Saat Seulgi kembali, ia sudah tak melihat sosok Mina didalam kamarnya. Seulgi menyusuri seluruh ruangan untuk mencari sosok itu, namun tetap saja Seulgi tak menemukannya.
"Mina-ya...Kau dimana?" Lirih Seulgi sembari menghela nafas. Seulgi sangat mengkhawatirkannya sekarang, ingin rasanya ia membantu Mina untuk menghilangkan semua rasa kesedihannya tapi ia tak memiliki cara untuk membantunya.
"Pada akhirnya kita selalu dikalahkan oleh takdir." Gumannya sambil menitihkan air matanya. Pikiran Seulgi melayang pada memori dimana ia bersama-sama dengan Suga. Ia tidak bisa membayangkan seandainya dirinya mengalami hal sama seperti Mina sekarang.
"Aku tidak yakin akan bisa melaluinya, jika itu terjadi padaku." Gumannya lagi yang kini sudah tak sanggup lagi menahan air matanya yang menetes.
Ditempat lain Mina memakai dres tipis selutut berjalan dengan pikiran kosongnya, ia tak menghiraukan udara dingin yang menusuk kulitnya karena rasa itu tak sebanding dengan apa yang ia rasakan sekarang. Hatinya hancur, tak tersisa dan alasannya untuk tetap hidup seolah telah berubah menjadi buih dan akan lenyap terterpa hembusan angin malam.
Mina menangis dalam keheningan malam dan suara nyanyian hewan malam seolah sedang mengolok-ngoloknya, membawanya kedasar jurang kesengsaraan. Ia sudah rela melewati begitu banyak siksaan di dalam hidupnya dan bergentayangan kemana-mana hanya untuk berjumpa dengannya--sosok yang selalu berhasil membuatnya tetap bertahan dalam menghadapi apapun. Namun saat ini, ia harus melepaskan sosok itu--memaksakannya untuk lenyap begitu saja.
Mina tak sanggup dan tak akan pernah bisa melakukannya. Mina begitu mencintai Jungkook, sangat mencintainya sampai apapun akan ia lakukan untuk bisa bersamanya tapi jika keinginan itu datang dari bibir Jungkook? Keinginan yang berhasil meluluh lantahkan hatinya, pria itu tak ingin bersamanya lagi. Kata-kata itu lebih buruk dari serangan palu malaikat kematian sekali pun, membuat Mina tak berdaya dan merasa begitu hina.
"Apa yang kau lakukan di dini hari seperti ini?" Mina merasakan hangat sebuah mantal menyelimuti tubuhnya dan ia menemukan Taehyung berdiri dihadapannya, merapatkan mantal yang sudah menyelimuti tubuhnya.
"Wae? Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?" Taehyung mencoba mengusap air mata yang mengalir di pipi putih Mina dan itu semakin membuat Mina semakin terisak.
"Wae? Berhenti menangis dan katakan kepadaku?" Tanya Taehyung masih dengan suara basnya, memandang khawatir Mina membuat Mina tak bisa berkata-kata lagi selain menjatuhkan dirinya pada Taehyung.
Taehyung terkejut saat tiba-tiba Mina memeluknya tanpa sebab tapi ia tak melepaskannya. Entah, apa yang membuat gadis dihadapannya sesedih ini? Satu hal yang dapat Taehyung pastikan, bahwa ia sangat mengkhawatirkannya, sangat ingin melindungi gadis dihadapannya ini.
"Aku tidak tau apa yang membuatmu seperti ini? Hanya, kau perlu ingat ini mulai dari sekarang. Aku, Kim Taehyung akan selalu disampingmu dan melindungimu. Maukah kau menerima penawaran ini?" Mina tertegun dan air matanya jatuh lagi, merasa terharu dengan pernyataan Taehyung.
"Gomawo..." Lirih Mina yang semakin menenggelamkan wajahnya pada dada Taehyung.
"Hm...Aku tidak akan menyia-nyiakan kepercayaanmu." Balas Taehyung dengan kebahagian di wajahnya.
---***---
Sinb terjaga saat merasa cahaya mentari berhasil mengusiknya, tubuhnya menggeliat dan tangannya meraba-raba untuk menemukan sosok lain disampingnya.
"Kau mencariku?" Sinb segera menoleh dan mendapati sosok Jungkook membawa secangkir teh hangat, berjalan mendekat dan mengulurkan teh itu kepada Sinb.
"Gomawo." Kata Sinb dan Jungkook tak pernah melepaskan pandanganya pada sosok yang terus memenuhi pikirannya kali ini. Dengan masih berdiri, ia mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut Sinb yang berantakan.
"Kapten J-Hope menemuiku." Kata Jungkook membuat Sinb hampir saja memyemburkan teh yang ia minum.
"Mwo? Dimana dia menemuimu?" Sinb terlihat mulai panik sementara Jungkook hanya tersenyum melihat tingkah lucu Sinb.
"Disini..." Jawab Jungkook membuat Sinb menganga.
"Semenjak kapan? Apa dia masih berada disini?" Tanya Sinb dengan tampang paniknya.
"Iya, ia masih disini dan menunggumu." Jawab Jungkook dengan santai membuat Sinb mengacak rambutnya frustasi.
"Astaga! Kenapa kau tak memberitahuku? Aish, aku benci berurusan dengannya." Sinb bangun dan mencari pakaiannya dan Jungkook masih memperhatikannya dengan geli.
"Wae? Kenapa kau sepanik itu? Dia tidak akan memakanmu, tenanglah Hwang." Jungkook berdiri dan menghampiri Sinb yang masih membungkus tubuhnya dengan selimut.
"Dia memang tidak akan memakanku tapi bukan berarti aku akan tahan dengan olokannya. Kau tidak mengatakan sesuatu yang menggelikan kepadanya kan?" Tanya Sinb dan Jungkook menggendikan bahunya tak peduli membuat Sinb sangat kesal.
"Jeon Jungkook! Aku sedang tidak ingin bercanda denganmu!" Bentak Sinb membuat Jungkook tertawa.
"Yak! Kenapa kau terus menggodaku, bantu aku mencari bajuku." Omel Sinb dan Jungkook berjalan menjauh, membuka sebuah lemari di sisi kanan tempat tidurnya.
"Kau bisa memakai T-shirt dan celana ini. Sepertinya besok kita harus belanja baju untukmu." Kata Jungkook yang kini menyodorkan lipatan T-shirt dan celana. Lucu sekali, sekarang para Malaikat sudah bertingkah seperti manusia.
"Ah, terserahlah! Kau benar-benar bertingkah seperti manusia." Cibir Sinb dan kini matanya teralih pada lipatan baju ditangan Jungkook. "Kau yakin, aku bisa memakai ini?" Sinb memandang ragu lipatan baju ditangan Jungkook.
"Lalu, apa kau akan menemuinya dengan gaya kepompong seperti itu?" Ejek Jungkook membuat Sinb semakin sebal.
"Yak! Semua ini salahmu!" Balasnya dengan kesal.
"Hm...begitu. Baiklah, aku akan bertanggung jawab. Kemarilah, biar aku saja yang memakaikanmu baju." Jungkook hendak meraih selimut yang melilit dibadan Sinb tapi Sinb segera mencegahnya.
"Kalau kau melangkah lagi, aku akan memukulmu dengan dentuman ku!" Ancamnya membuat Jungkook terbahak. Berakhir dengan keadaan kacau seperti ini sudah membuat Sinb sangat malu dan Jungkook membuatnya bertambah malu dengan tindakannya.
"Baiklah, aku akan meninggalkanmu. Kau hanya punya waktu 3 menit sebelum aku kembali kemari dan memakaikan baju untukmu." Kata Jungkook santai tapi Sinb cukup tau jika itu adalah ancaman. Sinb hanya memutar bola matanya, memandang kesal sosok Jungkook yang sudah menghilang.
"Setelah semalam...Dia sudah kembali menyebalkan seperti biasanya." Guman Sinb yang kini meraih T-shirt dan celana, memakainya dengan setengah hati.
Disinilah Sinb sekarang, duduk dengan angkuhnya dihadapan sosok J-Hope yang setengah mati menahan tawa sementara Jungkook duduk disamping Sinb.
"Apa kau memang benar Hwa-Eun?" Tanya J-Hope dengan tawanya yang tertahan, mencibir penampilan Sinb yang berantakan. Rambut acak-acakan, T-shirt kebesaran dan wajah khas bangun tidur itu sungguh sangat lucu bagi J-Hope. Jungkook masih diam dengan senyuman yang juga masih terukir di bibirnya.
"Jika kau terus tertawa, aku akan merontokkan gigimu!" Ancam Sinb yang seketika membuat J-Hope menutup mulutnya tapi senyum tertahan itu masih tergambar jelas dibibirnya.
"Kenapa kau kemari?" Tanya Sinb yang ingin segera J-Hope pergi dari tempat ini.
J-hope menghela nafas sebelum mulai menyodorkan sebuah map. "Tugas baru untuk Jungkook." Membuat Sinb mengirutkan keningnya, meraih map hitam tersebut sambil melirik Jungkook yang terlihat biasa saja.
"Kau sudah memberitahunya?" Tanya Sinb pada J-Hope dan pria itu pun mengangguk dan dengan segera Sinb membuka map itu, mencoba mencari tau isi di dalamnya. Matanya melebar saat ia tau apa yang terdapat didalam map itu.
"Kau tidak salah kan? Ia hanya malaikat biasa, bagaimana bisa kau memberikan dua tugas sekaligus? Mencabut nyawa dan memburu iblis? Jangan konyol! Kau tau seberapa kekuatan yang Jungkook miliki? Ayolah Hopie, kenapa kau sekejam ini kepadanya?" Dari kemarahan dan berganti menjadi bentuk protes, kemudian menjadi sebuah rengekan. Sinb adalah wanita yang tempramental dan mudah berganti mood, orang lain yang tidak terbiasa akan terkejut dengan tingkahnya ini tapi bagi J-Hope dan RM bukanlah sesuatu yang mengejutkan berbeda dengan Jungkook yang mulai terbiasa dengan sikap Sinb yang seperti ini, baru-baru ini.
"Yak, kau sebenarnya ingin apa? Kau bilang aku kejam tapi kau juga merengek kepadaku? Kook, aku berharap kau selalu sabar menghadapi tempramentnya yang buruk itu." Kata J-Hope membuat Jungkook terkekeh sementara Sinb mendengus, hasrat ingin merontokan gigi J-Hope semakin tinggi saja.
"Terus saja mengejekku, ku pastikan kau pergi dari sini dengan mulut ompongmu!" Sinb tak berhenti melayangkan ancamnya.
"Jika kau ingin protes, sebaiknya kepada tetua Hwang saja dan kau belum sepenuhnya menjelaskan penjelasanku. Kau selalu saja seperti ini, tak mau mendengarkan semuanya terlebih dahulu, kemudian baru bertindak." Kesal J-Hope.
"Baiklah, sekarang katakan kepadaku?" Tanya Sinb dengan cepat, yang sepertinya juga sangat penasaran ini.
"Baiklah, kau mungkin tidak tau? Jungkook sudah beberapa kali berengkarnasi dan terakhir ia adalah sosok iblis yang memiliki kekuatan besar yang mengacaukan dunia saat itu dan para tetua berhasil menakhlukannya, kemudian menyegel kekuatannya dan membuatnya berengkarnasi menjadi malaikat seperti sekarang ini." Keterangan dari J-Hope membuat Sinb menganga, kemudian matanya melirik sosok Jungkook disampingnya yang masih terlihat tenang.
"Ia sudah melewati banyak waktu yang sulit sama seperti dirimu. Saat ini kami hendak membuka segel kekuatannya." Akui J-Hope membuat Sinb semakin bingung.
"Kenapa kalian harus melakukan itu? Bagaimana kalau ia berubah menjadi iblis lagi? Dan semua penebusan dosa yang telah ia lalui akan sirna begitu saja." Kata Sinb dengan khawatir, mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Jungkook dengan erat yang langsung direspon dengan senyuman oleh Jungkook.
"Kau tak perlu mengkhawatirkan apapun. Ia tetap malaikat maut dengan kekuatan itu tentunya. Benarkan itu Kook?" Jungkook langsung mengangguk.
"Ya, aku sudah merasakannya terkadang ketika aku tak bisa mengontrolnya, aku merasa energi besar didalam diriku. Jadi karena hal ini? Dan sepertinya kau telah mengembalikan sedikit demi sedikit ingatkan ku. Itu cukup membantu untuk mengontrol semua kekuatan yang akan berlahan muncul. Khamsamnida kapten!" Ucap Jungkook dan dibalas dengan anggukan oleh J-Hope.
"Sebaiknya kau jangan memanggilku sebagai kapten tapi hyung saja. Hanya Rapmon yang mendapatkan tugas untuk mengatur para malaikat sementara aku dan Hwa-Eun hanya mendapat tugas-tugas khusus selama ini. Jadi tak banyak yang mengenal kami, jika nanti kau berhasil membasmi semua iblis pengacau, kurasa para tetua akan memberimu kenaikan tingkat atau penghargaan khusus mungkin." Tambah J-Hope membuat Jungkook nampak berfikir dan Sinb memandangi J-Hope dengan tanda tanya.
"Kau tidak sedang membual kan? Tapi tunggu, semua iblis? Bagaimana mungkin? Aku hanya butuh beberapa saja untuk membuat ku kembali ke posisi ku sebagai malaikat maut tapi ini malah semua iblis? Apa karena ada Jungkook, sehingga hukumannya menjadi lebih besar?" Tanya Sinb dan J-Hope menggeleng santai.
"Tidak, hukumanmu itu hanya sebagian dari rencana langit, takdir kalian sudah tertulis untuk membasmi parah iblis yang sebentar lagi akan bersatu dan menghancurkan semuanya. Kalian harus berusaha sekeras mungkin untuk melenyapkan mereka selagi masih banyak waktu." Sinb dan Jungkook nampak merenung.
"Aku tau, ini pasti memusingkan kalian. Tidak ada yang tau tentang siapa Jungkook dimasa lalu, bahkan itu Rapmon. Takdir ini menggiring kalian pada titik ini, mungkin setelah ini akan ada cahaya yang lebih terang. Jadi kalian berusaha lebih keras!" Kata J-Hope dengan kata penuh makna yang membuat Sinb menghela nafas.
"Kau memang penyair yang hebat. Tidak ada malaikat yang serba tau kecuali dirimu tapi jujur saja semua ucapanmu mengagetkanku, membuatku bertambah tak mengerti dengan situasi ini. Yang dapat ku tangkap adalah jika Jungkook merupakan iblis kuat dimasa lalu itu artinya secara harfiah kau menyuruh seorang iblis bertarung dengan iblis terkuat lainnya? Bagaimana jika ia tidak bisa mengatasinya?" Wajah cantik itu berubah menjadi bentuk ke khawatiran sementara J-Hope kali ini nampak diam membuat Sinb bertambah frustasi saja dan Jungkook segera menggengam tangan Sinb.
"Hwang, aku akan baik-baik saja. Kau tak perlu mengkhawatirkan ini ku rasa." Ucap Jungkook yang membuat Sinb menghela nafas.
"Itu takdirnya Hwa-Eun, langit sudah mengutusnya dan kita harus melakukannya, akan seperti apapun jadinya tergantung pada kalian. Seberapa besar keinginan dan usaha kalian, Tuhan tidak akan pernah menutup mata untuk setiap kebaikan yang telah kalian lakukan. Percayalah itu dan sepertinya aku harus pergi, sampai jumpa!" Ucap J-Hope yang kini sudah menghilang, tinggal Sinb dengan wajah khawatirnya. Jungkook yang menyadarinya segera meraih tangan Sinb.
"Hwang, lihat aku." Pinta Jungkook membuat Sinb segera menoleh kepadanya.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun, aku pasti akan mampu membinasakan mereka." Kata Jungkook dengan yakin dan Sinb mulai menangis membuat Jungkook segera mendekapnya.
"Kook, kita baru bertemu setelah sekian lama. Wae? Kenapa takdir kita selalu seperti ini?" Lirih Sinb yang menyandarkan kepalanya pada bahu Jungkook. Terdengar helaan nafas Jungkook sebelum akhirnya, ia melepaskan pelukannya memandang mata penuh air itu dengan sendu.
"Aku yakin, pasti akan ada sesuatu yang besar setelah ini. Hwang, kita harus melalui ini." Ungkap Jungkook dengan jarinya yang tak berhenti mengusap air mata Sinb.
"Berjanjilah kepadaku, apapun yang terjadi jangan pernah coba berpikir untuk menghilang dari hadapan ku sekali saja." Mohon Sinb yang membuat Jungkook tak bisa menahan emosinya lagi. Tubuhnya segera mendekat dengan hidung mereka yang saling bertubrukan. Jungkook memiringkan kepalanya, memudahkan bibirnya untuk melumat bibir Sinb menyalurkan semua emosi yang ia rasakan saat ini.
Puncak dari segala kefrustasian dan kekhawatiran itu terus menelan mereka, bertingkah seperti bom waktu yang dapat meledak kapan pun, menunggu sang nasib datang menghampiri. Berdiam diri dan menunggu arus yang mengalir adalah pilihan teraman, namun hal itu juga bisa dikatakan kata lain dari menyerah. Menyerah pada takdir yang tak sepenuhnya tidak bisa dirubah, karena selama ini manusia hanya menjadikannya sebagai alasan untuk menjadi pihak yang patut disalahkan untuk melegakan perasaannya yang tak mampu merubah arus kehidupannya.
Tuhan menciptakan banyak makhluk dengan segala kelebihannya. Disetiap ciptaan-Nya, beliau selalu memiliki seribu macam alasan yang terkadang masih menjadi misteri. Manusia dan makhluk lainnya hanya perlu mencari tahu dan mencari jalannya sendiri untuk merubah takdir, seharusnya seperti itulah cara mainnya, namun terkadang sangat sulit untuk dipahami setiap insan karena faktanya seseorang butuh petunjuk dan pedoman yang kuat untuk melakukannya.
---***---
Seulgi sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia mendatangi kamar Mina dan gadis itu pun masih tak ada disana, kamar itu masih rapi membuatnya menghela nafas untuk kesekian kalinya.
"NONA!"
Seulgi menoleh saat mendengar pekikan sesosok roh yang terlihat kacau, tidak seperti biasanya meskipun wajahnya cukup menyeramkan tapi pakaiannya tetap rapi.
"Wae? Apa yang terjadi kepadamu?" Tanya Seulgi heran.
"Kami mendapat serangan dari beberapa iblis."
Jawab roh itu yang membuat Seulgi terkejut.
"Wae? Kenapa mereka menyerang kita? Apa salah kita?" Tanya Seulgi yang memang tak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Mereka ingin anda menemui pimpinan mereka Nona..."
Kata roh tersebut membuat Seulgi semakin tak mengerti.
"Maksudmu apa? Aku tak mengerti sama sekali?"
Roh itu masih terlihat gelisah sembari terus menatap kebelakang, seolah mewaspadai sesuatu.
"Wae? Ada yang sebenarnya terjadi? Katakan? Kau akan bungkam selamanya seperti ini?" Seulgi sedikit meninggikan suaranya dan sesosok roh jahat datang, dengan seluruh tubuh jubah hitam.
Wajahnya tak tampak karena tertutup dengan tudung hitam yang menutupi sebagian kepalanya.
"Turunlah dan ikut bersama mobil dibawah, kau akan segera mengerti."
Kata roh tersebut yang kemudian menghilang, seolah tak ingin mendengarkan bantahan bentuk apapun dari Seulgi. Seulgi memandang lagi sosok roh pengikutnya dengan kebingungan yang masih sama.
"Bagaimana kalau aku tidak ingin turun?" Tanya Seulgi dan roh itu semakin menunjukkan ketakutannya.
"Maka mereka akan membantai kita habis-habisan Nona."
Seulgi tidak suka melihat roh pengikutnya menjadi ketakutan seperti ini? Siapa mereka? Malaikat juga bukan, tapi sangat berani mengusik dirinya dan para pengikutnya. Jika mereka sama-sama makhluk hina yang penuh dosa, seharusnya mereka tak cukup sombong untuk saling menindas satu sama lain bukan?
Seulgi tertawa sinis. "Sialan! Siapa mereka sebenarnya? Aku akan membuat mereka menyesal karena berurusan dengan ku! Kau bawa anak-anak untuk bersembunyi ditempat jauh, biarkan aku membereskan brengsek menyebalkan itu!" Kata Seulgi yang kemudian melangkah menuju pintu, meninggalkan roh yang masih terlihat ketakutan.
Seulgi berjalan dengan santai keluar dari gedung apartement dan sepertinya roh itu tidak membual, ia melihat sebuah mobil sedan warna hitam berada dihadapannya, disamping pintu sudah ada seorang pria paruh bayah dengan tubuh kekarnya, memakai setelan jas nampak begitu elegant sepertinya ia pengawal pribadi dari seorang yang cukup berpengaruh.
"Silahkan masuk nona." Pria itu membukakan pintu untuk Seulgi, tanpa banyak kata Seulgi langsung masuk kedalam mobil tersebut dan mobil pun berjalan dengan kecepatan rata-rata.
Semuanya nampak biasa saja, tidak ada yang mencurigakan. Dan sepertinya Seulgi harus menyerah untuk mencari tahu secara diam-diam.
"Kalian akan membawaku kemana?" Tanyanya pada dua orang yang duduk dibangku pengemudi. Sosok yang tadi membukakan pintu untuknya segera tersenyum ramah, meskipun wajahnya masih terlihat keras.
"Kediaman tuan kami Park Jimin pemilik Park Company." Mata Seulgi langsung melebar, ia sedikit tau tentang pria yang disebutkan oleh sosok pria berjas ini.
Park Jimin adalah pewaris dari Park Company yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di asia dan masuk dalam deretan pengusaha muda kaya seasia. Seulgi pernah melihat beberapa wawancara pengusaha muda itu di beberapa stasiun televisi lokal, dari caranya menyampaikan pendapatnya Seulgi dapat menyimpulkan bahwa pria itu cukup rasional. Bagaimana mungkin sosok serasional itu berkaitan dengan bayangan gelap seperti para roh jahat dan mungkin juga iblis? Seulgi masih saja terus menduganya sampai ia menyadari mobil telah berhenti di depan sebuah gerbang kokoh.
"Astaga!" Pekiknya saat ia mendapati dua sosok roh dengan juba hitam yang hampir mirip dengan roh yang menemuinya tadi, berjaga di depan gerbang dan yang lebih aneh lagi kedua pria pengawal yang masih berada di bangku pengemudi itu nampak diam, tak menunjukkan reaksi apapun saat mendengar pekikan Seulgi. Mereka seolah tak mendengarnya atau mereka memang terbiasa dengan hal semacam ini? Seulgi tak cukup mengerti hal ini dan jika memungkinkan Seulgi ingin pergi dari sini, tapi apakah bisa?
Mobil sudah memasuki pintu gerbang dan Seulgi dapat mengenali aura hitam ini. Keadaan masion yang suram dan saat ia melihat keatas, sesosok iblis berdiri ditengah masion dengan juba yang membungkus masion tersebut. Jantung Seulgi seolah berhenti berdetak, saat mata iblis itu menangkap sorot matanya. Ia hanya roh gentayangan bukan seorang iblis dan sudah dapat dipastikan bahwa kekuatannya tidak sebanding dengan para iblis itu.
"Ayo turun nona..." Pinta pengawal yang sudah membukakan pintu mobil untuknya. Jujur Seulgi mulai merasakan perasaan takut dan ia pun harus terpaksa turun, mengikuti perintah pengawal ini. Perasaannya mengatakan untuk tidak melawan, karena sepertinya yang akan dihadapinya saat ini bukan manusia biasa.
Seulgi semakin tercengang saat ia disambut lagi oleh dua roh yang juga memakai juba hitam dengan dua pengawal berbeda yang menuntunnya memasuki masion. Seulgi semakin dapat mencium aura gelap dan kelam itu. Mereka terus menuntuk Seulgi untuk memasuki sebuah ruangan yang seperti ruang kerja itu sampai ia melihat sosok pria memakai jas coklat muda memunggunginya.
"Selamat datang nona..." Sosok yang tadi membelakanginya, kini membalikkan badannya menatap penuh senyum Seulgi dan ia mengenali sosok itu, Park Jimin pengusaha mudah yang pernah beberapa kali ia lihat didalam TV. Senyumnya hampir mirip sebuah seringaian, membuat Seulgi tergidik ngeri. Apalagi saat tatapan mata mereka saling beradu, sorot tajam nan kelam itu membuat Seulgi semakin menyadari ada sosok lain bersemayam didalam tubuh pria mudah itu dan sosok itu kuat sampai membuat tubuhnya menegang.
"Apa maumu?" Seulgi ingin bertingkah seperti biasanya dan sekuat tenaga ia berusaha untuk menutupi rasa ketakutannya. Jimin memiringkan kepalanya dan menghilang tiba-tiba membuat Seulgi terkejut dan waspada.
"Aku disini, kau mencariku?" Pria itu sudah muncul tepat dihadapan Seulgi membuat gadis itu tersentak dan oleng kalau saja Jimin tak segera menariknya membuat tubuh mereka saling berdekatan. Jimin menelusuri wajah Seulgi dengan tatapan dalamnya membuat gadis itu terjerembab dan tak bisa memutus kontak mata tersebut.
"Hm...Aku merasa wanita tidak cukup berguna untuk memenuhi dunia tapi kau pengecualiannya." Dengan lancangnya pria itu menelusuri wajah Seulgi dengan tangannya membuat tubuh Seulgi semakin tegang, gadis itu memejamkan matanya berusaha untuk menetralkan emosinya dan rasa takutnya.
"Aku tidak mengerti, maksud dari perkataanmu? Ku pikir kau tak punya banyak waktu untuk mengurusi roh gentayangan sepertiku." Balas Seulgi yang mengumpulan semua keberanian yang tersisa dalam dirinya. Jimin tersenyum, masih tak melepaskan pandangannya dari Seulgi membuat gadis itu harus berusaha mengalihkan pandangannya dan tubuhnya masih berusaha memberontak, ingin lepas dari sosok pria dihadapannya ini.
"Jangan memaksakan diri, jangan membuat penilaianku berkurang tentang seberapa bergunanya dirimu. Kau tak cukup kuat untuk melawanku." Jimin menunjukkan seringaianya sebelum akhirnya melumat cepat bibir Seulgi membuat Seulgi shock.
"Manis, semanis dirimu." Katanya yang kini melepaskan tautan bibirnya dengan bibir Seulgi dan mendorong gadis itu pelan. Mengecap sisa rasa cerry yang ia peroleh dari bibir Seulgi.
"Mulai sekarang kau akan tinggal disini, jangan coba untuk kabur sampai aku yang menginginkannya." Kata Jimin membuat Seulgi membatu.
"Tunjukkan kamar untuknya." Pinta Jimin pada pengawalnya dan Seulgi pun akhirnya menuruti perkataan Jimin tanpa perlawanan yang berarti.
Seulgi punya alasan yang kuat untuk tak membatah keinginan pria ini. Selain ia adalah seseorang yang berkuasa di dunia manusia, sosok pria ini juga memiliki sosok yang kuat didalam tubuhnya--seorang iblis dengan kekuatan besar yang entah bagaimana caranya bisa masuk kedalam tubuhnya. Yang membuat Seulgi semakin tak mengerti, kenapa kedua sosok ini sama-sama menakutkannya. Tidak ada yang dominan tapi mereka begitu mirip? Bagaimana manusia dan iblis bisa memiliki kemiripan seperti itu?
Seulgi hanya mampu menjerit dalam hatinya. Memanggil nama Suga tidak ada gunanya, karena Suga tidak pernah tau siapa dirinya bukan? Jungkook? Seulgi juga tidak begitu yakin bahwa teman malaikatnya itu mampu menolongnya--menolongnya dari sesuatu yang disebut sebagai neraka dunia. Seulgi sudah merasa sangat berdosa dengan apa yang ia lakukan selama ini dan sekarang sepertinya pria itu sedang merencanakan sesuatu yang besar, memanfaatkan dirinya dalam rencana itu.
Itu bukan tentang bagaimana menghancurkan dunia bukan? Seulgi tidak mau dan tidak menginginkan hal itu terjadi, hal itu sangat mengerikan hanya untuk sekedar dibayangkan saja. Semua dugaan tak beralasan itu seolah menghantui Seulgi, menjebaknya dalam ketakutan-ketakutan yang seolah menyerang seluruh kerja otaknya dan mengiringnya pada bayangan neraka yang akan ia jamah saat penghitungan dosa yang entah kapan akan ia lalui, membuatnya merasa rendah dan hina dalam sekejap.