Selama ini, sesuatu yang ada dalam fikiran manusia adalah apa yang akan mereka lakukan hari ini, esok dan hari kemudian. Bahkan mereka memikili segudang jadwal yang telah mereka atur. Manusia sering kali lupa dengan yang namanya takdir, sebrilian apapun rancangan mereka, kita tidak akan dapat memprediksi apa yang akan terjadi? Karena itu adalah kekuasaan Tuhan. Semua tertulis disana tentang kelahiran, jodoh bahkan kematian.
Sangat tidak masuk akal jika ada seseorang mengaku dapat melihat apa yang akan terjadi bukan? Seorang peramal adalah salah satu bentuk pembodohan tak nyata. Mereka hanya manusia yang memiliki sedikit kepekaan terhadap banyak hal dan mulai menelitinya, menjadikannya sebuah dugaan yang terkadang terjadi atau mungkin ia memiliki sebuah perjanjian dengan para roh, lebih tepatnya mereka bersedia menjadi budak para roh dengan imbalan akan bersedia memberikan sebuah informasi kepada mereka.
Seperti halnya saat ini, seorang peramal sedang meramalkan masa depan seseorang dengan bantuan roh yang hilang.
"Jika kau maju selangkah lagi, aku akan memukulmu dengan palu kematian ini." Cegah seorang malaikat kematian yang tak lain adalah Suga yang siap untuk menangkap sebuah roh wanita yang akan masuk kerumah peramal tersebut.
"Ampuni aku..."
Roh itu bersujut dihadapan Suga dan ketika Suga tak menunjukkan pergerakan, roh itu malah berusaha untuk melarikan diri.
"Roh busuk! Kau tidak akan bisa kemana-mana." Geram Suga yang sudah membungkus roh tersebut dengan kumpalan asam hitam.
Secangkir teh melayang-layang di udara.
"Minum!" Perintahnya dengan suara mengerikan bahkan wajah Suga nampak begitu menyeramkan.
"MINUM!" Kali ini suaranya lebih keras lagi. Tapi roh wanita itu terus merontah, berusaha ingin lepas diri dari gumpalan asap hitam tersebut.
"Teh itu untuk membuatmu lupa dengan dunia ini dan sekaligus untuk mensucikanmu. Kau benar-benar tidak ingin meminumnya? Baiklah, ini akan sedikit menyakitkan dan kau harus menahannya." Suga menyirai dengan wajah seramnya.
"ARRRGGGGHHHH."
Jerit kesakitan dari sang roh dan cangkir teh itu pun lenyap bersama ceritan roh tersebut yang menghilang masuk kedalam sebuah pintu yang terhubung dengan dimensi lain.
Setelah pintu itu tertutup, Suga pun menghilang dan muncul diatap gedung sekolah barunya. Wajahnya berubah normal dengan kerutan dahi di keningnya.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Tanyanya kepada Jungkook beserta Taehyung.
Suga sedikit bingung ketika mendapati Jungkook memainkan sebuah smart phone bersama Taehyung.
"Ternyata yang namanya game itu sangat seru!" Taehyung begitu menyukai mainan manusia yang baru ia pelajari ini.
"Apa ini yang kalian lakukan semenjak tadi?" Tanya Suga menatap tak percaya keduanya. Suga merasa kedua temannya ini sudah terkena virus manusia. Mereka lupa kalau mereka adalah seorang Malaikat kematian.
"Kau salah, kami disini menunggu roh itu muncul." Alasanan Jungkook, dari kedua malaikat ini. Jungkook adalah salah satu malaikat yang selalu terlihat menjaga imagenya berbeda dengan Taehyung yang selalu terus terang.
"Kenapa ia begitu cepat hilang?" Fikiran Taehyung tiba-tiba teralih pada kejadian siang tadi saat Jungkook, Suga dan dirinya menyadari kehadiran sebuah roh. Ia merasa heran karena kasus seperti ini jarang sekali terjadi.
"Jadi kalian menunggunya? Lebih baik besok saja kita memburunya. Hari ini selesaikan semua pekerjaan kalian!" Suga memperingatkan kedua temannya ini.
"Ah, entah ini benar atau tidak. Tadi aku merasakan 2 kekuatan." Dugaan Jungkook yang semenjak tadi ia sembunyikan yang seketika membuat kedua temannya memandangnya dengan serius.
"Maksudmu yang lain?" Tanya Suga dan Jungkook mengangguk.
"Bagaimana bisa? Dua kekuatan? Kau bercanda kan?" Taehyung menepuk bahu Jungkook pelan.
"Aku serius hyung, tapi aku tidak tahu dari mana kekuatan itu berasal? Cukup kuat lebih kuat dariku." Suga dan Taehyung saling berpandangan bingung.
"Jadi itu benar? Pantas saja kau mau menemaniku bermain game disini. Biasanya kau sibuk berkeliling kesana-kemari." Protes Taehyung.
"Berkeliling?" Jungkook mengkirutkan keningnya. "Aku melakukan tugas ku hyung, tidak seperti dirimu hyung!" Ucap Jungkook terang-terangan. Satu hal yang perlu kalian tahu, Jungkook adalah tipikel malaikat yang selalu sibuk dengan dunianya sendiri. Ia selalu melakukan ada pun sesukanya tanpa memperdulikan pendapat orang lain.
---***---
Malam semakin pekat, dengan kesunyian yang menyayat hanya ada suara serangga malam dan longlongan serigala yang saling bersahutan. Disebuah jalan tepian kota, sosok gadis berjalan pelan.
"KAU TIDAK BISA MELAKUKAN INI KEPADA KU!"
"Kenapa tidak? Bahkan aku bisa melenyapkanmu hanya dengan menggunakan genggaman tangan mungil ini." Seorang gadis memandangi sebuah roh perempuan dengan wujud cukup kacau, rambut panjang berantakan dan pakaian sedikit terbuka dengan bercak darah di sekeliling tubuhnya.
"KAU TERLALU SOMBONG! APA KAU TIDAK TAU BAHWA MEREKA MENGINCARMU?"
Mereka yang dimaksud adalah para Malaikat kematian. Gadis itu tersenyum remeh pada roh wanita dewasa tersebut.
"Lalu? Apa kau akan memberitahu keberadaan ku?" Roh wanita itu terdiam.
"Bodoh, enyah lah kau sekarang! Bahkan rohmu tak layak menjadi bagian dariku." Gadis itu menggerakkan tangannya. Gumpalan asap merah muncul seketika berubah menjadi api menyelimuti roh tersebut dan membakarnya.
"ANDWAE!"
Pekiknya kesakitan.
"Wkwkwkwk...Dasar sampah! Kau hanya akan menjadi perusak disini, jadi lebih baik kau menghilang." Tawa gadis tersebut memecah keheningan dan segera berjalan dengan santai.
"Nona Sinb..."
Panggil seorang roh pria berperawakan tinggi nan atletis. Roh pria ini memakai setelan jas dengan begitu rapi.
"Wae?" Tanya Sinb dengan memicingkan matanya.
"Gadis yang kau cari itu...Aku menemukannya."
Sinb tersenyum, merasa puas dengan pekerjaan roh pelayan miliknya ini.
"Bagus, dimana dia sekarang?" Sinb memberikan sebuah kartu nama kepada roh tersebut.
"Ia sedang bersembunyi disebuah bangunan kosong disamping tempat anda bersekolah."
"Mwo? Ah, aku tau. Pasti gadis itu adalah dia. Aku sangat suka dengan pemburuan ini. Aku akan kesana dan itu adalah alamat seorang syaman yang sedang mengadakan sebuah upacara. Kau boleh meminta apapun kepadanya, jika dia tak mau mengabulkan permintaanmu? Kau boleh membunuhnya!" Perintah Sinb dengan seringaiannya.
"Baiklah nona..."
Roh tersebut membungkuk dan menghilang bersamaan dengan angin yang berhembus.
Sinb diam sesaat dan tubuhnya seketika lenyap. Kini ia berada di dalam sebuah gedung yang gelap.
PRANGGG
"Keluarlah sebelum aku berubah fikiran!" Ancam Sinb yang menyadari kehadiran seorang roh yang bersarang di tubuh manusia.
"Waeyo?" Gadis dengan rambut berantakan dengan satu mata dan wajah penuh dengan luka yang bernanah tersenyum mengerikan tepat dihadapan Sinb. Bukannya takut? Sinb malah tersenyum remeh.
"Apa kau menghinaku? Penampilan burukmu itu tak layak kau berlihatkan kepadaku." Ucap Sinb menatap gadis itu dengan tajam.
Dengan cepat gadis itu meraih leher Sinb hendak mematahkannya.
"Beraninya kau menyentuh tubuhku, gadis kecil?" Sinis Sinb yang seketika mendorong tubuh gadis itu santai.
BLAAASSS
BLUUMMM
PRAAANGGG
BRUUUGGG
Tubuh gadis itu terjatuh setelah menembus beberapa dinding. Sinb muncul dihadapannya dan mengakat tubuh gadis itu dengan satu tangannya. Bahkan Sinb tidak peduli dengan semua luka yang terdapat pada sekujur tubuh gadis itu akibat ulahnya.
"Kau harus menghabiskan waktumu selama ribuan tahun dengan berbagai persembahan jiwa jika ingin setara dengan ku." Sinb menatap gadis itu seolah menatap sebuah boneka yang siap untuk ia permainkan sesuka hatinya.
"Bahkan tubuh manusiamu yang susah payah untuk kau dapatkan ini, aku akan merusaknya dengan mudah." Sinb benar-benar terlarut dalam permainannya. Ia akan membanting tubuh gadis ini kalau saja gadis itu tak mengatakan sesuatu.
"Kau tidak akan bisa melakukannya. Seseorang akan datang kemari dan mengeluarkan mu dari tubuh manusia itu." Nampaknya roh dalam gadis manusia itu tidak mau menyerah.
"Hahaha...Bodoh! Sejak kapan seorang roh tergantung pada manusia bodoh seperti mereka?" Suara tawa Sinb benar-benar memecahkan kesunyian.
"Kau cukup sombong. Kau tidak akan menjadi sekuat ini jika tidak ada manusia yang melakukan ritual untukmu!" Sinb tersenyum.
"Gadis kecil yang cukup berani. Aku tidak perlu meminta mereka untuk melakukan itu, mereka sendiri yang datang kepadaku. Bahkan nenek mu juga datang kepadaku." Bisik Sinb yang kini sudah menjatuhkan dengan pelan tubuh gadis itu di hadapannya.
"Apa? Nenek?" Sinb mengangguk ditempatnya berdiri, ia tak berusaha untuk mengambil tindakan apapun sekarang.
"Kau? Bagaimana kau bisa bertemu dengan nenek ku?" Gadis itu seketika berubah menjadi lebih serius dan menunjukkan ketertarikannya, bahkan kini ia juga merubah wujudnya seperti wajah asli manusia yang ia masuki.
"Dia datang kepadaku dan memintaku untuk mencarimu." Sinb berbicara cukup santai namun berbeda dengan gadis dihadapannya ini. Gadis ini mulai menangis.
"Dia tidak ingin pergi sebelum kau menemuinya." Lanjut Sinb
"Nenek...Aku tidak bisa menemuinya." Lirih gadis itu.
"Wae?" Sinb masih tak mengerti. Mereka adalah sama-sama roh, apa salahnya mereka saling bertemu? Pertemuan sesama roh tidak akan serumit manusia.
"Karena nenek akan mengajak ku pergi. Tapi aku tidak ingin pergi sebelum membalaskan dendam ku kepada mereka." Terlihat ada dendam yang menyala-nyala di kedua bola mata gadis itu.
"Mereka semua sudah mati termakan usia. Lalu siapa yang akan kau jadikan pelampiasan untuk dendam mu itu?" Tidak banyak manusia yang memiliki jiwa besar untuk memaafkan siapapun yang pernah menyakitinya, gadis ini adalah salah satunya.
"Semua keturunannya! Aku akan membunuh semuanya!" Geram gadis itu yang merubah matanya menjadi merah menyala. Sinb tersenyum sesaat.
"Kalau begitu kau harus punya rencana. Kalau kau bertindak tanpa berfikir, itu hanya akan membuatmu kalah sebelum berperang!" Sinb memberikan sedikit nasehatnya.
"Apa yang harus ku lakukan?" Tanya gadis itu yang terlihat begitu polos untuk sesaat.
"Kau harus menjadi pengikut ku. Baru aku akan mengatakannya." Seperti biasa, Sinb tidak lupa dengan ambisinya.
"Jangan dengarkan dia!" Seseorang sedang berjalan mendekati mereka. Pria paruh baya, berkaca mata dengan kemeja abu-abu bergaris nan rapi.
"Siapa kau?" Sentak Sinb.
"Aku adalah Appanya." Seketika Sinb tertawa.
"Haha...Apa kau bodoh? Disaat tubuh anakmu melemah, kau membuat sebuah persembahan agar anak mu tetap hidup dengan leluhurmu dari garis keturunan ibu? Apa kau seorang malaikat yang bisa membangkitkan sebuah roh? Kau terlalu menyombongkan kemampuanmu yang hanya seujung dariku ini. Bahkan kau membiarkan roh leluhurmu yang penuh dendam ini masuk kedalam tubuhnya. Apa kau tau? Apa yang akan dilakukan oleh mereka ketika mereka tau ini? Ia akan dilenyapkan! Bahkan kau akan segera mati dengan mudah!" Mata pria paruh baya tersebut melebar. Pria itu tidak pernah merasa menemukan manusia yang begitu banyak mengerti dengan dunia roh.
"K-kau siapa? Ba-gaimana kau tau? Dan siapa yang menangkap kami?" Tanyanya dengan shock.
"Kau tak perlu tau, aku hanya memenuhi janjiku kepada seseorang. Apa kau tidak tau? Gadis ini masuk dalam daftar roh yang hilang. Jadi, ia akan terus menjadi incaran para malaikat bodoh itu! Kau tidak akan mampu menyelamatkannya, bahkan kau tidak akan bisa melihat sosok malaikat itu bukan?" Pria itu terdiam, sementara gadis itu mengigit bibir bawahnya khawatir.
"A-apa yang harus kami lakukan?" Pria paruh baya itu mulai termakan dengan ucapan Sinb.
"Aku bisa membantu kalian tapi kalian harus jadi pengikutku." Tawarnya dengan senyum licik seperti biasanya. Pria itu nampak berfikir sesaat.
"Jika kami menjadi pengikutimu, apa yang harus kami lakukan?" Tanyanya dan sepertinya mereka sudah jatuh dalam perangkap Sinb.
"Tentu...Kau harus selalu mengadakan ritual untuk ku." Katanya dengan senyum lebar tetapi wajah Sinb berubah ketika ia mulai merasakan sesuatu. Kehadiran seseorang...
"SIAL!" Umpatnya yang membuat pria paruh bayah berserta gadis itu terkejut. Mereka memandangi Sinb seolah bertanya?
"Kita harus segera pergi dari sini. Para malaikat itu sepertinya mengincarmu!" Sinb segera meraih tubuh gadis tersebut dan menghilang seketika.
"Kau harus segera pergi Ajussi atau kau harus berpura-pura membersihkan tempat ini." Saran Sinb dan seketika pria paruh bayah tersebut dengan panik berusaha mencari sesuatu. Sepertinya ia harus segera mencari alasan atau sesuatu yang memperkuat alibinya untuk berada disini.
Benar saja, tiga malaikat itu sudah berada di dalam gedung kosong tersebut. Mereka memejamkan matanya seolah berusaha menghiruf udara dan melacak aroma roh yang sangat khas.
"Dia sudah pergi!" Duga Taehyung.
"Kita harus mengejarnya!" Usul Jungkook.
"Apa yang di lakukan pria itu?" Seketika perhatian mereka teralih pada sosok pria yang sedang kebingungan mencari sesuatu.
"Abaikan dia, dia masih akan mati 2 tahun lagi." Seorang malaikat dapat melihat catatan kematian seorang manusia tepat diatas kepalanya. Namun karena mereka ditugaskan berdasarkan perintah siapa saja yang berhak mereka tuntun, mereka tidak bisa memilih sesuka hatinya mereka.
"Ayo..." Ucap Jungkook dan seketika mereka lenyap di dalam kegelapan.
---***---
"Kau akan membawaku kemana?" Tanya gadis itu menatap Sinb dengan bingung.
Saat ini mereka ada disebuah gua di tengah hutan. Mereka berjalan menyusuri gua yang sudah diterangi lilin disepanjang jalan. Lilin ini sangat berbeda, lilin ini tidak akan mudah mati karena lilin ini adalah persembahan jiwa para pengikut roh. Satu lilin merupakan satu jiwa suci, ketika mereka mulai masuk ke dalam, disanalah terlihat banyak lilin melingkar pada satu titik.
"Duduklah disana!" Sinb memerintahkan gadis tersebut untuk segera duduk tengah-tengah lilin jiwa. Dengan pelan dan ragu, gadis tersebut menuruti permintaan Sinb. Setelah gadis tersebut duduk Sinb mulai melayang-layang tepat diatas gadis tersebut.
"Pejamkan matamu dan fokuskan fikiranmu!" Perintahnya lagi, segera gadis itu memejamkan matanya dan memfokuskan dirinya.
"Siapa namamu?" Gadis itu masih diam.
"Siapa namamu?" Sinb mengulang lagi.
"Kang Seulgi!" Ucapnya.
"Bersiaplah, aku akan membuat mereka tidak menyadari keberadaanmu dengan bantuan lilin jiwa ini. Kau akan nampak seperti manusia sepertiku dan mereka tidak akan mengenalimu atau merasakan energi rohmu!" Terang Sinb yang mulai berkomat-kamit menyelesaikan ritualnya. Sebuah cahaya tiba-tiba muncul dari setiap lilin jiwa dan membentuk gumpalan tebal berpusat pada tangan Sinb, kemudian Sinb menyalurkannya pada gadis bernama Seulgi.
BLAAAAAARRRRR
PYAAAAAARRRRR
DRAAAAAATTTTT
Seperti sebuah bintang yang jatuh, gumpalan cahaya itu menenggelamkan tubuh Seulgi kedalam gumpalan cahaya yang semakin lama semakin memudar. Kini nampak sosok Seulgi yang masih duduk dengan memejamkan matanya. Sinb tersenyum ketika melihat ritualnya telah berhasil.
"Kau boleh membuka matamu!" Perintah Sinb dan segera, Seulgi membuka matanya. Ia memandangi tubuh manusianya dengan bingung.
"Tidak akan ada yang berubah pada tubuhmu tapi kau sekarang bisa menjadi manusia tanpa mereka tau bahwa kau adalah roh. Kau hanya perlu melatih dirimu menjadi manusia dan sedikit mengetahui kebiasaan manusia di abad 21 ini, dengan itu kau akan terlihat normal seperti manusia pada umumnya." Terang Sinb.
Mata Seulgi seketika berbinar, ia merasa sangat bahagia karena Sinb telah membuat keinginannya menjadi nyata. Tanpa banyak kata lagi, ia pun bersujud seolah menyembah Sinb.
"Terima kasih Nyonya. Apa yang harus saya lakukan untuk membalas segala kebaikanmu?" Ungkapnya penuh terima kasih.
"Nyonya? Ani, aku masih lebih mudah darimu." Sangkal Sinb membuat Seulgi mengirutkan keningnya tak mengerti.
"Maksud ku, tubuh ini lebih mudah darimu dan mulai dari sekarang kau hanya perlu memanggil namaku Sinb-ah. Wae? Karena kita sedang berperan menjadi manusia sekarang!" Ucap Sinb sambil tertawa.
"Ne, khamshamida..." Tawa Sinb seketika berhenti dan memandang Seulgi dengan serius.
"Sepertinya kau juga harus mengubah cara bicaramu." Saran Sinb
"Kajja! Mereka tidak boleh sampai tahu tempat ini, karena tempat ini adalah sesuatu yang begitu penting bagiku melebihi apapun!" Sinb kembali menarik tangan Seulgi dan membawanya menghilang.
---***---
"Kau yakin mereka pergi kearah hutan?" Tanya Taehyung membuat Jungkook mengangguk.
"Aneh, aku merasakan energi yang begitu kuat tapi dalam sekejap menghilang. Kemana energi itu pergi?" Bingung! Itu yang dirasakan Jungkook saat ini. Ia tidak pernah mengalami yang seperti ini sebelumnya. Kejadian ini sungguh menimbulkan tanda tanya besar dalam otaknya.
"Hyung, apa kau merasakannya?" Tanya Taehyung kepada Suga. Suga menggeleng seketika.
"Ani, aku tidak merasakan apapun sekarang." Seketika ekspresi mereka menjadi lemas.
"Sekuat apa roh itu? Berani sekali ia mempermainkan kita?" Geram Taehyung yang sudah sangat tidak sabar untuk menangkap roh-roh hilang yang membangkang tersebut.
"Mereka hanya perlu meminum teh penghilang ingatan dan masuk kedalam pintu yang menghubungkan antara surga dan neraka. Sebegitu sulitkan melakukan hal itu?" Taehyung yang selalu mengeluh.
"Haruskah kita ke hutan sekarang?" Tawar Suga namun tak ada jawaban dari Jungkook yang masih terdiam, seolah ia sedang memikirkan sesuatu. Sementara Taehyung hanya menggendikan bahunya, ia juga merasa tak tau harus melakukan apa?
"Jeon Jungkook!" Panggil Suga membuat kesadaran Jungkook kembali.
"Haruskan kita kehutan?" Taehyung mengulang kembali perkataan Suga sembari menggelengkan kepalanya menatap Jungkook yang sepertinya sedang melamun.
"Ani, sepertinya kita harus kembali. Nanti, kalau aku yakin dengan dugaan ku, baru kita akan mencarinya." Baik Suga maupun Taehyung tak mengerti dengan ucapan Jungkook.
"Maksudmu?" Taehyung yang selalu saja penasaran.
"Bukan apa-apa hyung, aku harus pergi ke suatu tempat." Seketika Jungkook menghilang dan membuat kedua malaikat itu menatapnya heran.
"Ada yang aneh dengannya!" Kata Taehyung.
"Hoh! Sepertinya dia merahasiakan sesuatu." Timpal Suga.
"Menurutmu apa hyung?" Taehyung yang selalu heboh berlebihan.
"Molla, yang pasti ini sesuatu yang besar." Duga Suga.
"Aish! Wae? Kenapa ia menyimpan banyak rahasia?" Taehyung mengacak-ngacak rambutnya frustasi. "Semenjak dulu aku sangat penasaran. Di kehidupan yang lalu, dia itu makhluk seperti apa?" Tanya Taehyung yang tidak mampu menghentikan rasa penasarannya.
"Sudahlah, kurasa nanti ia akan mengatakannya." Suga yang selalu berfikir positif.
"Tapi hyung...Dia sangat aneh hari ini? Apa yang sebenarnya ia rencanakan?"
"Sudahlah, lebih baik sekarang kita kembali kerumah." Saran Suga.
"Baiklah!" Akhirnya Taehyung pun menyerah.
---***---
Pagi yang cerah telah menyapa dunia. Suasana ini memberikan atmofer yang berbeda. Pagi ini, saatnya semua orang mengawali aktifitasnya dengan semangat.
Sama halnya semua orang yang disibukkan dengan segudang kegiatan yang mereka lakukan. Sinb juga sama, kini ia sudah berjalan melewati gerbang sekolah dengan senyumannya yang terus mengembang sampai ketika seseorang diatas atas gedung sekolah memperhatikannya dengan tatapan tajam yang menusuk.
"Aku sudah menyuruh mereka untuk menyingkirkan para roh tak berguna itu, kenapa mereka masih ada disini?" Sinb berguman sambil berpura-pura tak melihatnya. Bahkan ketika sosok tersebut telah hadir diharapannya.
Malaikat sialan! Umpat Sinb dalam hatinya Sinb berpura-pura tak melihatnya.
"Kau dapat melihatku bukan?"
Sosok pria tua terus-terusan muncul dihadapan Sinb membuat gadis itu kesal.
"Apa maumu?" Tanyanya.
"Istriku berselingkuh, apa kau bisa mengatakan ini kepada anakku?"
Sinb tersenyum geli.
"Dasar pria tua tak berguna! Pantas saja istrimu meninggalkanmu karena kau memang menyedihkan." Cibir Sinb membuat roh itu terlihat marah.
"Yak! Tak seharusnya kau seperti itu kepada seorang yang lebih tua darimu!"
Roh pria tua itu hendak mendekati tubuh Sinb sampai ketika seseorang menghalanginya.
"Lebih baik kau kembali ketempatmu!" Ucap namja itu dengan tegas! Sinb menoleh dan cukup tercengang melihat sosok disampingnya. Roh tersebut segera lari namun sebuah asap hitam mengelilinginya.
"K-kau!" Kata Sinb dengan terbata-bata.
"Kenapa dengan ku?" Tanya namja itu dengan tersenyum. Sinb nampak tegang karena ia merasa ketahuan kalau dirinya bisa melihat roh.
"Hwang Sinb, siapa kau sebenarnya?" Tanya namja tersebut dengan mendekatkan wajahnya pada Sinb membuatnya sedikit memundurkan wajahnya.
"Apa maksudmu?" Sinb segera mengalihkan pandangannya.
"Yak! Kau berusaha menyembunyikannya? Mata indah yang dapat melihat roh?" Godanya sambil tersenyum membuat Sinb menghela nafas sebal.
"Jeon Jungkook berhenti bermain-main!" Pekik Sinb.
"Aku akan berhenti kalau kau mengatakan siapa dirimu!" Kali ini wajah Jungkook berubah menjadi serius.
"A-aku hanya bisa melihat mereka. Itu terjadi sejak kecil." Alasan Sinb tapi Jungkook malah tersenyum sinis.
"Kau pikir aku bodoh? Roh busuk! Aku akan menangkapmu sekarang!"
"Andwae! Andwae!"
"Oi, bangun!"
Sinb membuka matanya dengan cepat.
"Andwae!" Jeritnya lagi ketika melihat sosok Jungkook dihadapannya.
"Aish! Apa kau mengigau? Sekolah ini bukan tempat untuk tidur! Suara dengkuranmu sungguh luar biasa, lihatlah kau sangat terkenal sekarang..." Jungkook mengedarkan tangannya di ikuti tatapan Sinb yang bertemu dengan pandangan semua siswa di yang kini memandanginya.
Ah sial! Sinb mengacak-ngacak rambutnya frustasi sekaligus malu. Bagaimana ia bisa tertidur di dalam kelas dengan mudah? Ini tidak terjadi sebelumnya, berada didalam tubuh manusia memang menyusahkan. Ia harus beristirahat jika memang waktunya, semalam yang Sinb lakukan adalah bergadang membahas banyak hal dengan Seulgi. Semenjak jam pertama ia sudah sangat mengatuk.
"Haksaeng!"
"Hwang Sinb!" Sinb tersentak dan menatap Park Songsaenim dengan ragu.
"Tulis surat permintaan maaf 10 halaman!"
"MWO?" Tanpa sadar Sinb meninggikan suaranya dan ketika ia sadar Sinb segera menutup mulutnya. Jungkook berusaha menahan tawanya sementara siswa yang lain sudah tertawa.
"Kau bahkan mengeraskan suaramu? Aku akan menambahnya 5 halaman lagi. Tulis dengan benar 'Aku tidak akan tidur lagi di kelas!" Sinb menatap Park songsaenim horor.
"Wae? Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau ingin aku menambahnya?"
"A-anio, mianhae songsaenim." Mohon Sinb dengan muka lucunya membuat Jungkook terus-terusan menahan tawanya.
"Bagus, mata pelajaran Kimia saya akhiri. Kalian boleh beristirahat." Tutup Park Songsaenim yang membuat Sinb menjatuhkan kepalanya pada meja.
"Bodoh! Bagaimana kau bisa tidur di jam monster park itu." Sinb berguman pada dirinya sendiri sambil membenturkan dahinya pada meja.
Duk...Duk...Duk...
"Meskipun kau membenturkannya 100 kali pun, kau hanya akan menjadi gadis bodoh!" Ejek Jungkook.
"Yak! Sudah ku katakan jangan berbicara dengan ku!" Sentak Sinb, bukannya takut Jungkook malah tertawa.
"Pabo!" Jungkook tak mau berhenti menggoda Sinb.
"Yak! Namja brengsek!" Sinb melemparkan sebuah penghapus dan Jungkook menangkapnya dengan sukses ketika ia sudah sampai di pintu.
"Lemparkan saja semuanya karena apapun yang kau lempar akan mutlak menjadi milikku!"
"JEON JUNGKOOK!" Sinb menjerit dengan suara oktavnya sehingga membuat semua siswa memperhatikannya.
Jangan lupa Likenya ya ^^