berbunyi ketika ada pengunjung datang.
“Joni?”~ Jay sambil mengernyitkan dahi. Lalu ia pamit untuk ke toilet.
Dalam waktu bersamaan, ketika Jay menyebut nama itu. Reflek Zela menoleh ke arah pintu masuk.
“Pak boss? Joni? ngapain di mari?”~ Zela sambil memalingkan muka supaya tak ketahuan. Jangan tanya para makhluk lain sedang apa. Mereka tertawa girang ketika Zela dalam situasi menegangkan.
“Kita duduk di sini aja bang Jon. temanku sepertinya masih di dalam” pinta Arum. Joni melirik bangku disampingnya. Ia menggeleng dengan gestur pelanggan yang duduk di dekat jendela, baginya begitu familiar.
“Mampus! Gue udah berusaha lost kontak dari Joni dan menghindari tuh pak boss. Ehh ini malah nonggol bersamaan” bisiknya.
“Hihihi. Aku suka kamu panik Ze. Wajahmu merona dan itu membuatku semakin senang” goda makhluk lain dari jendela. Zela langsung melotot.
“Ehm!”
Zela pura-pura tak dengar dengan deheman bass yang selama beberapa bulan ini selalu didengar. Ia malah asyik menggoyang-goyangkan mugnya.
“Gue yakin lu denger. Jangan sok-sokan gak denger. Hari ini lu melewatkan sesi meeting penting” sarkasnya sambil berkacak pinggang.
“Apa? hari ini meeting? Sepertinya gak deh. Jangan coba-coba bohongin gue boss”~ Zela sambil melirik Jay. Tanpa ba-bi-bi Jay langsung duduk di sampingnya. Tapi sebelum duduk ia melirik dua orang yang duduk disamping dan mulai beranjak ke tempat duduk lain setelah teman Arum sudah menghampiri mereka.
“Sorry” ucap Zela lirih.
“Gue ada masalah sama lu? Beberapa hari ini lu sengaja menghindari guekan”
Diam. Zela masih asyik menggoyangkan mug.
“Diam berarti iya. Atau jangan-jangan lu yang punya masalah dengan gue?”
Masih diam dengan posisi yang sama. Jay langsung mengambil mug itu.
“Kalau ditanya tuh, jawab dong”
“Woy! Kata ke toilet gak taunya nyamperin cewek” cletuk Nando. Zela pun urung membuka suara.
“Ohhhh gitu ya sekarang? Main rahasiaan sama kita” sambung Sesil.
“Jadi ini, yang membuat lu sedikit berubah Jay?” tandas Lisa.
Jay seperti maling ketangkap basah. Namun, ia bisa menguasai dirinya. Tarik nafas dan merapikan kemejanya, lalu berdiri di samping Zela.
“Gue Cuma negur staff yang gak ikut meeting hari ini dan asyik nongkrong di sini”
Zela mengernyitkan dahi sambil menoleh ke arah sang boss dengan tatapan songong. Tapi ia tak berkomentar dan hanya menghembuskan nafas berat.
“Zela?” Sesil menebak dan duduk si bangku kosong sebelah Zela.
“Hehehe. Sorry sudah nuduh elo. Gue duluan ya, soalnya mau anter nenek ke rumah sakit” pamit Nando.
“Hmmmm. hati-hati. Salam buat nenek ya” balas Jay sedangkan Sesil dan Lisa hanya mengangguk sambil tersenyum penuh arti seolah merancakan sesuatu.
"Gue juga duluan ya. Mas su sendirian di rumah” Lisa juga pamit. Ia telah menikah dua bulan yang lalu di kampungnya. Tanpa mengundang teman kantor atau teman dekat. Hanya saudara terdekat. Awalnya, mereka marah ketika dapat kabr bahwa Lisa sudah menikah. Namun setelah tahu alasanya mereka memakhlumi.
Tak lama Sesil juga pamit. Namun sebelum pergi Sesil membisikkan sesuatu di telinga Zela. Hingga sang empu telinga melotot. Hal itu membuat Jay penasaran.
“Apa yang di bisikin Sesil?”
Zela enggan menjawab. Ia hanya menggeleng.
“Lu kenapa hari ini? sariawan? atau diet ngomong?
"Receh amat pak"~ Zela dengan senyum tipis dan menggeleng.
“Zela? Di sini juga”
“Joni”~ Zela sambil menoleh.
“Kemarin dateng ke acara geladi resik?”
“Hmmmm”
“Ada apa Ze? Sebenarnya, gue pingin ngobrol sama lu. Tapi gue merasa elu berubah Ze. Ada apa dengan lu, Ze?”~ Joni.
“Ada apa dengan bocah ini?”~ Jay.
“Ih! Bang Jon apa susahnya sih tinggal bilang tanggal 23 bulan mau ini nikah. Hufff sebel”~ Arum. Zela melotot tak percaya dengan pikiran Arum. Ia langsung membuang muka ke jendela. Jangan tanya tentang perasaannya. Entah berantah rasa. Bohong jika ia tak sedih.
Reaksi Zela membuat Jay dan Joni mengernyitkan dahi.
***
Thanks masukannya kaka, siap edit :)
Comment on chapter Episode satu