Malam ini langit nampak begitu terang seolah sebuah lampu neon menggantung ditengah-tengah langit yang sesungguhnya berasal dari cahaya bulan purnama. Bintang-bintang kelihatan begitu cemerlang menghiasi langit, seolah ingin ikut andil dalam menciptakan keindahan langit dimalam bulan purnama. Sungguh sangat menajubkan dan menganggumkan yang mampu menguncangkan hati, jika saja manusia pandai bersyukur.
Sinb, Seulgi dan Jungkook sedang berada di gua lilin jiwa. Mereka sedang mempersiapkan ritual yang selalu Sinb adakan untuk mengisi energinya kembali sekaligus ritual untuk membuat mengembalikan ingatan Jungkook. Mulai dengan roh perawan suci sampai beberapa hal lain yang diperlukan.
Kini tibalah waktunya untuk mereka melaksanakan ritual tempat jam 12 malam. Sinb duduk dihadapan Jungkook, mereka duduk saling berhadap-hadapan satu sama lain. Memejamkan matanya dalam keheningan, sementara Seulgi bertugas untuk menjaga roh perawan suci yang masih terikat oleh tali dengan tempelan kertas warna kuning disetiap sisinya. Roh itu nampak ketakutan tapi ia juga tidak bisa melakukan apapun.
Mulut Sinb mulai berkomat-kamit membacakan sesuatu dan tiba-tiba semua lilin yang mengitarinya semakin terang dan tubuh roh perawan suci yang terikat itu seketika melayang-layang di udara.
"Jebal...Jebal..."
Roh itu memekik, ingin minta tolong tapi tidak ada yang bisa menolongnya bahkan jika itu Jungkook yang seorang malaikat sekalipun. Jungkook saat ini tidak mengemban tugasnya sebagai malaikat penjabut nyawa tapi ia nampak tenang dalam duduk dan pejaman matanya.
Cahaya pada lilin-lilin jiwa itu seolah merespon pada tubuh roh perawan suci. Berkumpul pada tubuhnya dan membuat roh itu merintih kepanasan sampai sedikit demi sedikit tubuhnya melebur bersama cahaya itu. Kemudian bola cahaya tersebut menjadi satu dan turun mendekati sebuah lilin tak menyala yang berada diantara Jungkook dan Sinb. Membuat lilin itu menyala dengan cahayanya.
Sinb membuka matanya tatkala lilin itu menyala. Tersenyum memandanginya, sepertinya ritualnya telah berhasil.
"Jungkook, bukalah matamu." Jongkook segera membuka matanya, menatap Sinb seolah bertanya 'apakah ritualnya sudah selesai?'
"Belum, aku akan mengisi enegiku dulu sebelum akhirnya nanti saat ku perintahkan kau untuk mengulurkan kedua tanganmu." Terang Sinb membuat Jungkook mengangguk mengerti.
"Baiklah..." Jawab Jungkook tanpa banyak perlawanan.
Sinb pun mengulurkan tangannya pada lilin dengan cahaya dari ribuan jiwa di hadapannya ini. Seolah cahayanya terserap melalui tangan Sinb dan merasuk kedalam tubuhnya. Tubuh Sinb bergetar hebat bahkan kini dengan posisi duduk bersila, tubuhnya berlahan terangkat dengan cahaya menyilaukan yang terus mengelilinginya. Jungkook yang tak terpejam memandanginya tak percaya, jadi ritual seperti inilah yang selalu dilakukan Sinb untuk meningkatkan kekuatannya hingga ia mampu mengelabuhi para malaikat? Jungkook benar-benar tak menduga dari ritual sesederhana ini akan memunculkan kekuatan yang begitu dasyat bagi seorang Sinb.
Kalau saja saat itu, Jungkook tak menaruh curiga pada Sinb dan berujung membuntutinya sampai ke gua lilin jiwa ini, mungkin saja sampai detik ini Jungkook tidak tahu siapa gadis ini sebenarnya? Entah ini hanya perasaan Jungkook atau tidak? Tanpa sebab yang pasti ia selalu bertemu dengan gadis ini.
Cahaya lenyap dan tubuh Sinb kembali duduk diatas tanah dan Jungkook masih memandanginya dengan termenung.
"Ulurkan tanganmu..." Kata Sinb dan dengan segera Jungkook mengulurkan tangannya.
"Tepat diatas lilin itu. Tangan mu harus ada disana." Pinta Sinb kemudian dan Jungkook pun melakukannya tanpa banyak protes. Tanpa Jungkook duga, kedua tangan Sinb meraih kedua tangan Jungkook. Akhirnya kedua tangan mereka saling bertautan diatas lilin jiwa tersebut.
"Konsentrasi dan tutup matamu." Perintah Sinb dan Jungkook pun langsung melakukannya, begitu halnya dengan Sinb.
Seketika, sekelabet bayangan hadir di dalam fikiran Jungkook.
Sebuah bangunan yang mirip seperti istana yang luas dengan corak bunga dan udara yang sejuk. Beberapa pria memakai seragam sama berdiri disetiap ujung pintu sepertinya mereka adalah penjaga disana dan beberapa dayang istana berjalan dengan tertib. Jungkook mengira itu adalah awal mula berdirinya Joseon.
Saat itu Jungkook memakai seragam seorang jendral perpaduan antara warna merah dan hitam, lengkap dengan topi kebesarannya. Ia berjalan dengan tergesah-gesah menuju paviliun Raja sampai ia berhenti di depan deretan prajutin penjaga dan seorang kasim menyambutnya.
"Silahkan masuk Jendral Jeon, raja telah menunggu anda didalam." Jungkook menangguk dan segera masuk kedalam ketika pintu terbuat dari kayu ukir-ukiran itu bergeser.
"Terimalah perhormatan hamba yang mulia." Jungkook seketika bersujud dengan menyatukan kedua tangannya sebagai penghormatannya kepada sang Raja.
"Apa yang membawa mu kemari Jendral Jeon." Tanya sang raja dengan tatapan penasarannya.
"Yang mulia, maafkan hamba telah lancang mengatakan ini tapi hamba mohon lepaskan nona Myoui. Ia bukanlah mata-mata, ia hanya seorang tabib yang sengaja Jendral Toyotomi Hideyoshi bawa untuk mengobati luka-luka para prajurit pada perang Imjin beberapa tahun yang lalu yang mulia." Kata Jungkook dengan sungguh-sungguh dan raja hanya tersenyum menanggapinya kemudian berubah menjadi serius.
"Maafkan aku Jendral Jeon. Aku tidak bisa mempertahankannya lebih lama lagi. Faksi barat dan Faksi timur terus mendesak ku untuk segera menghukumnya. Tidak ada bukti bahwa wanita itu tidak terlibat atau bahkan bisa saja ia adalah mata-mata. Aku tidak bisa terus mempertahankan sesuatu tanpa bukti yang konkrit." Terang Raja membuat Jungkook mendesah kecewa.
"Tapi yang mulia..." Jungkook hendak membantahnya tapi Raja segera memotongnya dengan menganggkat tangannya agar Jungkook berhenti berkata.
"Ada satu cara Jendral Jeon." Raja sedikit mencondongkan badannya dan memelankan suaranya.
"Apa itu yang mulia?" Tanya Jungkook yang terlihat seolah mendapatkan sebuah harapan.
"Saat tengah malam, aku menyuruh kasim Park untuk memindahkannya dan saat itulah kau bawa ia pergi dari Joseon. Hanya itu yang bisa ku lakukan untuk mu Jendral Jeon." Ungkap Raja dengan ekspresi bersalahnya.
"Tidak yang mulia, hamba sangat berterima kasih. Semoga anda selalu diberkahi oleh langit." Ucap Jungkook yang memberikan penghormatan terakhirnya.
Kemudian Jungkook pun pergi ke penjara bawah tanah, disana terdapat deretan kurungan yang terbuat dari kayu kokoh yang berisi beberapa orang dengan hanbok putih yang berantakan akibat beberapa kali menjalankan penyiksaan. Jungkook menghela nafas, tidak tega melihat orang-orang yang mendiami kurungan tersebut sampai matanya menangkap sosok yang ia cari. Seorang gadis dengan rambut terurai dan memakai baju berbeda dari yang lain yang terlihat seperti sebuah kimono lusuh.
"Nona Myoui..." Panggil Jungkook yang kini menempelkan kedua tangannya pada penghalang kayu kokoh yang membentuk persegi pembatas antara dirinya dan gadis itu. Gadis yang bernama Myoui itu mendongak menatap Jungkook dengan wajah pucatnya dan tatapan sayunya.
"Tuan Jeon." Lirihnya membuat Jungkook seketika menunjukkan ekspresi kekhawatirannya.
"Tunggulah, nanti malam aku akan segera mengeluarkanmu dari sini." Bisik Jungkook pada gadis yang bernama Myoui. Gadis itu diam, ekspresinya terlihat kebingungan.
"Tuan Jeon, anda tidak harus melakukan ini. Selama ini saya sudah merepotkan anda, jadi kali ini biarkanlah." Ungkap Myoui terlihat pasrah.
"Tidak! Tidak ada yang boleh melukaimu. Aku akan menyelamatkan mu dan kau tak bisa menolak ini." Tolak Jungkook dengan tegas.
"Tapi Tuan..."
"Kau hanya perlu bersiap untuk nanti malam. Tolong, jangan membuatku bertambah khawatir kepadamu. Aku tidak bisa melihatmu seperti ini." Akui Jungkook membuat Myoui menghela nafas pelan. Jungkook meraih tangan gadis itu untuk sekali lagi meyakinkannya.
"Bersabarlah, nanti aku akan kembali kemari." Myoui hanya mampu mengangguk tanpa membalas semua perkataan Jungkook.
Jungkook tiba-tiba membuka matanya sesaat membuat rentetan memori itu menghilang. Air matanya berlinangan jatuh kepipinya entah sejak kapan? Ia memandangi Sinb yang masih terpejam didapannya. Jungkook merasa begitu sedih tanpa mampu ia ungkapkan.
"Hentikan!" Pintanya yang entah tak sanggup lagi untuk menelusuri ingatannya. Sinb membuka matanya dan memandang Jungkook dengan penasaran.
"Wae? Kau kan sangat ingin mengingatnya?" Tanya Sinb dan Jungkook memegangi kepalanya seolah merasa kesakitan disana.
"Sedikit lagi, semua masa lalumu akan terungkap. Kau belum tau siapa gadis itu bukan?" Ternyata Sinb juga mengetahuinya.
"Entah mengapa, aku merasa begitu sedih." Ungkap Jungkook dengan linangan air matanya. Sinb sedikit mencondongkan tubuhnya dan tangannya segera meraih pundak Jungkook dan menepuk-nepuknya beberapa kali.
"Kau harus kuat, jika tidak? Ini akan berakhir disini dan kau tidak akan menemukan apapun setelah ini." Kata Sinb membuat Jungkook menimbang untuk sesaat dan akhirnya ia menyetujuinya.
"Baiklah, teruskan!" Jungkook memperbaiki posisinya lagi dan mengulurkan tangannya untuk Sinb satukan dengan tangannya.
"Apa kau sudah siap?" Tanya Sinb dan Jungkook mengangguk mengerti.
Akhirnya mereka melakukannya lagi dan Jungkook mulai ingatan itu muncul lagi.
Dimalam bulan purnama yang terang, Jungkook dengan beberapa pengawalnya memasuki istana dengan didampingi salah satu kasim raja. Mereka berjalan berlahan dan hati-hati menuju penjara bawah tanah.
Setelah cukup lama mereka berjalan sampailah mereka di depan penjara, saat semua penjaga yang berjaga dapat diusir dengan mudah oleh kasim tersebut, sepertinya raja benar-benar membantu Jungkook.
"Nona Myoui..." Panggil Jungkook yang berjalan mendekati kurungan tempat dimana nona Myoui di kurung tapi apa yang ia lihat? Gadis itu tidak ada disana.
"Kasim, dimana dia? Kenapa dia tidak ada disini?" Teriak Jungkook membuat kasim pun kebingungan.
"Saya tidak tahu jendral..." Kasim terlihat kebingungan matanya menjelajahi tiap sudut.
Jungkook sangat marah, cemas dan khawatir menjadi satu.
"LALU KEMANA DIA?" Bentak Jungkook lagi yang mulai terlihat frustasi sampai suara derap langkah memasuki penjara itu.
"YANG MULIA TIBA..." Teriak seorang pengawal dan munculah Raja dengan beberapa kasim dan dayang.
"Tinggalkan kami berdua!" Pinta Raja dan segera semuanya mundur menyisahkan Jungkook dengan Raja.
"Apa ini yang mulia?" Jungkook terlihat menahan amarahnya.
"Maafkan aku Jendral Jeon, aku tidak bisa memenuhi permintaanmu. Faksi barat telah mengeksekusinya malam ini, jika aku tidak mengizinkannya mereka akan menjeratmu dan keluargamu dengan pemberontakan." Raja menunjukkan penyesalannya membuat Jungkook mengepal kedua tangannya.
"Dimana dia sekarang yang mulia?" Tanya Jungkook yang masih berusaha untuk bersopan santun.
"Diruang eksekusi mati." Jawab Raja dan tanpa mempedulikan apapun, Jungkook segera berjalan cepat meninggalkan sang raja.
Jungkook sampai berlari kencang hanya untuk sampai diruang eksekusi dan apa yang dia lihat? Seorang gadis duduk disebuah kursi dengan seluruh tubuh penuh darah, sampai kimono putihnya pun berwarna merah darah.
"KENAPA KALIAN LAKUKAN INI KEPADANYA!" Jerit Jungkook yang terlihat seperti seseorang yang kesetanan.
"Dia pantas mendapatkannya. Karena dia kaum penjajah, kau tidak seharusnya membelanya!" Bentak salah satu pria paruh baya dengan hanbok warna merah yang merupakan simbol pejabat tertinggi negara.
"Jendral Jeon, lebih baik kau kembali. Disini bukan tempatmu, besok ada pertemuan penting di kediaman Menteri pertahanan bukankah kau harus menyiapkannya." Ucap salah satu pria yang kini berdiri disampingnya dan menepuk bahu Jungkook beberapa kali.
"BAGAIMANA BISA KALIAN MENGATAKAN ITU??" Bentak Jungkook lagi membuat beberapa orang memakai baju merah itu marah kalau saja tidak di cegah oleh seseorang.
"Bawa Jendral Jeon Jungkook pergi." Perintahnya dan seketika semua orang memandangnya.
"Yang Mulia." Semua membungkuk kecuali Jungkook yang sudah terlihat kesal.
"Tidak! Aku akan tetap disini!" Lirih Jungkook.
"Tidak, kau harus segera pergi. Ini demi keluargamu, tolong turuti saja apa kataku kali ini. Kita tidak punya pilihan lagi Jendral Jeon." Bujuk Raja dan beberapa pengawal datang untuk membawa Jungkook.
"Nona Myoui..." Jungkook menepis tangan pengawal tersebut dan berlari mendekati tubuh nona Myoui yang terkulai lemas.
"Kau tidak akan bisa melakukan apapun! Sebentar lagi ia akan mati!" Celetuk pria paruh baya itu dan benar saja gadis itu terlihat susah untuk bernafas dan Jungkook berusaha untuk melepaskan tali yang melilit kedua tangan dan kaki gadis itu.
"Jendral Jeon..." Panggil Raja.
"Izinkan aku menggendongnya Yang Mulia. Aku ingin bersama-samanya sampai akhir." Mohon Jungkook yang kini menggendong tubuh Myoui dan membawanya berjalan.
Sepanjang perjalan Jungkook menangis, mengenang setiap kenangan yang pernah mereka lalui bersama. Saat awal mereka bertemu, saat serangan dari laut oleh pasukan jepang, Jungkook menemukannya disebuah kapal induk dan membawanya kedaratan sebagai sandera.
Entah apa yang membuat Jungkook tak rela gadis itu diketahui identitasnya, Jungkook selama ini menyembunyikannya mengaku bahwa gadis itu adalah adiknya dari selir Menteri Pertahanan yang merupakan Aboji Jungkook sampai semua terbongkar dan membuat nona Myoui harus di penjara. Disisi lain Raja berusaha untuk melindungi Jungkook dan keluarganya yang merupakan pengabdi setia Raja yang mendukung raja sepenuhnya dan menganggap Jungkook seperti putranya sendiri.
Akhirnya nona Myoui menghembuskan nafas terakhirnya di gendongan Jungkook yang membuat Jungkook menangis sedih.
"Siapapun yang melakukan ini kepadamu, aku akan membalasnya sama seperti sakit yang kau rasakan!" Guman Jungkook dengan tatapan nanarnya.
Kemudian ingatan Jungkook berganti pada dimana Jungkook bertemu secara rahasia dengan seorang kasim istana disebuah penginapan.
"Tuan Jeon..." Pria paruh baya itu masuk kedalam kamar penginapan yang telah ada Jungkook didalamnya.
"Apa yang kau dapatkan?" Tanya Jungkook.
"Ternyata semua itu adalah ide dari putra mahkota Namjoon. Putra mahkota melakukan itu untuk mendapat dukungan dari faksi barat yang selama ini memang tidak memihak kepada Raja." Ungkap kasim tersebuh membuat Jungkook benar-benar geram.
"Lalu? Apa lagi yang kau dapatkan?" Tanya Jungkook.
"Beberapa kali saya melihat Putra Mahkota Namjoon memasuki kuil istana, dimana seorang chenayang hebat yang di anugerahi oleh langit berada disana. Sepertinya Putra Mahkota tertarik kepadanya" Terang kasim tersebut.
"Bagus, kau boleh pergi sekarang." Kata Jungkook dan kasim itu segera pergi meninggalkan Jungkook yang nampak tersenyum.
"Kau menyukainya? Maka akan ku buat kau juga merasakan apa yang ku rasakan Namjoon!" Ucap Jungkook dengan dendam yang membara di kedua matanya.
"Kapten Rapmon..." Guman Jungkook yang kini membuka matanya lagi, kemudian Sinb juga membuka matanya.
"Apakah sudah cukup?" Tanya Sinb dan Jungkook mengangguk.
"Aku tidak menyangka bahwa pria konyol itu adalah seorang Putra Mahkota dimasa dulu?" Guman Sinb sambil tersenyum dan Jungkook yang terlihat linglung tak menanggapi omongan Sinb.
"Kau yakin sampai disini? Kau belum tau sepenuhnya apa yang terjadi kepadamu bukan?" Tanya Sinb lagi.
"Tidak, ini sudah cukup." Tolak Jungkook dengan ekspresi sedihnya.
"Tapi kau belum tau sepenuhnya siapa gadis itu bukan?" Tanya Sinb.
"Aku tau..." Jawab Jungkook dengan setengah termenung.
"Siapa namanya? Nona Myoui...?" Sinb tak melanjutkan perkataanya karena memang gadis itu tidak tau kelanjutanya.
"Myoui Mina, itu namanya." Nada suara Jungkook terdengar lirih, Sinb terdiam sesaat seolah berusaha membaca ekspresi Jungkook.
"Kau begitu mencintainya?" Entah kenapa tiba-tiba saja rasa ingin tahu Sinb begitu tinggi.
"Hoh...Aku sangat merindukannya kekasihku yang malang itu." Mata Jungkook berkaca-kaca membuat Sinb mematung dan merasakan dadanya sesak seketika. Gadis itu segera menghela nafas untuk mengendalikan perasaannya--perasaan yang entah dari mana muncul.
"Kau ingin ikut dengan kami? Atau kau pergi sendiri untuk mencarinya?" Tawar Sinb yang sesungguhnya ia ingin segera menghilangkan perasaan yang seharusnya tak ia miliki itu.
"Aku akan mencarinya sendiri." Kata Jungkook yang kini berdiri dan menghilang begitu saja.
Setelah Jungkook menghilang, tangan Sinb segera memegangi dadanya.
"Ada apa?" Tanya Seulgi yang kini mendekatinya.
"Kau mendengar nama gadis itu kan?" Seulgi mengangguk.
"Myoui Mina." Ungkap Seulgi dan kali ini mata Sinb berkaca-kaca.
"Ada apa nona?" Tanya Seulgi yang mengkhawatirkan keadaan Sinb yang tiba-tiba berubah selemas ini.
"Aku merasakan sakit di dadaku setiap mendengar nama gadis itu." Akui Sinb yang membuat Seulgi tak mengerti.
"Wae?" Tanya Seulgi dan Sinb menggeleng dengan ekspresi bingungnya.
"Aku juga tidak tau." Jawab Sinb.
"Mungkin anda terlalu banyak menggunakan energi anda. Ayo kita kembali ke apartemen dan beristirahat." Ajak Seulgi dan tanpa banyak kata Sinb langsung menyetujuinya.
---***---
Semenjak saat itu, Jungkook tak menampakkan dirinya dihadapan Sinb lagi bahkan ia juga tidak pergi kesekolah sekalipun. Hanya tinggal Sinb dengan bangku kosong yang selalu Sinb tatap dengan penasaran.
Saat ini, Seulgi dan Sinb berjalan bersama menuju kantin. Kehadiran mereka berdua tak lepas dari jangkauan banyak mata. Itu karena Seulgi yang memiliki paras cantik dan rupawan berbeda sekali dengan Sinb yang meskipun cantik gadis ini tidak begitu peduli dan sedikit kasar.
Mereka memilih untuk duduk di pojokan dari pada disekitar kerumunan siswa.
"Bagaimana hubunganmu dengan Suga?" Sinb mengawali pembicaraan.
"Kami sudah berkencan." Jawab Seulgi dengan bersemangat.
"Woah, secepat itu?" Sinb masih bertanya karena tak dapat mempercayainya dan Seulgi menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Hey, apa yang kalian bicarakan?" Kehadiran Taehyung membuat keduanya terkejut dan Suga juga tiba-tiba duduk disamping Seulgi.
"Seseorang yang tengah berkencan." Jawab Sinb sambil terkekeh.
"Nugu? Nugu?" Tanya Taehyung yang terlihat penasaran. Sinb seketika memberikan kode dengan kedua matanya
"Mereka berdua?" Tanya Taehyung yang membuat Sinb mengangguk.
"DAEBAK! SECEPAT ITU? KALIAN BERDUA MEMANG LUAR BIASA." Teriak Taehyung membuat Sinb, Seulgi dan Suga menunduk malu.
"Yak! Pelankan suaramu bodoh!" Perintah Suga.
"Wae?" Tanya Taehyung yang tak mengerti dengan kesalahannya.
"Ku pikir kau membutuhkan teman kencan juga, agar kau segera mengerti." Sindir Sinb membuat Taehyung seketika kesal sementara Suga dan Seulgi sudah terkekeh.
"Yak! Kenapa kau sama seperti Jungkook!" Protes Taehyung.
"Oh ya, kau tahu dimana Jungkook?" Tanya Suga membuat Seulgi melirik cemas kearah Sinb yang bersikap tetap santai.
"Aku sebenarnya juga sangat merindukannya sudah beberapa hari ini ia tak menghubungiku, kalian tahu dimana dia sekarang? Apa kalian bisa memberikan jawabannya untukku?" Sinb sangat pandai mengolah kata sampai membuatnya dengan muda memutar balikkan semuanya dan berakting mencemaskan Jungkook, entah itu hanya sebuah acting atau benar-benar mencemaskannya.
Baik Suga maupun Taehyung, saling melirik dan kikuk.
"Mungkin memang iya sedang sibuk." Jawab Suga yang bingung harus menjawab apa?
"Ya, dia kan juga ditugaskan oleh appanya dalam menangani beberapa kasus diperusahaannya." Tambah Taehyung.
"Benarkah? Sebenarnya usaha apa yang dimiliki keluarga Jungkook? Apa dia seorang Chaebol?" Tanya Sinb dengan semangat yang Seulgi tahu bahwa itu adalah hanyalah semangat dibuat-buat.
"Ya, begitulah." Jawab Suga.
"Oh ya, kalian kan sudah berkencan? Traktir aku dan Sinb." Sangat jelas Taehyung mengalihkan topik.
"Hoh, aku ingin jajamyun!" Kata Sinb.
"Aish, kalian berdua." Protes Suga.
"Turuti saja mereka." Akhirnya Seulgi mau berbicara dan Suga tanpa banyak kata menurutinya. Berjalan ke kasir untuk memesan makanan.
"Baiklah..." Kata Suga.
"Seperti itulah jika ia menyukai seseorang. Manis haha..." Sinb tertawa.
"Benar...Aku tidak menyangka hatinya jatuh kepada Seulgi." Taehyung tak kala gelinya.
"Sudahlah! Kenapa kalian terus seperti ini!" Protes Seulgi.
---***---
Saat tengah malam, diatas salah satu gedung tertinggi seorang pria berdiri ditepian atap gedung tersebut, memandang jalanan dibawah dengan air mata yang terus mengalir dengan wajah kacaunya.
"Wae? Kenapa kalian lakukan ini kepadaku? Kenapa!" Teriaknya dengan kesal.
"Aku sudah tak sanggup lagi! Mungkin dengan kepergian ku, kalian akan senang kan?" Pria itu terus berbicara pada dirinya sendiri.
Ia tidak sadar seseorang memperhatikanya. Seorang wanita dengan rambut tergerai dan pakaian putih lusuh yang hampit mirip dengan kimono memandang sedih pria itu. Pria itu tak menyadari kehadiran wanita itu karena jelas gadis itu adalah roh yang tak bisa ia lihat.
"Pergilah jika itu membuatmu tenang!"
Guman wanita tanpa bisa pria itu dengar tapi pria itu tak kunjung menerjunkan dirinya membuat roh wanita itu akhirnya tak sabaran.
"Aku akan membantumu, untuk melepaskan bebanmu!"
Katanya lagi dan kemudian angin tiba-tiba berhembus kencang membuat tubuh pria itu oleng dan terjun dari atas gedung, membentur sebuah mobil dan mati seketika.
Sosok Taehyung sudah berada disana, entah semenjak kapan?
"Aneh, ku pikir akan sedikit lama tapi kenapa bisa lebih cepat? Tidak mungkin catatan ini salah kan?" Tanya Taehyung pada dirinya sendiri kemudian ia memandang keatas dan mendapati sosok roh wanita melayang-layang disana.
"SIAPA KAU?" Bentak Taehyung tapi roh itu menghilang sementara Taehyung tidak bisa mengejarnya.
"SIAL! Aku harus segera memasukkannya ke akhirat." Gerutu Taehyung.
"Ini dimana? Aku dimana?"
Roh pria itu keluar dari tubuhnya dan memandangi Taehyung dengan takut.
"Moon Shin Hyun, umur 33 tahun. Meninggal karena bunuh diri. Aku akan menuntunmu menuju pintu itu dan segera minumlah teh ini." Sebuah teh melayang-layang di udara dan berhenti dihadapan pria itu tapi pria itu tak mau meminumnya, ia masih terus saja ketakutan membuat Taehyung geram.
"Minum pecundang!" Bentak Taehyung membuat pria itu terkejut.
"Minum, selagi aku baik kepadamu! Kau seharusnya tahu, bunuh diri bukanlah hal yang baik. Itu menunjukan bahwa kau manusia cukup rendah! Kau seharusnya sadar dari mana kau berasal? Siapa yang menciptakanmu dan memberikanmu segala bentuk kenikmatan dunia! Kau tak memiliki sendiri kehidupan ini atau bahkan tubuhmu ini! Semua hanya titipan dan kau menyia-nyiakannya tanpa melakukan banyak kebaikan di dunia. Jadi, minumlah teh ini sekarang!" Wajah Taehyung berubah menyeramkan membuat pria itu mau tak mau menurutinya.
"Sekarang, masuklah ke pintu itu!" Perintahnya lagi dan dengan tertatih-tatih pria itu masuk kedalam pintu itu dan pintunya pun menghilang. Taehyung menghela nafas panjang.
"Mereka pikir dengan bunuh diri penderitaan mereka akan berakhir? Manusia bodoh! Itu hanya akan menjadi awal, karena nanti kalian akan mendapat hukuman yang setimpal karena keputusasaan kalian! Kenapa kalian selalu mengeluh tentang banyak hal? Bukankah sangat jelas bahwa dunia ini hanya sebagai media untuk menyelesaikan segala bentuk ujian hidup? Penilaian seberapa banyak kebaikan dan seberapa banyak keburukan itu akan ditunjukkan saat nanti saat hari dimana kalian dikumpulkan menjadi satu dan diputuskan kalian akan masuk mana? Surga atau Neraka. Aigo, ku pikir menjadi malaikat tidak akan mengalami stress seperti ini? Tapi ternyata sama saja seperti manusia. Melihat kelakuan manusia? Membuat kepalaku pusing." Taehyung masih saja mengomel. Sampai ia mengingat sesuatu yang lain.
"Astaga! Aku lupa? Roha wanita tadi, aku harus menangkapnya!" Kata Taehyung dengan tekat yang kini ia telah menghilang.