Selama akhir pekan, Ricci, Adia, ataupun Dyne, mereka tidak menghubungiku sama sekali. Dan ketika kami berada di kelas yang sama, mereka mengacuhkanku.
Aku masih tetap berada di kelas saat jam makan siang karena aku harus menyelesaikan catatanku dari pelajaran sebelumnya.
Di dalam kelas hanya tersisa aku, Ricci, Adia, dan Dyne yang ketiganya berada di sisi lain ruangan. Mereka diam, dan begitu juga denganku.
“Blaire, ini sudah waktunya makan siang. Kami sudah menunggumu di kafetaria.” Lyla tiba-tiba muncul bersama Mark. “Ayo pergi.”
“Tunggu sebentar. Aku harus menyelesaikan catatanku.” Mereka menghampiriku dan Mark mengambil alih catatanku. “Mark, Apa yang kau lakukan?”.
“Serahkan pada Mark, dia bisa menyelesaikan catatanmu lebih cepat. Kalau kami harus menunggumu menyelesaikannya, kita bisa kehabisan waktu untuk makan siang.” Jelas Lyla.
Lyla melihat ke arah Ricci, Adia, dan Dyne.
“Bukannya mereka temanmu yang waktu itu?”
“Sepertinya tidak untuk sekarang.”
“Tenang saja, masih ada kami.” Sahut Mark. Dia membuatku tersenyum dengan ekspresi lucunya ketika serius mencatat sekaligus tetap dengan perhatiannya pada obrolan disekitarnya.
“Sebenarnya... Aku juga memiliki sedikit masalah.” Mereka melihatku dengan serius. “Kakakku akan menjemputku lebih cepat dari biasanya. Aku tidak tau harus membuat alasan seperti apa agar dia membiarkanku pergi dengan kalian. Karena ‘hal itu’ tidak bisa aku katakan padanya.”
“Apakah itu berarti sebuah masalah besar?” tanya Mark.
“Sangat.” Aku mengangguk.
“Itu adalah masalah yang sangat besar.” Ucap Lyla menekankannya.
“Kita akan mencari solusi untuk masalah itu bersama-sama dengan yang lainnya setelah aku menyelesaikan catatanmu ini.” tambah Mark. “Tidak perlu khawatir, Kita memiliki tim yang hebat.”
Kami bertiga serempak melihat ke arah pintu kelas saat Sam, Sarah, dan Kyne muncul dari ambang pintu.
“Wah.. aku junior yang sangat beruntung di sini, bisa dikunjungi para senior di kelasku. Apalagi sampai membawakan makan siang untukku.” Aku tersenyum pada mereka.
“Sungguh tidak beruntungnya kami, karena junior kami adalah boss kami. Kami benar-benar ingin menghajarnya sampai babak belur.” Sindir Sarah sambil menaikkan sebelah alisnya dengan memasang wajah bercanda.
“Coba saja kalau bisa.” Aku menanggapi sindiran Sarah dengan menjulurkan lidahku keluar dan di susul tawa dari yang lainnya.
“Kami sudah menunggu dan kalian tidak juga muncul. Dan akhirnya kami memutuskan untuk menyusul kalian dan membawa makan siang bersama kami.” Sam membagikan burger dan cola untuk masing-masing dari kami. “Apa yang kalian lakukan dengan berlama-lama di sini?”
Lyla dan Mark melirikku. “aku tertinggal dalam pelajaran.” Jawabku dengan santainya. Yang ada Sam kemudian menjitak kepalaku. “Hei!” aku memekik.
Mereka berlima saling melihat satu sama lain dan menunjukkan seringaian yang menakutkan. “Apa?” tanyaku mulai curiga.
“Kau akan mendapatkan pelajaran tambahan dari kami disela-sela latihan. Kami bisa membantu untuk pelajaranmu.” Jelas Kyne. “Kau bisa mengandalkan kami untuk masalah ini.”
“Benarkah?”
“Tentu.”
“Terimakasih banyak. I love you” Spontan aku memeluk Kyne yang berdiri di sampingku. Badan Kyne tidak terlalu tinggi dariku, tidak seperti Sam, jadi cukup mudah untuk memeluknya.
“You love him?” Sam terdengar seperti ingin mengoreksi perkataanku.
“I love you all.” Aku tersenyum jail melihatnya jeles.
“Kyne, apa kau mau mati?” Sam menatap tajam pada Kyne saat tanganku masih tetap merangkul bahunya.
Mereka berdua adalah seniorku di sekolah, mereka juga berada di tahun yang sama, sama seperti Lyla, Mark, dan Sarah.
Wajah marah Sam membuat kami semua tertawa. Aku rasa dia cemburu.
Di sela menikmati makan siang kami, aku teringat dengan Rone. “Bagaimana dengan masalah besar kita? Kakakku akan menjemputku dan aku tidak mempunyai alasan untuk pergi tanpa seijinnya. Dia tidak akan mengijinkanku pergi dengan kalian, dia tau siapa kalian saat mereka melihat kalian di area parkir kendaraan waktu itu.”
“Jika aku bisa menyelesaikan masalah itu, apa kau bersedia untuk menonton film bersamaku? Hanya kita berdua. ”Jawab Sam memberi penawaran dengan santainya.
“Boleh.” Aku menjawab begitu saja tanpa berfikir.
“Cepat sekali.” Sahut mereka serempak sementara Sam tersenyum penuh kemenangan. Sam segera merogoh handphone dari sakunya dan berjalan ke luar kelas, sepertinya ia tengah berbicara dengan seseorang.
***
Rone terlihat marah saat aku terus-terusan menolak masuk ke dalam mobil untuk pulang bersamanya dengan alasan aku memiliki janji dengan temanku. Rone tidak percaya dengan ucapanku karena aku tidak memberinya alasan yang bisa diterimanya. Aku sudah hampir kehabisan kata-kata untuk melawan Rone. Dimana Sam? Dia berjanji akan membantu, tapi dia tidak terlihat memiliki niatan untuk muncul dihadapanku sekarang dan melakukannya.
Aku akhirnya kalah, aku menuruti kemauan Rone untuk pulang bersamanya. Namun, sebelum sempat aku melangkahkan kaki ke dalam mobil, sebuah mobil berhenti tepat di depan mobil kami. Geofani dan Link keluar dari mobil itu. Inilah mereka, my guardian.
“Geofani, Kau disini.” Aku menghampirinya. “Tolong katakan kalau kalian disini untuk menolongku.” Bisikku pada mereka yang dijawab dengan anggukan kepala. Aku melihat Rone. “Rone, ini teman-temanku yang aku katakan tadi, Geofani Norman and Link Neyman.” Rone menjabat tangan mereka.
“Hallo, Senang bisa bertemu lagi.” Ucap Geofani.
“Senang bisa bertemu denganmu juga Geofani.”
“Apa kalian sudah saling mengenal?” aku tidak mengetahui kalau Rone mengenal Geofani.
“Aku beberapa kali bertemu dengan keluarga Norman saat menemani kakek dalam beberapa pertemuan. Aku juga tidak menyangka kalian bisa saling kenal. Bagaimana kalian bisa saling mengenal?” Rone balik bertanya pada kami. Aku hanya saling memandang dengan Geofani, kami tidak tau harus mengarang cerita seperti apa.
“Hello, saya Link Neyman. Senang akhirnya bisa bertemu dengan anda.” Kekonyolan Link menyelamatkanku. “Saya dan Geofani adalah teman Blaire. Akhir minggu lalu Blaire bergabung dengan kami. Kami membuat semacam tim latihan sekaligus saling membantu jika ada yang memiliki kesulitan dalam pelajaran di sekolah. Kami selalu melakukannya setiap hari setelah selesai sekolah tentunya, kecuali untuk akhir pekan. Blaire sedikit memiliki masalah dengan pelajaran di sekolah dan kami berusaha membantunya. Blaire juga membantu kami dalam latihan kami. Pemimpin guardian juga sudah memberi ijin agar Blaire bergabung dengan kami-“
“Kakek?” tanya Rone menghentikan Link yang bicara panjang lebar.
“Untuk membantu Blaire dengan sekolahnya.” Tambah Link.
“Iya. kau tidak perlu khawatir Rone, kakek sudah menyiapkan mobil untuk menjemput dan mengantarku pulang.” Jawabku.
“Baiklah.” Rone tidak bisa mengatakan tidak kalau itu sudah berurusan dengan kakek. Ia mendekat ke arah Geofani dan Link. “Jika terjadi sesuatu pada adikku, kalian orang pertama yang akan aku cari.” Geofani dan Link hanya bisa menelan ludah mendengar ancaman Rone.
***
Setelah selesai melakukan rapat dengan para pelatih, aku menyusul timku ke arena berlatih. Aku melihat Geofani sedang membantu anggota termuda kami, Jace, Jessi, Jade, dan Yesa yang masing-masing masih berusia 12 tahun untuk berlatih sementara yang lainnya tengah sibuk dengan melakukan battle man to man.
“Dengar.” Mereka segera berbaris dengan rapi saat aku datang. “Akhir minggu ini, akan diadakan uji tanding untuk melakukan evaluasi. Bagi tim yang menang dalam uji tanding akan mendapatkan misi tertentu. Dan aku sangat menginginkan misi apapun itu untuk tim kita. Jadi... aku ingin kalian melakukan yang terbaik untuk uji tanding nanti.”
Mereka terkejut mendengar kata-kataku. “Apa kami bisa mengalahkan mereka?” Yesa bertanya dengan malu-malu.
“Tentu kalian bisa.” Aku tersenyum untuk meyakinkannya. “Lawan kalian sudah ditentukan oleh dewan pemimpin. Aku juga sudah menentukan siapa saja yang akan bertanding dalam tim ataupun individu. Aku sangat menginginkan kalian untuk menyumpal mulut para pelatih yang meremehkanku itu. Kalian harus memberi mereka pelajaran. Untuk itu, kalian akan mendapat menu latihan khusus dariku.”
Aku memberikan beberapa lembar kertas berisi menu latihan dan jadwal bertanding pada Geofani dan ia membaginya untuk yang lainnya. Mereka diam sejenak untuk membacanya.
“Apa?” ucap mereka di waktu yang bersamaan dengan nada yang kurang menyenangkan.
“Itu ulah kakekku.” Aku menjawabnya dengan santai. Kakekku sepertinya dengan sengaja membuat timku harus melawan kelas A untuk pertandingan pertama mereka. Timku yang baru saja dibentuk, melawan tim terbaik, kelas A yang sudah dipastikan akan memenangkan uji tanding, setidaknya itu menurut pelatih yang lainnya.
“Yang akan bertanding dalam pertandingan individu, Geofani, Lyla, Sam, Link. Untuk pertandingan tim kecil, Jace dan Kyne, Jessi dan Sarah, Jade dan Jhonny, Yesa dan Mark. Dan untuk pertandingan tim besar di babak final yang seharusnya dilakukan oleh 20 anggota dalam satu tim, kalian terpaksa harus melakukannya dengan 12 anggota karena kita tidak memiliki cukup anggota untuk itu. Tenang saja, aku juga akan bertanding bersama kalian. Aku harap hal itu tidak akan menciutkan nyali kalian. Jangan biarkan mereka meremehkan kalian.”
“Apa kita bisa?” “Pasti bisa” “Aku tidak yakin” “Kelas A tim yang sangat kuat” “Kita pasti bisa. Kita hanya perlu berlatih.” Mereka saling berbisik satu sama lain.
“Maaf Blaire, kenapa kau tidak memasangkan kami dengan partner yang berasal dari kaum yang sama?” Mark mengintrupsi. “Biasanya pelatih melakukannya seperti itu.”
“Aku tidak ingin melakukan sesuatu yang biasa Mark. Keahlian para werewolf terletak pada serangan mereka saat mereka melakukan transformasi menjadi serigala, tapi di sana pulalah kelemahan mereka berada.”
“Bukankah mereka kuat?” sahut Geofani.
“Mereka tidak bisa menggunakan senjata saat berubah menjadi werewolf sepenuhnya Geofani. Mereka tidak akan bisa melindungi diri mereka saat lawan mereka menyerang menggunakan senjata jarak jauh. Di saat itulah peran guardian di butuhkan, untuk mendukung serangan mereka dengan melakukan perlindungan dari serangan lain sementara para werewolf melakukan serangannya. Itu hal sederhana yang jarang sekali disadari mereka.” Mereka terlihat mengangguk mengerti. “Di pertandingan final nanti, kalau kita bisa mengalahkan kelas A, kita akan bertanding melawan tim pemenang antarkelas B, C, dan D. Dan aku bertanding bersama kalian sebagai captain tim tentunya.”
“Yes! Pasti akan sangat menyenangkan.” Jace mengungkapkan rasa senangnya dengan ekspresi lucunya. Itu membuatku senang sekaligus terhibur melihatnya.
“Satu lagi, setiap kali kalian selesai melakukan menu latihan, kalian akan melakukan latih tanding bersamaku secara individu ataupun tim. Kali ini aku akan menggunakan kedua tanganku.” Aku sedikit memperlihatkan seringaianku. “Jadi, persiapkan diri kalian.”
“hahahaha” Mark dan Lyla tiba-tiba tertawa. “Kau pandai dalam hal ini, tapi tidak dengan pelajaranmu.” Tukas Mark.
“Bukannya wajar? Kalian pasti juga merasakan hal yang sama bukan?” mereka semua menggeleng tidak setuju dengan ucapanku. “Tidak?” mereka mengangguk.
“Setidaknya diantara kami tidak ada yang pernah mendapat nilai di bawah 9 di setiap pelajaran. Kami harus selalu melapor pada pelatih mengenai nilai kami di sekolah, jika nilai kami menurun, waktu latihan kami akan dikurangi.” Aku hanya menganga mendengar penjelasan Mark.
Beruntungnya aku tidak pernah mengalami apa yang mereka alami. Sejak kecil aku hanya fokus dengan berlatih bersama kakek dan Rone sementara belajar menjadi hal kedua untukku. Kakek juga tidak terlalu menuntutku untuk selalu belajar karena ia lebih menyukaiku bergulat di arena latihan.
Setelah mengarahkan mereka untuk melakukan menu latihan, aku membiarkan mereka berlatih sementara aku mengawasi dan melihat kekurangan dan kelebihan mereka.
wah aku suka penulis menulis sesuatu yang berbeda. mantap
Comment on chapter Chapter 1 - My Memories 1