Ku ingin terbang memeluknya.
Namun,setiap kali aku mendekatinya selalu saja duri duri itu menusuk ku.
Dewi Asri Rahma.
------
Dewi pov
Setelah keluar main pertama datang,aku memutuskan berbicara empat mata dengan fia.sahabat terbaik zahra.
Zahra adalah gadis yang sangat ceria dan periang,semua orang bisa melihatnya.
tapi,tidak bagiku.
bagiku zahra hanya bermuka topeng di sekolah ini dan dia hanya bersandiwara saja menganggap bahwa tak ada yang pernah terjadi selama ia tertawa.tapi sebenarnya di belakang kami semua ia sangat kesepian,sangat terluka.
dulu saat aku pertama kali mengenalnya aku sering mendengar cerita cerita tentang zahra,tentang keluarganya yang membencinya.
awalnya aku tak percaya,tapi saat aku membaca buku diari zahra akhirnya aku percaya.
Flash back on
"Zahra!kita ke kantin yuk..."
panggil fia tak sabaran seperti cacing kepanasan.
"Gue gak laper fi."jawab zahra santai.
Aku sedikit geli melihat ekspresi zahra yang sangat datar menanggapi panggilan fia yang sudah sangat mirip dengan cacing kepanasan.
"Aaaaa..gue gak mau tau ra..loe harus ikut gue ke kantin!
temenin gue."teriak fia yang sudah tak mau tau.
Zahra mendongakkan wajahnya,menatap fia dengan tatapan datarnya.
beberapa menit kemudian,zahra kembali menundukkan pandangannya dan kembali fokus dengan buku tulis tebal berwarna abu abu.
seperti buku diari,
tapi mana mungkin zahra si cewek brandal berkutat dengan buku diari yang secara notabene adalah buku untuk gadis cupu!
alias gadis kesepian.
Sekali lagi aku ingin tertawa karena melihat ekspresi zahra yang masih datar menanggapi fia.
"Loe kan bisa di temani ann atau latifa."
zahra menghentikan ucapannya,lalu berpaling melihat wajahku yang juga sedang memandang wajahnya.
beberapa detik ia menatap mataku,zahra pun kembali menatap fia.
"Juga kan loe bisa di temani dewi...
atau sekalian aja kalian berempat yang ke kantin."
sambung zahra.
Mendengar jawaban zahra,fia langsung bereaksi dengan memasang wajah polosnya yang asli membuat ku ingin muntah.
"Ra...loe mau liat gue di labrak lagi sama kak yola?
loe kan gak ada di samping gue,so bisa saja dia ngelabrak gue lagi kayak kemaren."ucap fia beralasan.
Mendengar alasan fia,zahra langsung menatap tajam mata fia hingga akhirnya zahra berdiri dan memutuskan untuk menemani fia ke kantin.
melihat pemandangan itu,jujur aku sangat iri kepada fia.
entah,mungkin hanya perasaan ku saja atau apa tapi setiap kali fia dalam kesulitan,orang pertama yang datang membantunya adalah zahra.hehh...aku menginginkanya.
Setelah kepergian mereka berdua,aku pun berniat ingin menyusul mereka berdua.
akan tetapi,saat aku melewati bangku zahra aku melihat buku yang berwarna abu abu milik zahra.
"Ini memang buku diari.."
gumamku sambil memungut buku diari zahra.
"Bagaimana buku ini bisa terjatuh?
oh,mungkin sewaktu zahra berdiri ia tak sengaja menyenggol buku diari nya.."
ucap ku membuat kesimpulan sendiri.
Aku pun berniat meletakkan kembali buku diari zahra,namun karena aku penasaran aku pun memberanikan diri untuk membukanya.
Hal 1
Dear,diary.
Ini tentang hariku.
tentang perjalanan hidupku yang kesepian.
yang hampa akan
Kasih sayang dari mereka.
Dear?
Apakah aku salah meminta sedikit saja perhatian mereka?
apa aku salah dear?
jawab aku dear!
apa aku salah?
jika aku salah lalu mengapa tuhan mengirimku ke dunia ini?
mengapa tuhan begitu egois mempermainkanku seperti ini!
apakah aku sungguh tak pantas?
apakah aku sungguh tak berhak mendapatkannya?
Sungguh,aku benar benar tak percaya jika kau memang ada.
Zahra affianisha.
Tanpa ku sadari,air mataku terjatuh mengenai lembaran buku zahra.
benarkah ini kamu zahra?
sungguh,kamu sangat berbeda di sini.
Untuk memperjelas curahan hati zahra,aku pun membaca lembaran berikutnya.
Hal 2
Dear,diary.
Apa kamu tau hari ini apa yang terjadi?
Mungkin..kau tak tau,tapi akan ku ceritakan semuanya.
Dear...pagi tadi kak razi mengujiku lagi.
mungkin kata kata kak razi yang kemarin tidak terlalu ku pikirkan,akan tetapi kata kata kak razi hari ini membuatku sakit bahkan sangat sakit.
Tahukah kamu dear,
apa yang dia katakan kepadaku?
Dia mengatakan bahwa aku adalah gadis liar,
gadis tak tau malu,
gadis yang tak punya masa depan..
karena diriku sangat bertolak belakang dengan kehidupan mereka.
baiklah..aku terima mungkin dia benar aku adalah gadis jalang.tapi,kenapa harus kak annisa?
mengapa kak razi sangat berambisi membandingkanku dengan kak annisa?
hanya karena aku tak seperti kak annisa bukan berati aku bukan anak mereka bukan?
bagaimana pun aku adalah anak mu abi umi!
aku adalah bagian dari kalian!
tak bisakah kalian membiarkan ku menyelami kehidupan ku sendiri?
dan aku begini juga karena kalian..sadarlah.
Kalian tak pernah bertanya mengapa aku seperti ini...kalian hanya mengintimidasi hidup ku saja.
karena kalian egois!
Menjadi orang lain bukanlah diriku,namun menjadi diriku sendiri adalah aku yang sebenarnya.tak perduli jika kau menyukai atau membenciku.karena inilah aku.
Zahra Affianisha
Dan lagi,dada ini terasa sangat sesak membaca lembaran kedua ini.
aku tak pernah berpikir jika kehidupan zahra sekacau ini,sungguh dengan wajah zahra yang selalu tersenyum ceria dan tertawa lepas membuat ku selalu berpikir jika kehidupan zahra sangatlah sempurna.
apa lagi kejadian waktu itu membuat zahra mengungkapkan identitasnya sebagai anak pemilik saham paling besar di sekolah ini.
itu adalah sebuah kejutan fantastis yang bisa membuat semua orang berpikir bahwa zahra adalah gadis yang beruntung.
paras wajah cantik,keluarga yang lengkap dan kaya raya.siapa yang tak berpikir begitu jika zahra sudah tertawa.
tak kan ada yang berpikir negative jika melihat zahra yang di luar.
namun setelah melihat zahra yang di dalam semua pikiran itu akan langsung sirna.
Tak ingin berlama lama dengan pikiran ku,aku pun memutuskan membuka lembaran berikutnya.namun saat tanganku akan menyentuhnya tiba tiba suara teriakan latifa yang cempreng terdengar.
"Woiiiii...kejar gue kalo loe bisa."
"Gawat!
pasti mereka berempat sedang menuju kemari".
aku pun memutuskan untuk menutup buku diari zahra dan meletakannya ke tempat semula.
Flash back off
Bukan hanya karena buku diari zahra saja.
Akan tetapi, terkadang aku diam diam memperhatikan zahra saat ia sedang sendiri.
Pandangan itu, aku bisa melihatnya.
Wajah zahra terlihat murung dengan tatapan sendunya, bahkan pernah suatu hari aku melihatnya duduk sendiri di taman belakang sekolah.
Aku tak tau apa yang sedang ia pikirkan saat itu akan tetapi hari itu ia menangis.
Menangis?
Tak semua orang pernah melihatnya menangis dan aku beruntung dapat melihatnya.
Hehh...
Setidaknya aku tau apa yang di sembunyikan zahra dari dulu.
Author pov
"Dewi?
Loe disini?
Dari tadi gue cari cari eh loe malah disini.
Ada apa?
Katanya ada yang pengen loe omongin sama gue? "
Tanya seorang gadis membuyar kan lamunan dewi.
"Ah, ya gue di sini..."
jawab dewi gelagapan.
"Ada apa?
Apa ada masalah? "
Tanya fia mengulangi pertanyaan nya sekali lagi.
Dewi menatap wajah fia dengan tatapan yang tak bisa dimengerti oleh fia.
"Wi, kok loe ngelamun sih?
Gue nanya di jawab dong.. "
Tegur fia yang langsung mengembalikan kesadaran dewi.
"Kalo loe beneran mau niat ngomong ama gue sehar-"
"Ini soal zahra."potong dewi cepat.
Setelah mendengar nama zahra disebutkan fia langsung merespon cepat pernyataan dewi.
"Zahra?
zahra kenapa, wi?"
"Zahra dalam keadaan bahaya, fi. "
"Bahaya?
Maksud loe, wi?
Gue masih belum mengerti. "
"Jadi gini fi, tadi pagi itu gue denger percakapan andr-"
"Dewi!"
panggil andrini menghentikan ucapan dewi.
Dewi langsung memalingkan wajahnya ke arah andrini dan latifa yang sudah berdiri di belakangnya.
"Ann, loe kok.. "
"Loe dipanggil sama buk yuli, di suruh keruang guru katanya"Putus latifa.
"Buk yuli??"tanya dewi seperti sedang berpikir.
"Iya."
"Udah sana, daripada loe kelamaan mikir mending loe ke ruang guru aja.
nanti kalo loe telat dimarah lagi sama buk yuli."saran andrini.
"Oh,ok dah.
fi,kita lanjutinnya nanti aja yah di dalam kelas" ucap dewi seraya berlari ke ruang guru.
"Sebenarnya zahra kenapa sih?
ah, dewi belum sempet jelasin lagi."kesal fia.
Mendengar kekesalan fia, andrini dan latifa pun saling pandang.memberi kode.
"Ooo..emang tadi dewi ngomong apa aja ke loe?"
pancing andrini.
"Gue juga gak tau sih,tapi tadi itu dia bilang kalo zahra dalam bahaya gitu deh..ah,tapi gue gak ngerti apa maksudnya dia"jawab fia jujur.
"Oh, gitu..."
"Ya udah,gue ke BK dulu yah..di panggil sama buk dewi."
pamit fia seraya berbalik badan dan berjalan menuju ruang BK.
setelah punggung fia menghilang dari pandangan mereka,mereka pun melanjutkan obrolan mereka.
"Tu, kan gue bilang apa!
dewi itu penghianat, ann!!!" kesal latifa.
"Heh,gue gak pernah berpikir sampai sejauh ini...saatnya kita beraksi."ucap andrini santai sambil mengotak atik hand phone nya dan setelah itu ia mulai tersenyum lebar.
***
"Assalamualaikum.."
"Wa'alaikumussalam..."jawab buk dewi.
"Ibu manggil saya?"tanya fia sopan.
Buk dewi terlihat tersenyum dengan pertanyaan fia.
buk dewi kagum melihat perubahan fia yang maju pesat,bukan hanya dari sikap akan tetapi baju seragam yang fia gunakan pun sudah menutupi aurat walaupun belum menggunakan hijap.
"Buk?"
"Maaf,bukan saya tapi pak alif.pak alif ada di ruangannya, ya udah saya ke kantin dulu ya ..assalamualaikum..."
pamit buk dewi sambil menjawil pipi tembem fia.
"Pak alif..?"gumam fia.
"Silahkan duduk,fi."
Intruksi alif yang tiba tiba muncul dan langsung duduk di sofa yang telah ada.
"Ah,iya pak. Tapi, ngomong ngomong bap_"
"Kamu gak usah formal gitu, Ra. Saya ini kakak kamu"potong alif cepat.
"Tapi,pak-"
"Kenapa kamu harus membuka jilbab kamu?
kenapa kamu harus mengambil resiko sebesar ini?"tanya alif to the point kepada fia dengan santai namun terdengar tegas.
"Pak..masalahnya kita ada di.."
"Jangan uji kesabaran saya,kira.saya ingin kamu seius!!"
"Tapi,pak masalahnya sekarang ini kita ada di-"
"LUTFIA ASAKIRA!!!"bentak alif tak tahan lagi.
"Saya gak perduli kita sedang ada dimana!yang saya perduli itu penjelasan kamu!
kenapa harus sejauh ini,kira?"
Fia menelan ludah dengan bentakan alif.ia berpikir jika alif hanya asal bicara saja namun,ternyata kali ini alif benar benar serius dengan pertanyaannya.
"Asstagafirullah..
Ya,allah..kak alif benar benar serius ternyata..."batin fia khawatir.
"Jawab,kira!
jangan biarkan sa-"
"Maaf,kak..
Sebenarnya kira sama fira gak nyangka kalo kakak akan datang ke sekolah ini,itulah mengapa kira dan fira berani mengambil langkah sejauh ini.
tapi,kakak tenang aja..kira sama fira sudah perlahan lahan mulai menutup aurat lagi.insya Allah dua atau tiga hari lagi kira sama fira bakal pakai hijap lagi."
"Saya..tau..tapi kenapa harus sejauh ini,kira?
apa kamu gak takut jika umi kamu tau apa yang telah kamu lakukan disini??
apa kamu gak takut jika keluarga di pondok tau apa yang sebenarnya terjadi?"
"Astagafirullah..kakak ini ngomong apa sih?ya,jelaslah kira takut kalo umi sama abi tau.tapi mau gimana lagi kak,hanya ini satu satunya cara agar kira bisa mendekati dia.dan juga karena itulah kakak harus tutup mulut.hhmm..bukan cuma kakak aja,kak razi juga udah janji tutup mulut..kak annisa juga gak bakal cerita ke keluarga di pondok kalo kira sama fira seperti ini."
Alif menghela nafasnya dengan berat setelah mendengar penjelasan dari fia.
menatap wajah sepupunya ini dengan tatapan lemah.
"Sampai kapan?"tanya alif bersuara.
"Insya Allah..tinggal sebentar lagi.."yakin fia.
"Ok,sementarakakak saya menunggu janji kamu..saya sama razi besok mau ke pondok lagi untuk mengurus acara pengajian yang akan di adakan beberapa hari lagi di sekolah ini.."
Fia menganggukan kepalanya dengan semangat.
"Ok,kamu boleh pergi sekarang."
Fia kembali menganggukan kepalanya dan bersiap akan pergi,namun langkahnya pun terhenti karena teringat akan sesuatu.
"Gus.."panggil fia.
Alif terlihat membelalakan matanya setelah mendengar fia memanggilnya.
"Kira..ini di sekolah..bukan-"
"Tadi gus bilang kalo gus gak perduli kalo kita sedang ada dimana,nah sekarang kok gus perduli?"tanya fia sambil terkekeh.
"Hehh..ok,ada apa kira?"
"Hhmm..gus..menurut gus,kalo zahra gimana?"tanya fia.
"Zahra?gimana apanya?"
"Gimana kalo zahra yang jadi..calon istri gus?"pancing fia.
Alif hanya menggeleng pelan dengan pertanyaan fia.
"Belum saatnya kita membicarakan ini.."
Fia menggelengkan kepalanya cepat,tak terima dengan pernyataan alif.
"Kenapa?"kejar fia.
"Karena..karena..karena bel masuk sudah berbunyi dan sudah waktunya kamu masuk kelas."
Fia tersenyum geli dengan sikap alif yang terlihat salah tingkah.
"Baiklah..kira masuk dulu..yah..gusss..eits..tapi kira cuma mau ngasih tau aja kalo gus beneran suka sama zahra,lebih baik gus cepat mengambil langkah sebelum yang lain mulai bergerak.."nasihat fia di barengi dengan sebuah ejekan sembari berlari keluar dari ruang BK.
"Astagafirullah..kira..
Kamu ini apa apaan sih?
Astagafirullah..
Astagafirullah..
Astagafirullah..."
Ucap alif beristigfar seraya mengelus dadanya dengan kedua tangannya.
merasakan detak jantungnya melaju cepat dan tak biasanya terjadi.
"Ya Allah..hamba merasakannya lagi,perasaan ini..perasaan yang seharusnya tak ada sebelum waktunya.."batin alif.
"Bukan hanya mereka yang menginginkan mu kembali..tapi aku juga akan terus berjuang hingga Allah..membawa mu kembali ke jalannya yang lurus"
gumam alif penuh tekat.
Setelah sekian lama berkutat dengan pikirannya sendiri,akhirnya alif memutuskan untuk kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.
***
Dewi keluar dari ruang guru dengan raut wajah kebingungan dan dengan bermacam macam pikiran yang memenuhi kepalanya.
"Kok aku ngerasa ada yang janggal dengan semua ini?
ann bilang kalo aku dipanggil sama buk yuli,tapi setelah aku keruang guru ketemu sama buk yuli..buk yuli bilang kalo dia gak pernah manggil aku!
dan anehnya..buk yuli kan guru pengajar khusus untuk kelas 12,sementara aku kelas 11..jadi kalo dipikir pikir..secara logika..buk yuli gak mungkin manggil aku!
secara kan buk yuli gak kenal aku.."ucap dewi berbicara sendiri dan membuat kesimpulannya sendiri.
"Berati..ya tuhann..apakah ini jebakan??"tanya dewi khawatir.
"Yaps...loe benar..ini adalah jebakan yang khusus untuk loe seorang."ucap yola yang tiba tiba sudah ada di depannya.
Dewi melangkah mundur dengan perlahan lahan menahan ketakutannya.
"Jangan harap loe bisa lolos dari sergapan gue.."ucap yola sambil memberikan aba aba kepada rani dan lala untuk beraksi.
Dewi tak bisa mengelak karena tubuhnya langsung di apit oleh rani dan lala yang secara sukarela menyeret tubuh dewi kesebuah ruangan yang biasa disebut gudang oleh siapa pun yang melihatnya.
"Lepas!!!lepasin gue!!!"bentak dewi.
Rani dan lala hanya tertawa garing mendengar bentakan dewi.
Setelah sampai dalam gudang,rani dan lala pun mendorong tubuh dewi ke arah lantai yang di penuhi debu.
dewi merasakan jika lututnya terasa perih dan terbatuk batuk karena debu yang sudah melekat pada baju nya.
"Ow..ow..ow..sakit yah..sakit"
ucap seorang gadis dengan bertepuk tangan heboh.
"Ann?"
"Iyah,ini gue!biang dari semua ini!"
"Loe..loe bener bener keterlaluan!
loe kelewatan batas,ann!"
"Kelewatan batas?
heh,ini cocok buat loe yang berkhianat dari kita bertiga."bela latifa yang tersulut emosi.
Dewi menggelengkan kepalanya dengan cepat,menolak tuduhan yang di berikan oleh latifa.
"Berkhianat?loe bilang gue berkhianat?"tanya dewi mengulangi pertanyaannya.
"Yap!loe berkhianat!.apa lagi coba namanya kalo bukan berkhianat."jawab yola sambil duduk manis di sebuah bangku kosong.
"Hei,loe sadar gak sih?yang berkhianat itu loe bukan gue!."
"Termasuk gue?"tanya yola dengan raut wajah begok nya.
"Ah,bukan loe!tapi kalian berdua!ann,latifa!kalian lupa janji persahabatan kita berlima?kalian gak lupa kan?"
"Janji persahabatan?"tanya andrini begok.
"Yang mana yah?perasaan gak ada deh."sambung latifa.
"Kali-"
"Jangan banyak bacot loe!!!"bentak yola kesetanan karena tersulut emosi.
bentakan yola berhasil membuat dewi meringkuk ketakutan.
"Pakek acara sok drama dramaan lagi!dasar korban ftv!!!"bentak latifa tak mau ketinggalan.
"Sebenarnya mau kalian apa?"tanya dewi lemah.
Mendengar pertanyaan polos dewi,andrini dan yola serta latifa langsung tertawa meremehkan.
"Jauhi,zahra."jawab yola santai.
"Jauhi zahra?gak.gue gak mau!"tolak dewi.
Mendengar penolakan dewi,akhirnya andrini menjadi geram dan langsung mengambil langkah terakhir.
Ia berjalan cepat mendekati tubuh dewi yang sudah terkapar di dinginnya lantai gudang yang berdebu.
Setelah sudah di depan dewi,andrini memberikan dewi sebuah senyum menyedihkan seraya mengelus elus pelan puncak kepalanya.
"Permintaan gue cuma satu dan sangat simple kok.
Gue cuma mau loe jauhi zahra aja dan gak lebih dari itu.."ucap andrini seperti berbisik.
Dewi menggelengkan kepalannya dengan pelan.
melihat kelakuan dewi yang masih keras kepala,andrini pun langsung menjambak rambut dewi yang sudah berantakan dari awal.
"Kalo loe tetap menolak,maka gak ada cara lain selain loe mati!!!loe tau kan siapa gue?gue bisa aja nekat kalo gue mau.."
ancam andrini serius.
"Tapi,ann.."
"Gue harap loe ngerti apa yang gue mau.hanya menjauh..dan tak ada yang lain.
toh,walaupun loe ada di dekatnya juga loe gak pernah di anggap ada sama zahra."
"Loe salah ann.."
"tutup mulut..woii.."perjelas yola.
"Awas loe yah kalo sampai buka mulut.."ancam latifa.
"Yuk,guys..saatnya kita cabut..karena misi udah beres,kita tinggal nunggu hari besok aja."
intruksi andrini sambil pergi meninggalkan dewi yang sedang menangis tergugu.
Namun sebelum andrini benar benar keluar dari pintu gudang tersebut,andrini menghentikan langkahnya dan membalikan badannya menghadap posisi dewi yang sedang duduk memeluk lututnya.
"Gue gak pernah janji kalo loe akan baik baik saja selama loe mendekati zahra.tapi,gue janji loe akan baik baik aja selama menjauhi zahra dan gue akan selalu memastikan bahwa loe akan selalu dalam pengawasan gue.karena loe sudah terlanjur ikut campur dengan semua ini."
pesan andrini kepada dewi yang langsung di tolak dengan gelengan lemah dari dewi.
"Loe bukan cuma nyakitin zahra,ann?tapi orang orang yang ada di sekitarnya juga."bela dewi dengan suara lemahnya.
Menanggapi ucapan dewi,andrini hanya tertawa kecil dan kembali menatap tajam mata dewi.
"Tujuan gue hanya ke zahra,bukan ke yang lain.tapi,jika ada yang terluka berati dia sudah berani ikut campur dalam semua ini dan gue akan pastikan bahwa siapa pun yang ikut campur akan mendapatkan imbalannya.termasuk loe,wi!kalo loe benar benar mau selamat loe harus dengerin kata kata gue,jauhi zahra."ucap andrini jelas seraya kembali berbalik dan meninggalkan dewi.
Setelah mendengar ancaman andrini,dewi semakin menangis dan memeluk lututnya dengan semakin erat.
"Maafin gue,ra..gue kalah!gue telah kalah!mereka terlalu kuat!mereka terlalu jahat!dan gue gak akan bisa berbuat apa apa lagi dengan semua ini."sesal dewi.
"Duri-duri itu terlalu tajam untuk ku lewati.lantas apa yang harus ku lakukan dengan semua kekalahan ini?"
***
Zahra pov
Aku tak bisa berhenti memperhatikan semua aktifitas umi di kamar ku ini.
"Innalillahi...kamar kamu kok berantakan gini,dek?masih bisa tidur lagi."komentar umi melihat kamar ku yang berantakan seperti kapal pecah.
Senang rasanya jika umi melakukan ocehan ini di setiap pagi,pasti hari hari ku akan menyenangkan.
Namun,sekali lagi semuanya hanya mimpi ku saja.itu semua tak akan pernah terjadi,selamanya.
"Umi.."panggil ku dengan suara yang sedikit terdengar parau.
Namun,umi masih tak menghiraukan panggilanku dan lebih sibuk dengan barang barang ku yang berantakan.
"Uuummmiii.."panggil ku dengan teriakan yang lumayan keras bagiku.
"Astagafirullah.."kaget umi sambil beristigfar akibat suara ku.
"Hehe.."tawa ku cengengesan.
Umi hanya geleng geleng kepala dengan kelakuan ku.
"Ada apa sayang?"tanya umi seraya mendekati ku.
"Umi,tadi pagi itu..kak razi.."
"Iya,sayang tadi pagi umi nitipin sesuatu ke kamu dan kebetulan tadi pagi umi ada keperluan jadi gak bisa langsung nganterin kamu sayang."ucap umi menjelaskan dan berhasil membuat ku menyesal bertanya.
"Hhehh..sudah ku duga jika itu tak mungkin terjadi.sudahlah,zahra!!berhentilah berharap dengan sesuatu yang tidak mungkin di tempat ini.tak ada yang benar benar perduli dengan mu disini."batin zahra terluka.
"Kamu nangis nak?kamu kenapa sayang?"tanya umi yang langsung membuyarkan lamunanku.
"Hah..nangis?aku nangis?"tanya ku tak percaya seraya meraba raba pipi ku dengan kedua tanganku.
Dan benar,saat ku menyentuh pipi ku memang terasa basah dan hangat.
Aku menangis?
Di depan umi?
"Oh,god!ini sungguh memalukan!.aku tak pernah menginginkan semua ini terjadi!.ah,shit."batin ku memaki.
"Kenapa nak?perut kamu masih sakit?hem?"tanya umi.
Alasan
alasan
alasan
apa yang akan gunakan.
Ah,ya sakit perut!
"Hhmm..iyah umi.perut zahra masih sakit."jawab ku beralasan.
Umi menatap ku iba,dan beringsut memeluk ku.
"Pelukan hangat.pelukan yang sudah lama ku rindukan."
"Ya,udah umi keluar dulu yah mau bantuin razi nyiapin bajunya.sementara itu kamu istirahat ya,nak."
Nyiapin baju?
Emang kak razi mau kemana?
Berapa lama?
Sampai kapan?
Karena tak mau dilanda ke bingungan,aku pun memberanikan diri bertanya sebelum umi pergi.
"Umi.."
"Ya.."
"Emang kak razi mau kemana?"
Umi terlihat berpikir sebelum menjawab pertanyaan ku.
"Razi sama abi mau ke pondok pesantren,ada urusan."jawab umi sebelum akhirnya memberi salam dan menutup pintu kamar ku.
Ke pondok pesantren?
Kak razi?
Abi?
Apa yang sedang mereka lakukan di sana?
Apakah mungkin...ah,shit!
Ini benar benar gila.
BERSAMBUNG...
Tetap lanjut kok, ditunggu aja yah
Comment on chapter Lembar baru, tinta hitam