Loading...
Logo TinLit
Read Story - Raha & Sia
MENU
About Us  

"Apaan tuh, artinya?" Tanya Sia menuntut Helen bicara. "Kok bunyinya mirip sama ich liebe Essen?"

Sedangkan yang ditanya malah menatapnya intens. Helen hanya heran, atau lebih tepatnya, tercengang. "Si, lo lagi deket sama cowok?"

"Lah? Dekat, maksudnya punya gebetan, begitu?"

Helen mengangguk.

"Nggak ada, nggak ada. Sia mana ada waktu ngurusin begituan? Emang artinya Ich liebe dich apa sih?" Jujur dan tanya Sia bersamaan.

"Artinya," jawab Helen. "Aku cinta kamu."

"HAH?!" Sia kelepasan. Untung suaranya tidak terlalu menggelegar. Ia pun menyabet kertas di tangan Helen dan menatapnya sembari menganga. "Ini kertas salah alamat, kali. Oh ya, ini bahasa Jerman kan?"

"Iya."

"Nah, ini pasti buat Helen! Ya kan? Soalnya satu sekolah  tahu dong Helen orang Jerman. Waduh kenapa jadi ke Sia ya?"

Mendengar itu, lantas Helen menaikkan alis bingung. Apa yang dikatakan Sia ada benarnya juga,sih. Tapi... Siapa pengirimnya? Dan.. Helen tak merasa sedang dekat pada seseorang di sekolah ini. Tapi, Helen tersenyum. Bahkan mengambil amplop itu. "Buat gue, kan?"

"Pasti! Yakali pengirimnya pdkt ke Sia pake bahasa Jerman! Sarap ngapa yak?" Oceh Sia dan tepat setelahnya, bel masuk berbunyi menyisir setiap sudut sekolah. 

 

***

 

"Pak, bentar." Helen meminta pak Ojan menghentikan laju mobil begitu melewati Sia yang terlihat baru saja keluar gerbang. "Si, yakin nggak mau ikut gue pulang?" Tawar Helen entah keberapa kalinya untuk hari ini. Namun Sia menggeleng seperti yang sudah-sudah.

"Nggak usah deh. Lagian udah lama Sia nggak naik angkot."

"Oke deh." Pasrah Helen tanpa merasa diacuhkan sama sekali. "Gue duluan ya."

"See you." Tangan Sia melambai pelan. Ia pun melanjutkan kembali langkahnya menuju ke jalan raya. Karena sudah dua hari ini motornya betah di bengkel, makanya Sia naik angkot dengan sedikit rasa mau tak mau. 

Sama seperti kemarin,  ia harus berdiri di pinggir jalan dan memalang angkot setelahnya. Namun bedanya hari ini dan kemarin, ada sebuah mobil hitam yang menepi persis di depannya. Alhasil Sia mengernyit bingung, namun ia bergeser mana tahu mobil itu ingin memutar arah. 

Namun, tidak. Mobil itu justru mundur sedikit dan kembali mensejajarkan badannya dengan badan mungil milik Sia. Kali ini Sia tak berpindah, ia perlu menunggu si pemilik mobil setidaknya menurunkan kaca. 

Barangkali mau tanya alamat, kan?

Pikirnya. 

Dalam detik ke sepuluh, kaca mobil bergerak turun, menampakkan seorang pria di dalamnya. "Hai."

"A?" Sia menganga dengan mata membulat sempurna. "Mister?"

"Raha, nama saya Raha." Koreksi yang dipanggil mister tersebut. Raha tersenyum, memamerkan senyum termanis yang ia punya. 

"I-iya. Tapi Helennya udah pulang. Dijemput pak Ojan." Ujar Sia tanpa ditanya. Mendengar itu justru Raha dibuatnya berdecih di dalam senyum. 

"Saya tahu."

"Lah?" Sia lalu membekap mulutnya, menepuk pipinya sekilas ketika menyadari bahasa yang ia gunakan seharusnya bukan yang informal seperti ini. "Tapi anda kenapa di sini?" Lanjutnya kaku.

"Saya mau jemput kamu." Jawab Raha tanpa ragu. "Ayo masuk."

"Hah?" Tentu saja Sia terkejut. Dan ia tak bergerak sedikitpun meskipun Raha sudah menghidupkan mesin mobilnya. 

Pria itu melihat Sia yang masih sama. "Ayo masuk."

"Ng-tidak usah. Saya berterimakasih atas tawarannya tapi-"

"Saya bisa saja membayar seluruh angkot yang lewat untuk tidak mengijinkan kamu menumpang di angkot mereka."

Sia melongo. Ia berbungkuk demi melihat wajah Raha dengan jelas. "Permisi?"

"Masuk, Sia. Jangan banyak tanya."

Sia pun masuk. Ia tak mau bertele-tele meski kenyataannya ia sendiri masih bingung. Setelah mobil melaju, hening menyelimuti mereka berdua.

"Di mana rumah kamu?"

Kemudian Sia menjawab. In all, hanya itu percakapan yang mereka bangun sampai mobil Raha berhenti di depan gerbang rumah bercat putih kediaman Sia Tadirana. 

"Terimakasih," lirih Sia melepaskan seatbelt-nya. Ia pun turun dari mobil, mengitari mobil Raha demi bersisian dengan kursi kemudi yang letaknya di sebelah kanan. "Terimakasih sudah mengantar saya."

Raha tersenyum. Ah, senyum itu lagi. "Sama-sama." 

Kemudian Sia mundur tanpa berbalik badan dengan mata yang masih memandangi Raha di dalam sana. Kaca mobil Raha bergerak naik, menutupi sosok Raha hingga tak bisa lagi dijamah oleh kedua mata Sia yang kini mulai mengantuk. 

5 detik berlalu.

6 detik.

7.

10.

15, dan mobil hitam itu belum bergerak juga. Apa Raha tertidur? Sia rasa tidak. Dan yang Sia lakukan hanya celingukan sembari menerka-nerka apa yang dilakukan pria dibalik kaca berlapis riben itu. 

"Lah? Itu bule lokal kenapa ya? Kok nggak pergi juga?" Sia masih mengelus lehernya, sesekali ia memicingkan mata. 

"Saya di sini." 

Sia terdiam mendengar kalimat yang terucap barusan. Itu suaranya Raha. Ekor mata Sia bergerak, detik selanjutnya ia berbalik badan lalu menemukan Raha berdiri tepat setelahnya. Sejak kapan Raha di sana?

"Anda? Bukannya anda di mobil?" Sia nyaris kehabisan kata. 

"Sekarang saya senang." Balas Raha membuat kerutan di kening Sia tampak. 

"Senang? Kenapa?"

"Karena sekarang saya tahu, rupanya saya berharga bagimu." 

"Apa?" Sia bertambah bingung.

Dan yang ditanya pun tersenyum tanpa membiarkan sedikitpun iris matanya untuk berpaling dari Sia. "Kamu peduli pada saya, Sia."

"Maaf? Maksud anda?"

"Buktinya kamu mencari saya." Jawab Raha. "Bukankah sesuatu itu disebut berharga ketika ada yang memutuskan untuk mencarinya?" 

Sia meringis dan menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. Awkward, itu yang menggambarkan situasi ini di mata Sia sekarang. Dan Raha malah tersenyum meski Sia tidak menyadari itu. 

"Baiklah Sia, saya pulang dulu. Sampai jumpa."

"Ah? O-oke." Sia menaikkan jempolnya. 

Lalu Raha pun masuk ke dalam mobilnya. Kaca mobil kembali turun menampakkan Raha yang rupanya masih menautkan matanya pada sosok perempuan bernamakan Sia itu.

Dan yang ditatap lantas memalingkan muka. Bingung harus bergaya apa. Air muka yang ia pasang perlahan berubah datar, ia bersikap seolah Raha tidak ada. Namun air muka itu tak bertahan lama, karena setelahnya Raha kembali bicara.

"Sia, surat yang saya berikan jangan di buang." 

"Kalau kamu suka, simpan saja sebagai kenang-kenangan."

"Kalau tidak suka, simpan juga. Karena saya akan membuatmu menyukainya."

"Percayalah, saya akan berhasil. Sama seperti yang tadi,"

"berhasil memposisikan diri saya menjadi sesuatu yang berharga."

Bunyinya beruntun, kemudian pergi bersama mobilnya, meninggalkan Sia yang kini sangat butuh udara. 

Sia tak habis pikir dengan pria bernama Rahardi, Raha Diano Gilbert atau si Raha-Raha itu! Yang pasti, Sia kehabisan frasa bahkan sampai sekarang, saat dirinya sudah berada di meja makan. 

Sia memilih cuek, lebih baik ia fokus menghabiskan makan siang di depannya. Tapi nyatanya, nama Raha justru melanglang buana menggeluti pikirannya. Sia masih tak habis pikir.

"Apaan sih nggak jelas banget!"  Sia menegak habis air di gelasnya dan kembali kepikiran. 

Seketika sosok seorang Raha yang tadinya berwibawa, kini menjadi sosok yang tidak jelas apa maunya.

"Itu orang mabuk lem kali, ya?"

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hujan Bulan Juni
397      274     1     
Romance
Hujan. Satu untaian kata, satu peristiwa. Yang lagi dan lagi entah kenapa slalu menjadi saksi bisu atas segala kejadian yang menimpa kita. Entah itu suka atau duka, tangis atau tawa yang pasti dia selalu jadi saksi bisunya. Asal dia tau juga sih. Dia itu kaya hujan. Hadir dengan serbuan rintiknya untuk menghilangkan dahaga sang alang-alang tapi saat perginya menyisakan luka karena serbuan rintikn...
Kelana
879      620     0     
Romance
Hidup adalah perjalanan tanpa peta yang pasti, di mana setiap langkah membawa kita menuju tujuan yang tak terduga. Novel ini tidak hanya menjadi cerita tentang perjalanan, tetapi juga pengingat bahwa terbang menuju sesuatu yang kita yakini membutuhkan keberanian dengan meninggalkan zona nyaman, menerima ketidaksempurnaan, dan merangkul kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Selam...
My Big Bos : Mr. Han Joe
643      395     2     
Romance
Siapa sih yang tidak mau memiliki seorang Bos tampan? Apalagi jika wajahnya mirip artis Korea. Itu pula yang dirasakan Fraya ketika diterima di sebuah perusahaan franchise masakan Korea. Dia begitu antusias ingin segera bekerja di perusahaan itu. Membayangkannya saja sudah membuat pipi Fraya memerah. Namun, apa yang terjadi berbeda jauh dengan bayangannya selama ini. Bekerja dengan Mr. Ha...
Surat Kaleng Thalea
4414      1252     2     
Romance
Manusia tidak dapat menuai Cinta sampai Dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. -Kahlil Gibran-
Kamu VS Kamu
1955      1039     3     
Romance
Asmara Bening Aruna menyukai cowok bernama Rio Pradipta, si peringkat pertama paralel di angkatannya yang tampangnya juga sesempurna peringkatnya. Sahabatnya, Vivian Safira yang memiliki peringkat tepat di bawah Rio menyukai Aditya Mahardika, cowok tengil yang satu klub bulu tangkis dengan Asmara. Asmara sepakat dengan Vivian untuk mendekatkannya dengan Aditya, sementara ia meminta Vivian untu...
START
320      216     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ πŸ˜‚ apalagi 21+πŸ˜† semuanya bisa baca kok...πŸ₯° Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
Taruhan
70      67     0     
Humor
Sasha tahu dia malas. Tapi siapa sangka, sebuah taruhan konyol membuatnya ingin menembus PTN impianβ€”sesuatu yang bahkan tak pernah masuk daftar mimpinya. Riko terbiasa hidup dalam kekacauan. Label β€œbad boy madesu” melekat padanya. Tapi saat cewek malas penuh tekad itu menantangnya, Riko justru tergoda untuk berubahβ€”bukan demi siapa-siapa, tapi demi membuktikan bahwa hidupnya belum tama...
The Twins
4573      1603     2     
Romance
Syakilla adalah gadis cupu yang menjadi siswa baru di sekolah favorit ternama di Jakarta , bertemu dengan Syailla Gadis tomboy nan pemberani . Mereka menjalin hubungan persahabatan yang sangat erat . Tapi tak ada yang menyadari bahwa mereka sangat mirip atau bisa dikata kembar , apakah ada rahasia dibalik kemiripan mereka ? Dan apakah persahabatan mereka akan terus terjaga ketika mereka sama ...
May be Later
16388      2440     1     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
THROUGH YOU
1345      854     14     
Short Story
Sometimes beautiful things are not seen; but felt.