Dara masih berbaring dan raya sedang serius mengerjakan PR akuntansinya, dia harus bisa menyalin PR sialan itu secepatnya untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, tiba-tiba dia dipanggil ke kelas untuk alasan yang tidak masuk akal -bu Widuri merindukan tulisannya di papan tulis, misalnya- ketika pintu UKS tiba-tiba terbuka, Raya dengan cepat menoleh sampai lehernya berbunyi -krekk- dan jantung berdebar, bagaimana jika itu bu Widuri yang datang dan menjemput PR nya sedangkan dia masih menyelesaikan tahap pertama-membuat garis-
“ ah! Ngagetin lu Di,” Raya menghembuskan nafas kelewat lega saat menemukan Hedi -Teman sekelas saat kelas 10-3 dulu-, lalu dengan cepat dia lanjutan menyalin PR Dara, Hedi mengendikan bahunya tak peduli, dia lalu berjalan ke tempat obat-obatan di seberang Dara.
“ lu sakit, Hedi ?” tanya Raya sambil menoleh ke arah Hedi yang sedah membereskan jejeran obat.
“ enggak, di kelas lagi gak ada guru, anak Pak Suryo katanya wisuda hari ini, Cuma dikasih tugas ngerjain soal doang, karena udah selesai, jadi gue piket aja di UKS,” jawabnya, Hedi memang anggota PMR di sekolahnya, dia menjabat sebagai wakil ketua. “Lo udah minum obat apa Dar?” tanyanya tanpa menengok Dara yang ada di belakangnya, tak kunjung mendapat jawaban Hedi menoleh dan melihat Dara sedang menerawang, pandangannya kosong kearah langit-langit. “Dara!” sahut Hedi, Dara terlonjak lalu menoleh malas, begitu juga Raya yang misuh-misuh karena garis yang sedang dia buat melenceng sempurna.
“ Berisik lu! melenceng kan garis gue ah!” Raya heboh menghapus garis melenceng tadi. “baru sadar dia, dokter Pandu keburu pulang, istrinya melahirkan,” tambah raya menjawab pertanyaan Hedi tadi, Hedi mengangguk-angguk, dia melihat ke arah Dara yang kembali melamun, dia berjalan ke meja disamping Dara, mengambil gelas yang isinya sudah dingin, lalu dia ganti dengan air hangat, meletakan kembali di meja samping Dara dengan tambahan roti.
“ Thankyou Hedi,” Raya tersenyum bahagia, mengerjakan PR dengan kecepatan kilat seperti ini membuatnya mengeluarkan banyak energi, Raya jadi lapar.
“ Buat Dara,” jelasnya singkat. Menepuk tangan Raya yang sudah membuka bungkus roti.
Raya mencibir, “perhatian amat, mentang-mentang jadi pahlawan waktu Dara pingsan,” Mata Dara membulat, membuat Raya semakin semangat bercerita, “tadi orang yang pertama nemuin lo pingsan itu si Hedi, terus dia langsung gendong lu ke UKS, baah udah kayak pangeran menyelamatkan putri deh pokoknya,” Raya tersenyum menggoda Hedi, Hedi hanya memberinya tatapan datar.
“ Itu lanjutin lagi ngerjain PR nya, nanti kalo utusan dari kelas lo datang buat jemput kan repot,” kata Hedi sambil berjalan ke arah meja jaga, Raya baru tersadar dan cepat menyalin PR Dara lagi.
“ thanks ya Di,” kata Dara pelan, dia tak bisa melihat reaksi Hedi, paling diam saja pikir Dara, Hedi kan manusia robot, tak pernah berekspresi.
“ itu biar lo cepet baikan, cepet masuk kelas, tempat tidurnya bisa gue pake.” Kata Hedi sambil memejamkan matanya, tangannya terlipat depan dada dan kakinya dia angkat ke meja.
“ Ya, apapun itu” Dara menarik nafas kesal, “gue tetap berterimakasih, buat rotinya juga,” Dara bangun dan duduk perlahan, membuka bungkusan roti itu, membelahnya jadi dua, menyuapkan kepada Raya terlebih dahulu yang sudah berkeringat karena menyalin PRnya. “ lo ngerjain PR apa lari marathon sih ?”
“ berisik!” bentak Raya, sambil mengunyah rotinya dengan cepat.
***
Raya selamat dari hukuman Akuntasinya -dia tidak dijemput ataupun buku PRnya diambil paksa oleh utusan kelas, Raya menemani Dara di UKS selama 2 jam pelaran-, Dara dan Raya sudah dikelas dan sedang menunggu guru Bahasa Indonesia masuk, kerena kejadian kontroversial Dara tadi pagi, kini gadis itu menjadi pusat perhatian, sang artis dadakan hanya tersenyum lemah, membiarkan jubirnya yang berbicara.
“ kurang tidur dia, biasalah ya kalau kurang tidur kita suka pusing, apalagi Dara kan telat tuh tadi datangnya, dia lari-lari lah dari jalan raya sampai kesini, mungkin dari situ juga penyebabnya,” Jubir Dara menjelaskan pada para wartawan dadakan ini,
“ lu mikirin pacar kali, Dar, gak ada kabar seharian ya dia ?” orang yang bertanya ini tak terlihat wujudnya, ditilik dari suaranya yang nyaring dan bikin emosi yang mendengar, mungkin penanya ini adalah wawan yang berdiri paling belakang . Dara mendelik sebal, pacar dari Arab ? pangeran saudi ? boleh juga.
“ sodara wawan, jangan mengada-ngada ya, Dara ini masih jomblo, terakhir pacaran itu tahun 2012, mereka putus gara-gara beda pendapat tentang kiamat tanggal 21 Desember 2012 itu.” Jawaban Raya mendapat hadiah pukulan di belakang kepalanya, benar-benar sembarangan saja ngasih informasi.
“ berarti ada kesempatan dong gue,” teriaknya lagi, Raya sampai berdiri karena penasaran, siapa lelaki asbun (asal bunyi) ini.
“ heh!! Macem-macem lu ya ama temen gue, pacar lo anak kelas sebelah kan?!” Amuk Raya pada penanya barusan, dan memang benar wawan, playboy kelas ikan asin yang menyatakan cinta hampir semua gadis dikelas ini. Hanin pacar aslinya pasti wanita sial yang tabah tetap mempertahankan lelaki kurus, menyebalkan namun memang tampan ini sampai sekarang.
“ kan elu yang ngasih info kalo gue jomblo, pa’ul!” Telinga Raya ditarik oleh Dara, gemas sekali dia. Dara berharap guru Bahasa indonesianya segera masuk, Dara kembali pusing karena kerubungan banyak orang seperti ini.
Pada jam istirahat Dara terkulai lemah di bangkunya, Raya sedang ke kantin dan membelikannya makan siang, kelas sepi ini mengingatkannya kembali pada pertemuan dengan Kintan pagi tadi, Dara memejamkan matanya dia tak ingin bertemu dengan kintan lagi.
“ DARA!” suara itu membuat Dara terlonjak dari bangkunya, dramaqueen dengan tentengan sterofoam di tangannya itu berderap cepat ke arah Dara, Raya mengelus dada sambil menghembuskan nafas lega, “ gue kira lo pingsan lagi,”
“ tadi lu hampir bikin gue kena serangan jantung,” jawab Dara sebal lalu kembali meletakan kepalanya di lengan, karena kejadian tadi pagi energi Dara seperti terserap habis, apakah saat Kintan menemuinya tadi, Kintan menyerap energinya ? apakah karena menyerap energi Dara sekarang Kintan sudah siuman ? Dara menggeleng keras, imajinasinya memang luar biasa ekstrem.
“ Dar! Dara!” Raya menepuk pipi Dara keras, sejak ditemuinya di UKS tadi pagi sahabatnya ini menjadi aneh, Dara lebih sering melamun. “ Ke rumah sakit aja ya, ayo gue anterin,” Dara membuka matanya menatap Raya dengan pandangan yang tak bisa Raya pahami, entah setuju, entah menolak, entah curiga bahwa Raya hanya modus mengantarkannya ke rumah sakit agar bisa lepas dari tugas persentasi sejarah.
“ anter gue ke rumah sakit tempat Kintan di rawat Ra,” kata Dara, Raya membulatkan matanya.