Chapter XI
Dia
(2013)
“Nayla Karinina.. aku rindu” satu pesan masuk dari seseorang yang selalu saja mengatakan rindu tapi tidak pernah berkunjung menemuiku, Diandra.
“Bohong kamu Di, sini dong kalau berani” satu balasan untuknya langsung terkirim.
“Oke, nanti siang kamu nggak sibuk kan Nay? Kita jalan ya ke Mall bareng Akila”
“Kok Akila, kamu nggak lagi satu kos sama Sisi, aku kangen sama jenong si Sisi”
“Nggak Nay, aku udah ngontrak sam Akila, nanti pulang jalan kamu mampir ke kontrakan kita ya”
“Oke Di, si Sisi nggak di ajak?”
“di ajak, tapi dia lagi ngerjain tugas, susah deh banyak tugas dia Nay kadang aku juga kasihan”
“jadi kamu nih Di mahasiswa yang paling santai?” sambil tertawa aku membayangkan ekspresi Diandra saat membaca pesan yang aku kirim ini.
“iiiiih kamu ya Nay, yang jadi mahasiswa jurusan sibuk, yaudah siap-siap ya setengah jam lagi aku jemput” setelah membalas pesan Diandra dengan segera aku bersiap-siap, ini pengobat rindu ku pada mereka teman seperjuangan waktu daftar kuliah bareng Sisi dan Tia. Sayangnya kali ini mereka sudah sibuk dengan kegiatan menjadi mahasiswa karena sudah hampir setahun masa-masa ini kami lewati. Aku menjadi mahasiswa jurusan kesehetan masyarakat di slah satu kampus di ibikota ku, begitu juga Diandra dengan jurusan pendidikan guru nya. Kami sedang berjuang untuk mencapai cita-cita kami. Entah bagaimana kabar dari dia si pangeran batu yang kadang-kadang meyapa lewat kenangan yang ku rindu. Mungkin dia sudah lama melupakanku
“Nay aku udah di depan” ya ampun Diandra.
“Oke Di sebentar lagi aku turun” aku pun bergegas dan langsung turun ke bawah karena kamar ku berada di lantai dua. Tiba di depan pintu aku kaget denga yang aku lihat di depan mataku.
“ayok Nay sini cepetan kita mau nonton jadi harus buru-buru” aku yang masih terpaku dengan pasukan yang dibawa oleh Diandra naik ke motor Diandra dengan linglungnya.
“Di kamu kok nggak bilang kalau Gilang ikut sih” aku langsung bertanya pada Diandra yang sebenarnya ini benar-benar kejutan yang tidak terpikirkan olehku.
“kalau aku bilang nanti kamu nggak mau ikut, kan kalian masih CLBK Nay. Hahaha”
“Diiii apaan sih kamu, dia itu udah punya pacar Di jangan ngaur kamu”
“haha udahlah Nay, tadi sebenarnya kamu yang harusnya boncengan sama dia kalau Akila nggak nunggu di Mall”
“jahat ya kamu Di, mending aku bawa motor sendiri”
“eh kalau teman nggak boleh gitu Nay, tunjukkin kalau kalian biasa aja”
“iyaa deh iyaaa yang udah banyak pengalaman” ini yang selalu membuatku rindu dengan Diandra, tertawa bersama.
***
Waktu lagi dan lagi menguji ku, dan Diandra selalu ada andil di dalamnya. Acara kumpul di kontrakan Diandra dan Akila yang menghadirkan Aku, Gilang, Sisi, dan Riko sebagai tamunya.
“kamu ya Diii, seneng ya liat aku kikuk” aku mencubit Diandra yang mengejekku dengan Gilang.
“kan kalian berdua sama-sama udah single Nay, dia habis putus sama pacarnya dan kamu tau pacarnya sekarang malah udah punya pacar baru” Diandra mulai bergosip dan tidak bisa berbohong aku memang penasaran dengan cerita tentang Gilang.
“jadi, kamu mau aku jadi pelariannya biar buat cemburu mantannya gitu??”
“nggak sih Nay, kamu sama Gilang kan benaran cerita lama yang belum kelar Nay di SMA, siapa tau di kuliah ini bersemi” lagi dan lagi Diandra selalu berusaha menjodohkan ku dengan Gilang benar-benar sungguh Diandra nakal. Bukannya aku tidak menyukai Gilang, dulu aku pernah menyukainya, sekarang pun iya tapi untuk sekarang aku menyukainya sebagai seorang teman. Gilang selalu saja punya tingkah yang bisa mencairkan suasana, dia selalu lucu dan kadang baik tapi hatiku takut untuk membuka lagi. Aku mungkin sudah jadi pengecut. Lagipula Gilang tidak pernah mengatakan kalau dia menyukai ku.
***
Bagaimanapun waktu berlalu tidak sedikitpun mengikis ingatanku tentang Dafa. aku kecewa dengan hatiku yang tidak lelah padahal sudah di abaikan oleh nya. Entah mengapa semakin hari aku merasa semakin puitis. Patah hati membuat aku menghasilkan banyak puisi yang tentunya lebih banyak tentang dia.
Ingatanku menghadirkanmu tanpa aba-aba dariku
Pikiranku menyediakan tempat untukmu, tak usah tanya soal hati karena kamu masih ada disana
Kenangan yang ada, pantaskah aku mengenangnya? benarkah itu kenangan?
Kisah yang pernah ku lalui denganmu apakah pantas aku sebut kenangan?
Tahukah kamu, aku tersenyum mengingatmu, aku bahagia ketika yang ku ingat adalah hari-hari yang penuh canda dan tawa,
Aku melewatkan sedih yang pernah kau buat, karena ingatanku tak tepat tentang itu
Tapi apa ini, tentang tawa, bahagia, aku mengingat semua yang pernah ku lalui bersama mu
Aku sepenuh hati bahagia mengingatmu, tapi bagaimana dengan kamu?
Aku hanya ingin kenangan bahagia yang tersimpan, agar kelak aku bisa mencinta lagi
Aku hanya ingin mengingat kenangan indah itu, karena aku tak ingin luka membuat ku jera
Aku harap pun begitu pula denganmu
Ingatlah tawa yang pernah kuhadirkan untukmu,
Jika tulus itu pernah ada dalam aku dan kamu, ku harap senyum yang tergores dari sela memorimu tentangku,
Karena sungguh aku ingin menggoreskan bahagia di kisah yang pernah menghadirkan kamu dan aku menjadi kita
Meski nanti aku tak sebanding dengan dia yang kau cinta, setidaknya tersenyumlah saat waktu mempertemukan kita tanpa sengaja, agar aku tahu bahwa kita akhiri semua sungguh dengan bahagia yang terbawa bersama kisah-kisah kita
Izinkan aku menyimpannya dalam hatiku, dan kuberi nama "kenangan indah bersamamu"
Meski nanti hanya aku yang mengenangnya sendiri
Satu puisi yang berhasil lagi membuat musim hujan di pipiku, entah mengapa aku belum lelah menjaga hatiku untuk dia yang bahkan tidak sadar atau tidak pernah mau tahu. Aku menyapa mu lagi hari ini dengan pena ku yang begitu merindukanmu. Aku hanya ingin menyapa dan mengenangmu lewat tulisan-tulisan ini agar suatu hari jika lupa itu sudah ada menghapusmu, setidaknya aku tahu seberapa keras aku berjuang melupakanmu dan akhirnya aku berhasil. Namun untuk saat ini biarkanlah rindu dan penantian akan dirimu aku rangkai sendiri. Semoga lelah menyadarkanku yang menunggumu meski tahu kau tidak akan pernah mau untuk di tunggu.
terimakasih ^^
Comment on chapter Si Biru yang Menjadi Abu