Ari sedang membahas pekerjaan dengan manajernya
"dua minggu lagi kau akan debut panggung di Asia Music Festival"
Manajer menunjukkan sebuah koran,
"Apa kau sudah tahu gosip skandal mu ini"
"Dan berita di internet juga sangat heboh"
"Kami meminta mu lebih berhati-hati dengan image-mu"
Ari membaca berita di koran itu sekilas sebelum melemparnya ke atas meja.
"ingat kau sudah menikah"
"Mengenai pernikahan ku"
"jangan sampai media tahu"
"Sampai kapan kau akan menyembunyikan pernikahan mu dari Pers"
"Ini hanya sementra"
"istri mu mana?"
"tidak kelihatan"
"Ada"
"Kau sakit" tanya manajer melihat Ari bersin-bersin
"aku hanya flu saja"
"Hari ini kau ada interview"
"Tunda semua schedule hari ini"
"Beristirahatlah"
"jaga kesehatanmu"
manajernya pamit pada Ari setelah membereskan berkas di meja membawanya.
Ari merasa terganggu dengan berita di internet saat melihat foto-foto dirinya bersama fiona walau tak begitu memperdulikan bagaimana ini bisa terekspos.
"Kemana dia?"
"dari tadi tidak kelihatan"
Ari meletakan aipet yang di pegangnya di sofa bangkit dari tempat duduknya ia melirik ke samping ruangan atas tapi orang yang di carinya tak juga kelihatan untuk memastikan ia menuju sebuah kamar
"kau di dalam"
Ari mengetuk pintu kamar tapi tidak ada suara yang menyahut
"hey..."
"jawab aku!"
"kalau kau di dalam kamar mu"
"kenapa tidak keluar"
"apa kau sakit!"
"jangan bikin orang panik"
Renata jadi terganggu mendengar gedoran keras pintu kamar
"aduh...tidak bisa apa bikin orang tenang" "berisik" gerutu renata
dengan lesu bangkit dari tempat tidur membuka pintu.
Ari melihat wajah renata yang pucat lalu memegang kening renata yang panas dengan keringat dingin
"kau sakit"
menyadari renata demam
"jangan menyentuh ku"
renata menepis tangan Ari yang memegang keningnya.
"Kita ke rumah sakit"
Ari menyeret renata keluar kamarnya,
"lepaskan tanganku"
Renata menghempaskan tangan Ari yang menarik tangannya
"hey..."
"kalau demam harus berobat" bentak Ari.
"Tidak usah" tolak renata ketus
"jangan seperti anak kecil"
"menyusahkan saja" oceh Ari yang mulai kesal.
"Siapa yang menyusahkan mu"
"jangan sok peduli" celetuk renata
"jangan salah sangka"
"aku bukan peduli pada mu tapi aku tidak mau nanti kalau ada apa' apa dengan mu aku yang di salahkan" celoteh Ari sengit,
"pokok nya kau harus ke rumah sakit"
Ari langsung membopong renata yang memberontak seperti mengangkat karung beras dengan paksa, memasukkannya ke mobil.
Renata kesal dan menjambak rambut ari. "Sudah ku bilang' aku tidak mau"
begitu sangat kesalnya ari berusaha melepaskan jambakan renata langsung berdiri menutup pintu mobil masuk ke mobil, mengunci pintunya tancap gas ngebut menyetir ke rumah sakit.
Yay...hentikan"
teriak renata menolak di bawak ke rumah sakit tapi tak di hiraukan Ari malah semakin ngebut menyetir renata keringat dingin mukanya terlihat pucat membuat ari khawatir, renata merasa mual pas sampai di rumah sakit malah muntah di baju lengan ari kaget berhenti mendadak.
"Maaf"
"aku tak sengaja"
Ari terlihat kesal
"eas..."
"jorok sekali"
Ari melepaskan sabuk pengamannya, lagi-lagi renata muntah di baju ari,
"yay..."
"bisa tidak jangan muntah di sini" bentak Ari yang marah ia melepaskan kemejanya yang terkena muntahan renata.
"Kenapa kau marah!"
"Aku benar-benar tidak sengaja"
"cara mu bawak mobil tadi bikin aku mual"
"aduh..kepala ku serasa berputar...kau membuat sakit ku makin parah" renata memijat-minjat kening di kepalanya.
"Ukh..." ari buru-buru ke luar mobil tiba-tiba ia merasa mual yang tak begitu memperdulikan gerutukan renata tidak tahan dengan bau muntahan di dalam mobil untuk menghilangkan bau ia menghirup udara di luar menghembuskannya dengan hanya memakai kaos dalam, ketika membalikan badan ia melihat renata mau kabur,
"hei...mau kemana! Kau" Ari dengan cepat menakap renata
"lepaskan aku"
Ari menarik renata
"kau ke sini untuk berobat"
"apa yang kau takut kan" bujuk ari.
"Aku takut jarum suntik"
"Jarum suntik tidak akan melukai mu" justru akan menyembuhkan mu"
"a...yok... "
Ari memaksa renata menariknya renata pun menuruti Ari untuk berobat. Perawat di rumah sakit memanggil nama renata,
"kenapa bengon cepat ke sana"
Ari menyenggol bahu renata menyuruh berdiri masuk ke ruang dokter yang menunggunya.
"Kau duluan yang masuk"
"kau juga ingin berobat kan"
"dari tadi flu mu tidak berhenti 'berhenti"
"ayo sana"
renata memberi isyarat mata pada Ari menyuruh bangkit dari ruang tunggu membuat Ari menatap heran.
"Setelah kau baru aku" ya" renata tersenyum manis dengan sedikit memohon.
"Kau ini" ucar Ari agak kesal.
"Iya"
"asal kau jangan kabur saja."
Renata hanya menjawab dengan menganggu Ari masuk ke ruang periksa dokter yang menunggu.
Seorang dokter wanita cantik rupawan sebaya dengan usianya, di meja tempat duduknya tertulis papan nama Dr. Asta Amanda dengan ramah mempersilakan Ari yang mulai meriksa keadaan pasiennya dengan alat medisnya dari balik pintu ruangan renata melihat perawat memegang jarum suntik ia pun jadi parno melihat jarum suntik tanpa pikir lagi dia bangkit dari duduknya melangkah pergi dari sana.
Dokter menyuntik ari di lengannya setelah itu memberikan resep obat Setelah pemeriksaan selesai, ari lekas keluar ruangan menemui renata di luar ruang tunggu tapi renata tidak ada.
Ari mencari di mana-mana di dalam gedung rumah sakit tak juga melihat renata, ari kebingungan mencarinya di seberang jalan ari yang sedang mengemudi tak melihat renata yang berjalan lesu.