Hari-hari dimana harus membaur dengan para mees tidak begitu sulit bagi guardian sepertiku, karena aku tidak membutuhkan darah untuk bertahan hidup layaknya para vampire dan juga tidak membutuhkan daging mentah segar
untukku makan sehari-hari layaknya para werewolf. Kehidupan para mees benar-benar cocok untukku. Aku sangat beruntung bahwa kakekku memberikan pilihan terbaik untukku. Melapaskanku dari peranku sebagai seorang guardian.
Sebagai cucu bungsu, kakek memperlakukanku dengan sedikit berbeda. Ia memintaku untuk tetap hidup diantara para mess dibandingkan dengan mengikuti akademi untuk para guardian di usia dewasaku. Kakek percaya padaku dan membiarkan hidup terpisah darinya, walaupun kakekku tau kalau aku adalah cucu satu-satunya yang berani membangkang, sulit untuk dikendalikan dan berani menentang perintahnya yang bahkan kakakku Rone tidak akan pernah berani untuk melakukannya.
Seorang diri di apartemen besar yang telah disiapkan kakek sedikit membuatku merindukan rumah yang ramai. Aku tidak perlu menghawatirkan mengenai uang, makan, ataupun mengenai sewa apartemen, kakek yang mengurusnya untukku. Seperti permintaan kakek, aku hanya harus fokus pada sekolahku dan menikmati kehidupankutanpa harus memiliki ikatan sumpah dengan kaum witch, vampire, ataupun werewolf. Satu hal yang aku sesali dengan meninggalkan kaumku adalah bahwa aku akan merindukan mereka, terutama kakek dan kakakku Rone.
Setelah selesai menyiapkan kebutuhanku untuk hari pertamaku sekolah di lingkungan para mees, aku keluar dari ruanganku dan menikmati sarapan yang sudah disediakan oleh Klara. Klara adalah wanita yang dipekerjakan oleh kakek untuk menyiapkan makanan, membersihkan apartemen, dan mencuci baju untukku. Klara hanya akan datang ke apartemen 6 hari dalam seminggu. Keberadaan Klara sangat membantu.
“Blaire, ada paket untukmu.”
“Terimakasih Klara.”
Aku membuka kotak besar berwarna hitam dengan pita putih di atasnya. Di dalamnya ada tablet pc, handphone, headphone, mp3 player, camera digital, dan sebuah jam tangan dari brand yang sangat aku sukai. Diantara benda-benda itu terselip kartu dengan warna hitam dan garis silver melintang.
“untuk cucu kesayanganku,
Semoga hari pertamamu di sekolah menyenangkan. Beritahu kakek jika ada yang berani mengganggumu di sekolah, kakek akan mengirim para guardian untuk memberi mereka pelajaran.
Rone mengingatkan kakek untuk tidak terlalu memanjakanmu dan membiarkanmu tumbuh mandiri, tapi kakektidak bisa berhenti untuk memanjakanmu. Semoga kau menyukai pemberian kakek.
Ps: Rone akan menjengukmu saat dia memiliki waktu luang dan bisa menyelinap dari Cedric.”
Aku benar-benar menyukainya. Aku memakai jam tangan pemberian kakek dan memasukkan pemberiannya yang lain ke dalam tasku. Setelah selesai menyantap sarapanku, aku keluar dari apartemen menuju baseman, mengambil sepeda yang akan aku gunakan untuk pergi ke sekolah. Aku membelinya tanpa sepengetahuan kakek dan kakakku. Tentu saja aku berniat untuk tetap merahasiakannya dari mereka, kalau tidak, aku akan berakhir dengan mendengarkan ocehan Rone selama sehari penuh tanpa henti.
***
Setelah mendapat jadwalku, kelas yang pertama harus aku hadiri adalah sejarah Livinwood dari Mr. Robinson, sejarah dari tempat tinggalku. Tidak sulit menemukan kelas yang aku tuju. Aku masuk ke dalam kelas tepat saat pelajaran akan dimulai. Seseorang yang aku yakin adalah Mr. Robinson mempersilahkanku masuk dan memberiku buku yang akan aku butuhkan selama mengikuti kelasnya. Kehidupan sekolahku bersama para mees benar-benar telah dimulai.
“Namaku Blaire Bailey, ini adalah kali pertama aku bersekolah di sekolah umum, sebelumnya aku hanya mengikuti home schooling.” Begitulah perkenalan singkatku sebelum Mr. Robinson memulai pembelajaran.
“Livinwood, tempat kita tinggal, memiliki banyak kisah di luar akal kita sebagai manusia. Dari cerita rakyat dan hikayat yang beredar...diketahui bahwa Livinwood memiliki 5 kaum yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakatnya.” Mr. Robinson menjelaskan.
“Apakah dari kalian ada yang tau?”
Semua siswa secara serempak membuka buku mereka untuk mencari jawaban, kecuali aku yang sudah mendengar cerita ini berulang kali dari kakekku. Kakek juga menjelaskan seberapa salahnya cerita yang sampai di telinga para mees dan bagian pembenaran dari cerita itu menurut versi kakek. Mr. Robinson melihatku yang hanya diam.
“Blaire, apa kau memiliki jawaban untuk pertanyaanku? Melihat kau tidak sibuk mencari jawaban seperti teman-temanmu yang lain, aku yakin kau sudah mengetahui jawabannya” semua siswa berhenti membuka tiap lembar buku mereka dan melihat ke arahku.
“Lima kaum yang tinggal di Livinwood menurut hikayat yang dikisahkan adalah witch, vampire, werewolf, guardian, dan manusia.”
“Benar sekali Blaire.” Mr. Robinson kembali
melanjutkan penjelasannya. Aku hanya diam mendengarkan sementara siswa lain sibuk mencatat apa yang dijelaskanoleh Mr. Robinson. “Dari keempat kaum, ada salah satu yang memiliki keistimewaan. Tidak hanya memiliki ikatan dengan satu kaum saja, tapi mereka memiliki ikatan dengan dua kaum.“
“Mereka menyebutnya Wire.” Aku memotong
penjelasan Mr. Robinson.
“Wow, sepertinya Blaire tahu banyak mengenai sejarah Livinwood.” Tukas Mr. Robinson.
“Kake saya berulang kali menceritakan sejarah
Livinwood sejak saya masih kecil mr.”
“Aku sangat senang mendengarnya Blaire.” Aku bisa melihat itu dari ekspresinya.
***
Ketika jam makan siang, aku mengambil jatah makan siangku dan duduk di bangku kosong di ujung ruangan. Para mees benar-benar berisik ketika mereka sedang makan.
“Hei Blaire.” Sapa seorang perempuan yang berdiri tepat di hadapanku bersama dengan dua orang teman perempuannya sambil membawa makan siang mereka. Aku melihat mereka di kelas Sejarah Livinwood Mr. Robinson.
“Tempat lain sudah penuh, apa kami bisa bergabung denganmu?”
“Silahkan.” aku menggeser dudukku agar ada cukup tempat untuk mereka duduk.
“Terimakasih Blaire” Ucap mereka bersamaan.
“Perkenalkan, namaku Ricci Wagner.” Sahut Ricci yang duduk tepat di depanku. “Yang berada di sebelahku adalah Dyne Maxwell dan yang duduk disebelahmu adalah Adia Roux. Kita berada di kelas yang sama, sejarah Livinwood Mr. Robinson.”
“Senang berkenalan dengan kalian, Ricci, Dyne, dan Adia.” Aku mengulangi nama mereka untuk meyakinkan bahwa aku mengingat nama mereka. Kami menyantap makan siang kami sambil membicarakan beberapa hal yang sebenarnya tidak penting menurutku. Tapi menurutku mereka mees yang cukup menyenangkan untuk diajak berbincang.
Mereka menawarkanku untuk menjadi teman mereka dan akupun menerimanya dengan senang hati.
“Kenapa kau ingin masuk ke sekolah umum Blaire?” Tanya Adia.
“Kakekku yang menyarankan. Aku harus keluar dari rumah kakek dan mulai belajar hidup mandiri dan bersekolah di sekolah umum tentunya.” Itulah kenyataannya.
“Bagaimana dengan orang tuamu atau saudaramu? Lalu kau tinggal dimana sekarang?” Dyne menambahkan.
“Kedua orang tuaku sudah meninggal sejak aku dan kakakku Rone masih kecil."
“Maaf Blaire, aku tidak bermaksud-“
“Tidak apa-apa Dyne.” Kenapa para mees sangat suka meminta maaf untuk sesuatu yang bukan kesalahan mereka? “Kakakku sibuk dengan pekerjaannya. Aku sekarang tinggal sendiri di apartemen yang tidak jauh dari sekolah, hanya butuh 30 menit dengan bersepeda. Bagaimana dengan kalian?”
“Kami sudah bersama sejak kami berada di sekolah dasar.” Jelas Dyne. “Ayahku dan ayah Ricci sama-sama bekerja di pemerintahan, dan orang tua Adia mengelola beberapa hotel dan penginapan.”
“Pantas saja kalian terlihat sangat akrab. Apa tidak apa-apa aku bergabung dengan kalian?” Aku tidak begitu yakin. “Kita baru kenal beberapa menit yang lalu. Aku tidak ingin mengganggu kalian.”
“Kau sama sekali tidak mengganggu Blaire. Kami benar-benar ingin berteman denganmu sejak kami melihatmu di kelas Mr. Robinson.” Jelas Ricci.
Adia tiba-tiba merangkul bahuku, “Kau teman kami sekarang.”
Aku bisa melihat ketulusan mereka saat mereka tersenyum padaku. Ini salah satu kemampuan yang dimiliki para guardian, melihat ketulusan dari diri seseorang.
_________________________
“Bailey, apa kau berencana untuk mencelakakannya dengan melonggarkan pengawasanmu di sekitarnya? Pagi ini aku mengawasinya, dan dia berangkat menggunakan sepeda, apa kau tidak berfikir kalau itu akan membahayakan dirinya? Dia bisa terluka kapan saja, kau tau itu.” Ucap seseorang di ujung telephone.
“Maafkan aku untuk itu. Sepertinya dia melakukan itu di luar sepengetahuanku. Aku akan mengurusnya sekarang juga. Dan selain itu, jangan lupakan kalau dia telah aku besarkan sebagai guardian, tidak ada mess yang bisa melukainya dengan mudah.”
“Aku tidak peduli Bailey, aku tidak ingin ia sampai tergores sedikitpun. Jangan membuat kesalahan dengan mengirimnya ke tengah-tengah para mees, Bailey.” Suara diujung telephone terdengar menuntut sebelum akhirnya telephone itu terputus.
wah aku suka penulis menulis sesuatu yang berbeda. mantap
Comment on chapter Chapter 1 - My Memories 1