Loading...
Logo TinLit
Read Story - AMORE KARAOKE
MENU
About Us  

Ola hanya berminat memainkan sedotan di gelas berisi Taro Blend itu. Harusnya minuman berwarna ungu itu menggugah selera, tapi rasanya yang memang enak di lidah tidak mengundang lagi Ola untuk menyedot yang kedua kalinya. Sesekali dia mendongakkan kepala saat terdengar denting bel yang dipasang di atas pintu kafe. Ketiga kalinya dicampakan oleh denting bel yang tidak menunjukkan orang yang ditunggunya, Ola meniupkan napas kencang. Demi menenangkan dirinya, disedot kembali minuman manis itu hingga tersisa setengah gelas. Jelas sekali, dia tidak menikmati sama sekali minuman itu.

Denting bel keempat membuat aliran air di sedotan terhambat. Ola bergeming sejenak lalu melanjutkan menarik minuman itu. Paling yang muncul adalah orang yang tak dikenalinya sama sekali. Harusnya Ola tidak berharap lebih sampai datang ke sini di saaat chat whatsapp-nya hanya dibaca. Dihabiskan sisa Taro blend yang tinggal seperempat hingga timbul suara yang menandakan tak ada lagi air tersisa yang bisa disedot habis.

Sorry, lo nunggu lama.”

Sedotan yang menempel erat di bibir Ola sontak terlepas. Devon berdiri kikuk lalu menghempaskan pantatnya di seberang Ola. Dia berdeham sambil mengambil menu yang tersandar di sebuah papan di atas meja. Setelah memanggil pelayan dan menyebutkan pesanan, ditatapnya Ola dengan harap-harap cemas. Cemas karena alasan pertemuan ini pasti tidak jauh dari persoalan Nanzo.

“Apa yang lo mau tanyakan tentang Nanzo?” Langsung saja pertanyaan itu dilancarkan. Lebih cepat lebih baik. Bila terlaru larut berbasi-basi, perihnya akan semakin terasa.

Ola butuh mengeringkan tenggorokannya, cepat diraihnya gelas yang tanpa disadari hanya bersisa es batu. Devon hanya memandangi Ola yang kedua bahunya bergetar begitu pula dengan kesepuluh jemarinya yang menangkup gelas tinggi itu. Hingga pelayan membawa pesanan Devon, cewek berambut kuncir kuda itu masih mengigiti bibirnya.

“Nih.” Devon menggeser gelas tinggi berisi es kopi susu ke hadapan Ola.

Cewek itu hanya menatap buliran-buliran air yang mengalir di luar gelas lalu menetes membasahi meja kayu itu. Ola menelan ludah. Bukan karena tergoda oleh segarnya es kopi susu, tapi dia merasa perlu melakukan itu untuk menenangkan tenggorokannya yang tercekik oleh kalimatnya sendiri yang masih tertahan di dalam.

“Sebenarnya bukan Mora yang benar-benar mengingatkan gue pada Nanzo. Tapi lo, Ola. Karena nyaris setiap hari Nanzo menceritakan tentang cewek tercepat di klub lari. Telinga gue sampai panas.” Kedua tangan Devon terjulur ke depan dengan jemari yang saling mengikat. Kepalanya ikut terjulur, hanya bersisa jarak sepuluh sentimeter dengan kepala Ola yang tertunduk. “Ngomong, La. Gue nggak sanggup lama-lama di sini.”

Ola perlahan mendongakkan kepalanya begitu pula dengan Devon yang langsung memposisikan punggungnya seperti semula. Setelah menghabiskan seperempat es kopi susu, mulutnya bersuara, “Saat itu Nanzo sebenarnya mau pergi ke mana?”

“Jepang.” Devon menjawab singkat. Tatapannya menembus jendela yang menampilkan lalu lalang orang dan kendaraan. Di jalanan itu harusnya bukan menjadi tempat yang dituju Nanzo. Di jalanan itu harusnya bukan tujuan akhir Nanzo. Mimpi sepupunya menimba ilmu di negeri Sakura itu terhalangan oleh jalanan itu, terhalangan oleh kematian. Harusnya bukan seperti ini akhir kisah seorang Nanzo. Harusnya ada season kedua dari kehidupan Nanzo yang dipenuhi gelimangan prestasi.

“Dia menawarkan dirinya sendiri, tanda bahwa dia memang sedang bersiap menuju kematiannya.”

Jalan itu tempat kematiannya. Apa memang seperti itu suratan takdir Nanzo? Tapi kalau cewek itu tidak membuat permainan bodoh, Nanzo tidak akan tertarik menuju kematiannya, kan? Dia akan bertahan di sampingnya sampai sekarang.

“Bila Tuhan telah menetapkan kematian pada hari itu. Maka tidak akan ada yang mampu mencegah-Nya.”

Devon sering mendengar kalimat yang selalu memantulkan dari hatinya itu. Dia tidak bisa menyerap makna kalimat itu dengan ikhlas. Dia tetap bergeming, menatap jalanan Bandung yang semakin padat di jam pulang kantor.

“Kalimat itu yang menguatkan gue untuk tetap bertahan di samping Mora. Tapi terkadang gue lepas kendali seperti kemarin, seakan gue tidak akan pernah memaafkan Mora. Namun, sesungguhnya gue sedang belajar memaafkan dia. Gue pasti akan memaafkan dia. Gue akan bilang ke dia di saat hati gue bisa bertahan kuat di atas kalimat itu. Gue minta, lo melakukan hal yang sama.”

Devon tak berkutik seakan curahan hati Ola hanya memantul di telinganya. Nyatanya ada perdebatan hebat di dalam benaknya. Satu sisi mulai tertarik dengan penuturan Ola dan sisi lain tetap bertahan seperti ini.

“Mora.” Ola menutup matanya sejenak sambil membuang udara berat di dada. “Bukanlah penyebab kematian itu. Dia hanya kebetulan berdiri di sekitar jalur kematian Nanzo.”

“Gue mohon. Buka hati lo untuk menerima Mora. Gue yakin lo bisa, seperti yang dikatakan Mora, lo sebelumnya adalah orang yang baik, pasti bisa menerima maaf.”

“Dia…” Devon mengalihkan pandangannya, memberanikan diri menatap lekat Ola. “Dia bilang bahwa sesungguhnya dia tidak merasa bersalah. Dia bersikap seolah bersalah hanya untuk menghindari pertengkaran. Sesungguhnya di balik itu, dia merasa dirinya paling benar.”

Ola menandaskan es kopi susu yang tersisa. Kini, gilirannya yang mengahapus jaraknya dengan Devon. Matanya terhunus tajam, mengunci sorot mata Devon yang berusaha mengalihkan pandangan. “Dia berkata seperti itu hanya untuk menguatkan dirinya sendiri. Tak ada pegangan paling kuat selain dirinya sendiri. Sesungguhnya, dia juga merasa bersalah. Tapi masih ada kepercayaan penuh pada dirinya bahwa dia tidak sepenuhnya bersalah.”

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    fresh banget ceritanya hehe. ditunggu kelanjutannya ya :)

    Comment on chapter Chapter 1
Similar Tags
FORGIVE
2109      745     2     
Fantasy
Farrel hidup dalam kekecewaan pada dirinya. Ia telah kehilangan satu per satu orang yang berharga dalam hidupnya karena keegoisannya di masa lalu. Melalui sebuah harapan yang Farrel tuliskan, ia kembali menyusuri masa lalunya, lima tahun yang lalu, dan kisah pencarian jati diri seorang Farrel pun di mulai.
Petrichor
5277      1679     2     
Inspirational
Masa remaja merupakan masa yang tak terlupa bagi sebagian besar populasi manusia. Pun bagi seorang Aina Farzana. Masa remajanya harus ia penuhi dengan berbagai dinamika. Berjuang bersama sang ibu untuk mencapai cita-citanya, namun harus terhenti saat sang ibu akhirnya dipanggil kembali pada Ilahi. Dapatkah ia meraih apa yang dia impikan? Karena yang ia yakini, badai hanya menyisakan pohon-pohon y...
Late Night Stuffs
1768      842     2     
Inspirational
Biar aku ceritakan. Tentang tengah malam yang terlalu bengis untuk membuat pudar, namun menghentikan keluhan dunia tentang siang dimana semua masalah seakan menjajah hari. Juga kisah tentang bintang terpecah yang terlalu redup bagi bulan, dan matahari yang membiarkan dirinya mati agar bulan berpendar.
Langit Jingga
3280      935     2     
Romance
Mana yang lebih baik kau lakukan terhadap mantanmu? Melupakannya tapi tak bisa. Atau mengharapkannya kembali tapi seperti tak mungkin? Bagaimana kalau ada orang lain yang bahkan tak sengaja mengacaukan hubungan permantanan kalian?
Strange Boyfriend
308      246     0     
Romance
Pertemuanku dengan Yuki selalu jadi pertemuan pertama baginya. Bukan karena ia begitu mencintaiku. Ataupun karena ia punya perasaan yang membara setiap harinya. Tapi karena pacarku itu tidak bisa mengingat wajahku.
Amherst Fellows
6469      1752     5     
Romance
Bagaimana rasanya punya saudara kembar yang ngehits? Coba tanyakan pada Bara. Saudara kembarnya, Tirta, adalah orang yang punya segunung prestasi nasional dan internasional. Pada suatu hari, mereka berdua mengalami kecelakaan. Bara sadar sementara Tirta terluka parah hingga tak sadarkan diri. Entah apa yang dipikirkan Bara, ia mengaku sebagai Tirta dan menjalani kehidupan layaknya seorang mahasis...
Enigma
26705      3598     3     
Romance
enigma noun a person or thing that is mysterious, puzzling, or difficult to understand. Athena egois, kasar dan tidak pernah berpikir sebelum berbicara. Baginya Elang itu soulmate-nya saat di kelas karena Athena menganggap semua siswi di kelasnya aneh. Tapi Elang menganggap Athena lebih dari sekedar teman bahkan saat Elang tahu teman baiknya suka pada Athena saat pertama kali melihat Athena ...
Daniel : A Ruineed Soul
577      339     11     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
One-room Couples
1174      587     1     
Romance
"Aku tidak suka dengan kehadiranmu disini. Enyahlah!" Kata cowok itu dalam tatapan dingin ke arah Eri. Eri mengerjap sebentar. Pasalnya asrama kuliahnya tinggal dekat sama universitas favorit Eri. Pak satpam tadi memberikan kuncinya dan berakhir disini. "Cih, aku biarkan kamu dengan syaratku" Eri membalikkan badan lalu mematung di tempat. Tangan besar menggapai tubuh Eri lay...
Do You Want To Kill Me?
6046      1715     2     
Romance
Semesta tidak henti-hentinya berubah, berkembang, dan tumbuh. Dia terus melebarkan tubuh. Tidak peduli dengan cercaan dan terus bersikukuh. Hingga akhirnya dia akan menjadi rapuh. Apakah semesta itu Abadi? Sebuah pertanyaan kecil yang sering terlintas di benak mahluk berumur pendek seperti kita. Pertanyaan yang bagaikan teka-teki tak terpecahkan terus menghantui setiap generasi. Kita...