Entah berapa lama di mobilnya seorang cowok berwajah oreantal terlihat sumringah mengawasi cewek yang duduk lesu di halte bus pandangannya tak pernah lepas dari si cewek dengan tatapan sendu ingin ia menghampirinya namun ia ragu. Sekilas bayangan masa lalu melintas di ingatannya, seorang cewek melambaikan tangan ke arahnya tersenyum manis menghampiri
"ini untuk mu" ini untukku"
si cewek memperlihatkan sepasang liontin jam pasir berbentuk separuh hati jika di satu kan kedua liontin itu membentuk love.
"Liontin"
"Agar kau ingat aku"
"Kau akan selalu ada di hati" kata sang cowok penuh cinta pada cewek mungil di hadapannya
mereka saling memasangkan kalung liontin jam pasir ikatan Cinta mereka sambil tersenyum getir berjalan mundur si cowok melambaikan tangan di balas si cewek melepas ke pergian cowok manis di depannya di bandara tanpa sadar matanya meneteskan air mata memegang liontin di lehernya seakan separuh hatinya pergi seperti tanda liontin yang ia pakai namun di saat ia membalikan badan hendak melangkah pergi setelah si cowok tak terlihat sebelum masuk ke pesawat si cowok berbalik berlari menghampiri langsung memeluk kekasihnya itu dengan erat dari belakang hingga si cewek jadi tertegun seakan tak ingin melepaskan air mata si cowok menetes di pipi,
Memori itu tergambar jelas di matanya
"renata"
"kenangan' tentang kita" aku masih menyimpannya" ucarnya sendu dalam hati.
Cerita berahli ke ari.
Sampai di rumah ari buru-buru keluar dari mobil berharap renata ada di rumah ia mencari di setiap penjuruh rumah tapi tak juga renata di temukan itu membuatnya amat-amat kesal sekaligus kwatir sambil menghela napas ia menghempaskan tubuhnya duduk di sofa empuk
"terselah"
"kenapa juga aku harus menghawatirkan dia"
"aku tidak peduli" ucar ari dongkol.
Apa kerena lelah atau kurang enak badan ari tertidur di sofa, jarum jam dinding berputar hingga malam menjelang daun pintu terbuka renata masuk ke rumah menyalakan lampu di setiap ruangan sesaat ia terpaku menatap ari yang tertidur di sofa menyelimuti dan beranjak dari sana ke kamarnya.
"aku ketiduran"
"ini sudah malam"
ari terbangun tertegun melihat selimut yang di pegangnya langsung menyadari memastikan renata sudah pulang atau belum
"hey...kau ke mana seharian ini?" teriak ari pada renata yang ada di balik selimut yang tak menghiraukan ari yang mencemaskannya memastikan keadaannya
"apa kau sudah makan" ari bicara lembut
mata mereka beradu pandang berlahan ari menyingkirkan tangannya saat memegang kening renata yang sudah agak membaik
"Istirahatlah"
ari membenarkan selimutnya beranjak keluar kamar.
Renata termenung di tempat tidurnya mengingat seseorang yang ingin dia lupakan hal yang sama orang yang ada di lamunannya pun sedang termenung mengingatnya juga menatap Bintang di balkon kamarnya,
"diantara Bintang itu"
mana yang paling bersinar" tanya seseorang di masa lalunya.
Cowok itu mengamati Bintang satu persatu dan ia menujuk satu Bintang
"itu"
"Yang mana"
cewek di sampingnya memperhatikan arahan telunjuknya
"itu Bintang mu"
"dan itu Bintang ku"
"Kenapa Bintang mu jauh sekali dari Bintang ku" ia perotes menoleh pada cewek di sebelahnya yang juga menoleh padanya saling memandang cukup lama
"aku tak ingin kau jauh dari ku"
si cewek hanya terdiam mengahlikan pandangannya,
mengingat itu perasaannya serasa getir
"kau seperti Bintang itu yang tak terlihat hanya setitik cahaya dapat terlihat oleh ku" kata hatinya bicara mengibaratkan seseorang di masa lalunya yang menghilang lalu muncul kembali dalam kehidupannya ia melihat liontin jam pasir itu masih ada di leher si cewek
"mengapa kau masih memakai liontin itu?" Suara hatinya bertanya.
"Aku tak bisa melepas liontin ini" renata melihat kalung di lehernya
"setiap kali aku ingin melepaskannya"
"semua"
"tentang kita"
"tak mudah untuk aku lupakan" jawaban hati renata terdengar lirih, saat mengingat pertemuannya tadi.
Renata jalan perlahan di trotoir seseorang melihat renata berjalan kaki mengikuti renata dengan mobilnya dan melewatinya namun tetap memperhatikannya melalui kaca spion dia mencoba tak peduli tapi tidak bisa, dia lalu menepikan mobilnya dan berhenti.
Renata hampir saja tersandung jika tidak seseoarang dengan sigap menopang tubuhnya renata hanya tertegun melihat cowok di hadapannya
"kau tidak apa-apa!" tanya si cowok
"kau terlihat pucat"
"kau sakit"
"tubuhmu panas sekali" kata si cowok memegang pundak renata saat menopang tubuhnya yang hampir tersungkur.
"Kemarilah"
si cowok mengajak renata duduk di bangku depan cafe outdoor.
"Angga" terucap pelan di bibirnya menyebut nama cowok di dekatnya.
"ya"
ia melihat renata yang tertegun memanggil namanya yang tak lepas melihatnya terdiam saling melihat hanya gambaran mata mereka yang bicara dalam hati masing-masing.
"Angga"
"apakah ini takdir?"
"Aku bertemu dengan mu kembali"
"Renata"
"kemana saja kau selama ini?"
"Aku tak perna berharap kau kembali lagi dalam hidup ku"
"Kenapa renata?"
"Kenapa kau menghilang?"
"Aku seangaja menjauh dari mu"
"Tahu kah kau! "
"aku mencari mu"
"renata"
Lamunan mereka jadi buyar silaunya sorotan lampu mobil yang berhenti
seseorang menghampiri mereka turun dari mobil berpakaian serba putih "renata"
"kau kah ini" ucar orang yang mengenalnya.
"Asta" renata menyebut namanya.
"aku tak menyangka bertemu dengan mu di sini"
orang yang di kenalnya sumringah langsung memeluknya
"Kau tidak enak badan"
"Kau terlihat pucat"
Angga yang sejak tadi diam saja hanya berdiri melangkah pergi diam-diam renata meliriknya yang menjauh pergi tanpa sepata kata pun.