Read More >>"> you're my special moments (01) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - you're my special moments
MENU 0
About Us  

 

                Mentari belum memperlihatkan tandanya untuk muncul di ufuk timur. Udara masih sangat dingin, hingga membuat orang-orang kian menarik selimut untuk mengahalau udara dingin tersebut. Namun, berbeda dengan gadis bernama Meriana. Dia sudah terjaga dari jam 4 pagi. Seperti sudah terbiasa dengan sendirinya, tubuhnya selalu terjaga di jam segitu. Bukannya langsung melanjutkan tidur kembali, tapi Meriana malah melakukan kegiatan favoritenya di mulai dari jam 5 pagi.

                Disaat udara yang sangat dingin ini menusuk pori-pori kulit, Meriana masih bergerak aktif menyusuri kolam renangnya dengan lincah. Iya, gadis itu sedang berenang. Berenang adalah kegiatan rutin yang selalu Meriana lakukan. Baginya, berenang adalah segalanya.

                Hidup sebagai anak bungsu keluarga Lauw, tidaklah membuat Meriana senang. Orang tua dan kakak laki-lakinya terlalu sibuk untuk memikirkan Meriana. Hidup Meriana terbilang lebih dari cukup, jika di nilai dari harta dan uang. Tapi, jika untuk perhatian dan kasih sayang maka tak ada nilai yang pantas untuk disebutkan.

                Tak seperti biasanya, hari ini Meriana hanya berenang selam 20 menit. Dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan tubuhnya. Hingga Meriana memutuskan untuk menyudahi kegiatan favoritenya itu.

                Menyambar handuk yang tergeletak di atas kursi santai, lalu memakainya. Meriana mengikat handuk bajunya itu sambil melangkah masuk ke dalam rumahnya dan menuju dapur. Meriana melihat punggung yang sudah 16 tahun ini selalu dilihatnya.

                “Pagi, Mbok Dar.” Sapa Meriana saat sudah di meja makan. Lokasi meja makan dan dapur hanya terhalang oleh Kitchen table saja.

                Jika kalian menganggap punggung yang selalu Meriana lihat di dapur itu adalah punggung ibunya, itu salah. Punggung yang selama 16 tahun Meriana lihat adalah pembantu dan pengasuhnya di rumah ini. Jangan bertanya kemana ibunya Meriana. Ibunya terlalu sibuk bersama ayahnya. Dan sekarang mereka sedang berada di luar kota.

                “pagi juga non, tumben latihannya lebih cepat dari biasanya?” Jawab Mbok Dar perhatian dan merasa aneh, karena biasanya nona mudanya itu berlatih lebih dari 30 menit di setiap paginya.

                “ngga apa-apa Mbok, saya kurang enak badan kayaknya. Mei masuk kamar dulu deh Mbok. Mau siap-siap sekolah.” Jelas Meriana dengan menenangkan. Namun, Mbok Dar malah terlihat melihat nona muda yang sudah dia urus selama 16 tahun ini.

                “Mbok buatin wedang jahe anget ya, Non?” Tanya Mbok Dar sesaat sebelum Meriana masuk ke kamarnya di lantai 2.

                “ngga usah Mbok, buatin susu coklat aja kaya biasa. Makasih Mbok.” Tolak Meriana, bukan karena apa, Meriana tidak suka wedang jahe.

                Setelah mengucapkan itu, Meriana pun pergi memasuki kamarnya yang berada di lantai 2. Kamarnya bersebelahan dengan Kak Marchello Lauw, kakak laki-laki Meriana. Biasanya Meriana selalu memanggil Kak Marchel.  

                Pintu kamar itu masih tertutup saat Meriana sudah berada di lantai 2. Meriana mendekatkan dirinya ke hadapan pintu kamar kakaknya itu. Namun tak ada tanda-tanda ada orang di dalam. ‘apa Kak Marchel belum bangun? Atau semalam tidak pulang ke rumah lagi?’  batin Meriana.

                Tidak ingin ambil pusing, Meriana pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Setelah memasuki kamarnya, Meriana tidak segera bersiap. Melainkan menuju balkon kamarnya dan duduk sebentar di bangku yang disediakan di sana.

                Balkon kamarnya menghadap ke taman belakang rumahnya. Seharusnya taman belakang itu menjadi tempat favorite menghabiskan waktu keluarga seperti dalam cerita film. Namun taman itu terlihat sunyi dan tak tersentuh. Taman itu terawatt dengan baik. Namun terkesan dingin. Tak ada satu pun kenangan hangat yang tercipta disana.

                “hufh…”

                Setelah mengela nafasnya itu, barulah Meriana kembali masuk ke dalam kamarnya dan bersiap untuk pergi sekolah.

                Kamarnya cukup luas, dengan semua fasilitas. Orang tuanya memberikan perhatian dengan fasilitas yang tercukupi. Tapi, Meriana tidak membutuhkannya. Dia hanya membutuhkan kasih sayang orang tuanya saja.

 

 Selamat pagi Nona,

Tuan dan Nyonya menitipkan salam,dan  selamat beraktifitas. Semoga hari Nona menyenangkan.

 

-Pak Darma-

 

                Setelah membaca pesan yang selalu Meriana dapatkan setiap paginya, Meriana memasukkan Handphonenya ke dalam tasnya. Bukan tidak menghargai Pak Darma sekretaris ayahnya itu, hanya saja Meriana tak butuh pesan itu. Meriana hanya butuh pesan langsung yang diucapkan orang tuanya.

                Apa susah membagi waktu barang  dua menit saja dengan anaknya? Apa Meriana harus mengatur janji terlebih dahulu untuk bertemu kedua orang tuanya? Meriana terlalu merindukan mereka saja. hanya itu yang Meriana inginkan.

                Setelah merasa selelsai dengan persiapannya, Meriana pun memutuskan untuk turun ke lantai 1 dan berniat sarapan terlebih dahulu.

                Saat sudah berada di ujung tangga, Meriana melihat kakaknya yang sedang memainkan handphonenya sembari mengunya nasi goring yang dibuatkan Mbok Dar.

                “pagi, Kak.” Sapa Meriana setelah berada di meja makan, dan menarik kursi yang ada dihadapan kakaknya itu.

                “pagi.” Jawab Marchel dingin.

                “hari ini kakak kuliah?” Tanya Meriana mencairkan suasana.

                “ngga.”  Jawab Marchel tetap dingin.

                “kalau gitu, anterin Mei sekolah ya?” Tanya Meriana penuh harap.

                Marchel tidak langsung menjawab melainkan mengalihkan pandangannya yang semula menuju handphonenya tehadap Meriana yang memandangi Marchel penuh harap.

                “ngga bisa, kakak sibuk.” Jawaban Marchel sekita itu membuat raut wajah Meriana langsung muram.

                “ah sibuk, harusnya aku tau. Semua anggota keluarga ini sangat sibuk. Kenapa aku selalu mengharapkan hal yang mustahil terjadi.” Kata Meriana sembari tersenyum sedih.

                “Dek..”

                “tidak perlu memperlihatkan raut menyesal dan kasihan terhadapku. Jika itu hanya untuk menghindariku. Aku tidak cukup bodoh untuk terus tertipu dengan raut wajah itu.” Potong Meriana sebelum Marchel menyelesaikan ucapannya.

                “sepertinya aku tidak ada pun, tidak akan ada yang menyesal. Ah bukan menyesal, mungkin tak ada yang menyadarinya. Benarkan?” Tanya Meriana.

                Marchel tidak menjawab pertanyaan konyol Meriana itu. Marchel bingung akan menjawab apa. Karena tak biasanya Meriana bersikap seperti ini. Biasanya adiknya itu akan menjawab dengan jawaban pengertian. Tapi sepertinya semuanya telah berubah, semuanya.

 

 

.

.

.

TBC

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 3 0 1
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Friends of Romeo and Juliet
18746      2816     3     
Romance
Freya dan Dilar bukan Romeo dan Juliet. Tapi hidup mereka serasa seperti kedua sejoli tragis dari masa lalu itu. Mereka tetanggaan, satu SMP, dan sekarang setelah masuk SMA, mereka akhirnya pacaran. Keluarga mereka akur, akur banget malah. Yang musuhan itu justru....sahabat mereka! Yuki tidak suka sikap semena-mena Hamka si Ketua OSIS. dan Hamka tidak suka Yuki yang dianggapnya sombong dan tid...
Come Rain, Come Shine
1681      763     0     
Inspirational
Meninggalkan sekolah adalah keputusan terbaik yang diambil Risa setelah sahabatnya pergi, tapi kemudian wali kelasnya datang dengan berbagai hadiah kekanakan yang membuat Risa berpikir ulang.
Sekretaris Kelas VS Atlet Basket
12002      2319     6     
Humor
Amira dan Gilang yang menyandang peran werewolf dan vampir di kelas 11 IPA 5 adalah ikon yang dibangga-banggakan kelasnya. Kelas yang murid-muridnya tidak jauh dari kata songong. Tidak, mereka tidak bodoh. Tetapi kreatif dengan cara mereka sendiri. Amira, Sekretaris kelas yang sering sibuk itu ternyata bodoh dalam urusan olahraga. Demi mendapatkan nilai B, ia rela melakukan apa saja. Dan entah...
NWA
2127      866     1     
Humor
Kisah empat cewek penggemar boybend korea NCT yang menghabiskan tiap harinya untuk menggilai boybend ini
When Home Become You
410      305     1     
Romance
"When home become a person not place." Her. "Pada akhirnya, tempatmu berpulang hanyalah aku." Him.
Alfabet(a) Cinta
11836      1969     2     
Romance
Alfa,Beta,Cinta? Tapi sayangnya kita hanya sebatas sahabat. Kau yang selalu dikelilingi wanita Dan kau yang selalu mengganti pacarmu setiap bulannya
Kinanti
1635      730     1     
Romance
Karena hidup tentang menghargai yang kamu miliki dan mendoakan yang terbaik untuk masa nanti.
Premium
Akai Ito (Complete)
5596      1283     2     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
Hujan Bulan Juni
350      239     1     
Romance
Hujan. Satu untaian kata, satu peristiwa. Yang lagi dan lagi entah kenapa slalu menjadi saksi bisu atas segala kejadian yang menimpa kita. Entah itu suka atau duka, tangis atau tawa yang pasti dia selalu jadi saksi bisunya. Asal dia tau juga sih. Dia itu kaya hujan. Hadir dengan serbuan rintiknya untuk menghilangkan dahaga sang alang-alang tapi saat perginya menyisakan luka karena serbuan rintikn...
KAFE IN LOVE
1409      864     1     
Romance
Ini adalah cerita mengenai Aura dan segudang konfliknya bersama sahabatnya Sri. Menceritakan Kisah dan polemik masa-masa remajanya yang dia sendiri sulit mengerti. belum lagi, kronik tentang datangnya cinta yang tidak ia duga-duga. Lalu bagaimanakah Aura menyelesaikan konflik-konflik ini? Dan bagaimanakah akhir kisah dari cinta yang tak diduga?