Loading...
Logo TinLit
Read Story - Drama untuk Skenario Kehidupan
MENU
About Us  

“Pokoknya, tiap minggu kalian presentasikan proposalnya, ingin meneliti apa, nanti kami dan teman-teman kalian akan memberi pendapat dan pertanyaan agar kalian dapat menerapkannya sebelum UP (usulan penelitian) nanti,” salah satu dosen memberi penjelasan bagaimana cara main mata kuliah seminar sastra pada setiap mahasiswa tahun akhir.

Seminar sastra, salah satu mata kuliah semester tujuh, persiapan untuk menghadapi usulan penelitian dan sidang akhir. Demi satu tujuan, menyelesaikan skripsi dan lulus menjadi sarjana. Sudah sepatutnya setiap mahasiswa tahun akhir agar fokus menyelesaikan skripsi, demi mempercepat kelulusan dan mulai memasuki dunia kerja.

Mata kuliah seminar sastra diampu oleh empat orang dosen yang bertugas membimbing setiap mahasiswa mempersiapkan proposal demi usulan penelitian. Memakai sistem mereka, setiap mahasiswa telah dibagi giliran per minggu untuk mempresentasikan proposal penelitian.

Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah itu telah duduk memperhatikan bagaimana dosen menerangkan cara main dalam seminar sastra. Masing-masing telah mendapat giliran sesuai tulisan pada papan tulis untuk mempresentasikan proposal mereka.

Bagi Michelle, salah satu mahasiswa sastra Indonesia semester akhir yang mengambil mata kuliah seminar sastra, mendapat giliran presentasi pada minggu pertama setelah semuanya diumumkan sudah menjadi kesenangan tersendiri. Gadis berambut hitam lurus yang duduk di salah satu kursi barisan depan itu ingin lulus dari kuliah secepat mungkin. Dia tidak ingin membiarkan setiap kenangan buruk selama di klub film menghantui pikiran kembali.

“Eh, Michelle,” sapa gadis berjilbab ungu dan berkacamata di bangku sebelahnya, “lo tetap kan yang mau dibahasnya?”

“Iya.” Michelle mengangguk. “Novel-novel Wattpad. Bad boy sama dirty CEO.”

“Psikologi sastra, kan?”

Salah satu dosen mengakhiri kuliah tersebut, “Riza, Nita, sama Michelle, siap presentasi minggu depan ya. Segitu dulu saja dari kami.”

Tidak terasa, kuliah seminar sastra perdana pada semester akhir berakhir hanya dalam 45 menit, setara satu jam kuliah. Kebanyakan mahasiswa pada kelas itu bangkit dari bangku dan meninggalkan kelas berkarpet abu-abu dan dinding putih itu.

“Eh, Michelle, katanya … lo enggak kelihatan lagi di klub film.”

Michelle mengungkapkan pada gadis berjilbab ungu itu, “Gue enggak mau bahas gitu, Yuna. Udah cukup sama masa lalu, gue pengen fokus sama skripsi, terus cepat lulus.”

“Lho, Michelle. Lo kenapa sih? Emang ada masalah di sana?” tanya Yuna ketika mereka berdua menjadi yang terakhir keluar dari kelas.

“Enggak ah,” tanggap Michelle ketika menuruni tangga, “gue udah … move on dari sana. Lagian, saatnya buat fokus ke skripsi, gitu doang. Ini tahun terakhir, kan? Ngapain gue buang-buang waktu kalau bisa tiga setengah tahun lulus?”

“Michelle, gue teman lo. Lo enggak pernah cerita tentang gimana klub film sejak lo keluar.”

Bagi Michelle, menceritakan setiap kenangan buruk selama di klub film akan menjadi beban lebih berat. Dia tidak ingin mengingat kembali setiap detail, terutama hubungannya dengan Margin, sang ketua klub.

Rasa sakit ketika mengingat kembali setiap pertikaian di klub film akan mengiris hatinya lebih dalam. Terlebih, air matanya bisa meledak tak henti saat terlalu banyak kenangan buruk mengganjal pada benaknya, terutama selama dia berada di kostan.

Yuna membuang napas sejenak. “Michelle, gue bukannya kepo sih, enggak baik kalau lo mendam terus. Lo juga keluarnya tiba-tiba lah dari klub film. Lo selama ini enggak pernah cerita apa-apa, apa ada masalah.”

Michelle memang selalu menghindar ketika ada teman satu jurusan, termasuk Yuna, bertanya alasan mengapa dirinya keluar dari klub film fakultas. Entah dengan menjauh begitu saja sambil pamit atau mengganti topik pembicaraan menuju topik skripsi.

Michelle mengambil ponselnya begitu keluar dari gedung fakultas. Dirinya tercerahkan ketika beralih tempat menuju halaman gedung fakultas. Tempat parkir penuh seperti biasa, mobil dosen dan sepeda motor berderet memenuhi. Cerahnya matahari menghindari awan pada langit biru jernih. Beberapa mahasiswa juga turut berkumpul sekadar nongkrong menunggu jam kuliah.

Melewati halaman gedung fakultas, Michelle melirik-lirik pada beberapa mahasiswa yang tengah berkumpul di halaman kampus, memastikan tidak ada satu pun anggota klub film di sekitarnya, terutama Margin. Hatinya gundah ketika dia mungkin harus menghadapi salah satu dari mereka, apalagi membahas aksi terakhirnya, membanting kamera video ke lantai hingga pecah, sebelum resmi keluar.

Semenjak insiden syuting terakhir, Michelle tidak lagi berkumpul bersama seluruh anggota klub film. Semua kontak dia hapus demi membasmi kenangan buruk secara perlahan, mulai dari keluar dari grup chat klub film kampus hingga memblokir kontak Margin. Pesan dari beberapa anggota klub yang lain dia tidak jawab sama sekali.

Menunjukkan muka di hadapan anggota klub film saja Michelle tidak mau, apalagi mengunjungi ruang klub di halaman belakang gedung fakultas. Dia tahu apa yang harus dihadapi sebagai konsekuensi aksinya terakhir kali kegiatan klub, apalagi sudah begitu lama sebelum semester baru.

“Michelle?” Yuna membuarkan lamunan Michelle.

“Eh? Apa?”

“Kita ke warteg yuk, makan siang nih.”

“I-iya.” Michelle hanya mengangguk.

***

Jentikan jari pada keyboard laptop menjadi satu-satunya keramaian di kamar kos Michelle pada malam hari. Gadis berambut hitam lurus itu terfokus pada layar laptop dan keyboard dalam posisi duduk menghadap meja belajar. Dua buah novel masing-masing bertema bad boy dan dirty CEO juga berada di samping kanan laptop.

Michelle hanya ingin fokus menyiapkan semuanya untuk minggu depan, materi presentasi proposalnya demi mata kuliah seminar sastra. Dia tengah memindai dan memilah setiap materi dari file proposalnya.

Menemukan beberapa bagian penting, dia meringkas setiap materi dalam file PowerPoint per slide. Mulai dari latar belakang masalah hingga metode yang akan digunakan selama penelitian, secara sistematis dia masukkan dalam ringkasan pada file PowerPoint per slide. Tekadnya, dia harus persiapkan materi presentasi sejak lama agar tidak terasa mendadak ketika dipresentasikan di hadapan para dosen dan teman sekelasnya minggu depan.

Semenjak keluar dari klub film fakultas, Michelle hanya ingin fokus mengerjakan proposal skripsi, menyiapkan segalanya secara sempurna demi mata kuliah seminar sastra dan kelulusannya. Hal ini dia lakukan demi meninggalkan kehidupan kuliahnya yang telah suram dan hancur berkeping-keping menuju dunia kerja.

Mendadak, ketika dia mulai memeriksa bagian metode penelitian dan kajian pustaka, entah mengapa, terputar kembali sebuah kenangan buruk selama di klub film, perkataan seperti terputar kembali menuju telinganya.

Lo pikir lo jagoan? Lo cuma bisa kerja enggak becus.

Lo mau akting? Mimpi aja lu! Lo enggak bakal pernah siap!

 Michelle memegang keningnya tidak ingin memikirkan setiap kenangan buruk itu. Semakin dia tolak, semakin menghantui pula kenangan-kenangan itu pada otaknya. Dia melampiaskan semuanya menuju bukunya dengan kepalan tangan. Kedua novel yang dia jadikan objek penelitian untuk skripsinya dia pukul berkali-kali. Dia seret kedua novel itu seperti menampar dari meja hingga terjatuh keras menuju lantai.

“ENGGAK! ENGGAK!!” jerit Michelle kembali meneteskan air matanya.

Wajahnya dia tutupi ketika air matanya meledak. Dia menjerit melolong tidak dapat menahan tangisan akibat mengingat kembali setiap kenangan buruk secara mendadak.

Michelle berkali-kali ingin menyapu bersih setiap kenangan buruk selama berada di klub film fakultas, terutama perlakuan buruk dan semena-mena Margin padanya. Tetapi, dia tetap tidak bisa menyapu semua kenangan-kenangan itu dari otaknya.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
DEWDROP
1058      548     4     
Short Story
Aku memang tak mengerti semua tentang dirimu. Sekuat apapun aku mencoba membuatmu melihatku. Aku tahu ini egois ketika aku terus memaksamu berada di sisiku. Aku mungkin tidak bisa terus bertahan jika kau terus membuatku terjatuh dalam kebimbangan. Ketika terkadang kau memberiku harapan setinggi angkasa, saat itu juga kau dapat menghempaskanku hingga ke dasar bumi. Lalu haruskah aku tetap bertahan...
My Twins,My Hero
17044      3324     28     
Romance
Menceritakan kisah unik dari Alessa Samantha dan Andreas Sanjaya yang merupakan saudara kembar.
Gareng si Kucing Jalanan
10451      3392     0     
Fantasy
Bagaimana perasaanmu ketika kalian melihat banyak kucing jalanan yang sedang tertidur sembarangan berharap ketika bangun nanti akan menemukan makanan Kisah perjalanan hidup tentang kucing jalanan yang tidak banyak orang yang mau peduli Itulah yang terjadi pada Gareng seekor kucing loreng yang sejak kecil sudah bernasib menjadi kucing jalanan Perjuangan untuk tetap hidup demi anakanaknya di tengah...
Dia Dia Dia
13537      2167     2     
Romance
Gadis tomboy yang berbakat melukis dan baru pindah sekolah ke Jakarta harus menahan egonya supaya tidak dikeluarkan dari sekolah barunya, saat beberapa teman barunya tidak menyukai gadis itu, yang bernama Zifan Alfanisa. Dinginnya sikap Zifan dirasa siswa/siswi sekolah akan menjadi pengganti geng anak sekolah itu yang dimotori oleh Riska, Elis, Lani, Tara dan Vera. Hingga masalah demi masalah...
Damn, You!!
2907      1110     13     
Romance
(17/21+) Apa yang tidak dimilikinya? Uang, mobil, apartemen, perusahaan, emas batangan? Hampir semuanya dia miliki kecuali satu, wanita. Apa yang membuatku jatuh cinta kepadanya? Arogansinya, sikap dinginnya, atau pesonanya dalam memikat wanita? Semuanya hampir membuatku jatuh cinta, tetapi alasan yang sebenarnya adalah, karena kelemahannya. Damn, you!! I see you see me ... everytime...
In Your Own Sweet Way
431      305     2     
Short Story
Jazz. Love. Passion. Those used to be his main purpose in life, until an event turned his life upside down. Can he find his way back from the grief that haunts him daily?
Loker Cantik
543      411     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Wedding Dash [Ep. 2 up!]
2934      1109     8     
Romance
Arviello Surya Zanuar. 26 tahun. Dokter. Tampan, mapan, kaya, dan semua kesempurnaan ada padanya. Hanya satu hal yang selalu gagal dimilikinya sejak dulu. Cinta. Hari-harinya semakin menyebalkan saat rekan kerjanya Mario Fabrian selalu mengoceh panjang lebar tentang putri kecilnya yang baru lahir. Juga kembarannya Arnaferro Angkasa yang selalu menularkan virus happy family yang ti...
Truth Or Dare
9062      1720     3     
Fan Fiction
Semua bermula dari sebuah permainan, jadi tidak ada salahnya jika berakhir seperti permainan. Termasuk sebuah perasaan. Jika sejak awal Yoongi tidak memainkan permainan itu, hingga saat ini sudah pasti ia tidak menyakiti perasaan seorang gadis, terlebih saat gadis itu telah mengetahui kebenarannya. Jika kebanyakan orang yang memainkan permainan ini pasti akan menjalani hubungan yang diawali de...
Babak-Babak Drama
471      326     0     
Inspirational
Diana Kuswantari nggak suka drama, karena seumur hidupnya cuma diisi itu. Ibu, Ayah, orang-orang yang cuma singgah sebentar di hidupnya, lantas pergi tanpa menoleh ke belakang. Sampai menginjak kelas 3 SMP, nggak ada satu pun orang yang mau repot-repot peduli padanya. Dian jadi belajar, kepedulian itu non-sense... Tidak penting! Kehidupan Dian jungkir balik saat Harumi Anggita, cewek sempurna...