Minggu pagi, Aileen terbangun dari tidur nyenyaknya. Dia merentangkan kedua tangannya ke atas lalu melihat keseluruhan kamar ini, sepertinya dia merasa asing dengan kamar ini. Oh iya dia baru ingat jika tadi malam Yizreel membawanya ke rumah pria itu. Aileen menuruni kasur dan mulai merapikan tempat tidur lalu memasuki kamar mandi yang berada di kamar ini untuk mencuci muka.
Setelah ritualnya dikamar mandi selesai, Aileen menguncir rambutnya dan berjalan keluar kamar. Saat menuruni tangga, Aileen melihat keluarga Yizreel yang sedang menikmati sarapan di meja makan. Aileen jadi merasa tidak enak karena sudah menumpang tetapi di harus terlambat bangun.
Gadis ini sedikit sedih. Melihat keluarga Yizreel yang tampak harmonis, dia menjadi teringat akan penghianatan yang Papa nya perbuat. Dulu, keluarganya juga seharmonis ini. Sarapan selalu bersama dan terkadang membicarakan hal-hal yang membuat mereka tertawa. Tetapi sekarang, keluarganya hancur berantakan karena perbuatan Papa nya. Aileen memejamkan matanya sejenak berupaya menenangkan diri. Setelah merasa tenang, Aileen berjalan mendekati keluarga Yizreel.
“Selamat pagi Om, Tante,” Aileen menyapa kedua orang tua Yizreel dan tersenyum sopan.
“Eh Allen udah bangun ternyata. Sini-sini duduk,”ucap Bunda Yizreel mempersilahkan Aileen untuk duduk disampingnya.
“Namanya Aileen, Bun. Jangan ubah nama anak orang kasihan.” Kata Yizreel.
“Gak papa kan kamu tante panggil Allen?” tanya Bunda menatap Ailee. Aileen hanya tersenyum sopan kemuadian mengangguk.
“Tuh Allen nya aja gak papa kok kamu yang sewot sih?!”
Yizreel hanya terdiam mendengar perkataan Bunda nya.
“Udah ah Bun gak enak didengar Aileen,” ucap Ayah Yizreel menengahi. “Duduk Aileen biar kita sama-sama sarapan.” Lanjutnya.
“Engh itu, Aileen langsung pulang aja Om gak enak soalnya, takut ngerepotin.” Aileen menolak halus.
“Kamu sarapan bareng kita aja gak akan ngerepotin kok.” Ucap Yola yang merupakan kakak kandung Yizreel. Yolanda Navvaro lebih tepatnya. Mahasiswi semester 5 jurusan Kedokteran di Universitas Indonesia.
Aileen tersenyum manis melihat Yola yang menurutnya sangat baik dan cantik.
“Ah iya aku Yola, kakak kandung Yizreel. Senang bertemu dengan kamu” Yola memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya kepada Aileen.
Aileen membalas uluran tangan Yola, “Aileen kak”
“Duduk Leen trus sarapan bareng kita. Setelah sarapan gue anterin lo pulang.” Suruh Yizreel dan Aileen hanya menurut saja.
***
Setelah Yizreel mengantar Aileen sampai kerumahnya dengan selamat, Aileen memasuki rumah dengan langkah yang amat sangat pelan. Aileen membuka pintu dan memasuki rumah. Aileen melihat mama nya yang sedang melamun terlihat seperti ada sesuatu yang mengganggu di pikirannya. Sesaat Mama Aileen merasa ada yang sedang menatapnya dan ketika dia menoleh, didapatinya Aileen yang sudah berdiri tidak jauh dari tempat duduknya. Segera saja Mama Aileen memeluk Aileen dengan sangat erat dan tanpa sadar dia sudah mengeluarkan air matanya.
“Kamu kemana aja nak? Mama khawatir,” ucap Mama Aileen lirih.
Aileen yang sudah tidak dapat menahan air matanya pun menangis sambil memeluk Mama nya erat. “Aileen baik-baik aja Ma.”
Mama Aileen mengurai pelukan mereka dan menatap anak gadis yang sangat disayanginya, “Kamu kenapa gak pulang hmm?”
“Aileen tadi malam lagi pengen nginep di rumah temen Ma. Maaf Aileen gak ngabari Mama,”
“Dirumah temen kamu yang mana? Perasaan Mama sudah mengunjungi rumah teman-teman kamu, tapi kamu gak ada disana,”
Aileen menatap Mamanya dengan pandangan sedih, “Dirumah temen Aileen yang lain. Bukan Amel atau pun Rara.”
“Ya sudah kalau gitu kamu masuk kamar gih, bersih-bersih trus setelah itu kebawah biar Mama buatin kamu makanan,” ujar Mama Aileen sambil mengelus sayang kepala Aileen. Aileen yang diperlakukan seperti itu pun menutup matanya.
Kenapa semua ini terjadi pada keluarganya?
Apa yang sebenarnya merasuki Papa nya hingga tega menyakiti Mama yang paling disayangi nya ini?
Aileen menghapus air matanya kemudian berujar, “Gak perlu Ma. Aileen tadi udah makan. Aileen mau langsung mandi aja.”
“Kalau gitu sekarang kamu mandi ya,”
“Iya Mah, Aileen ke kamar dulu ya,” ucapan Aileen hanya diangguki oleh Mama nya.
Aileen berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamar. Tiba-tiba Aileen terduduk. Tidak. Dia tidak boleh seperti ini. Dia harus berbicara pada Papa nya untuk meminta penjelasan. Keluarganya harus utuh kembali. Itu janjinya.
Dengan tersenyum tipis Aileen memasuki kamar mandi, melakukan ritualnya.
Beberapa menit kemudian atau lebih tepatnya 30 menit sudah berlalu, Aileen keluar dari kamar mandi dengan badan yang lebih segar. Dengan memakai baju kaus bergaris-garis tanpa lengan dan celana selutut, Aileen mematut dirinya di cermin. Menyisir rambut panjangnya lalu berjalan keluar kamar mencari Papa nya.
Aileen melihat Papa nya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga kemudian duduk di sofa yang berada di sebelah Ario. Sementara Ario yang menyadari kedatangan Aileen tampak gugup.
“Pah,” panggil Aileen lirih. Ario hanya melirik sekilas dan membuang pandangannya ke arah televisi yang manyala.
Aileen yang merasa diabaikan pun tersenyum pedih, “Kenapa Pah?”
Ario yang mendengar suara anak kesayangannya bergetar mulai merasa iba. Ini kesalahannya. Karena nya Aileen menjadi rapuh seperti ini. Karena perbuatannya membuat keluarga yang disayanginya perlahan hancur.
“Maaf Ai, Papa berpikir untuk menceraikan Mama kamu.”
Setelah ucapan tersebut keluar dari bibir Ario terdengar suara pecahan dari arah belakang mereka. Sontak saja Aileen dan Ario melihat kebelakang. Mata Aileen membulat. Mama nya mendengar perkataan laknat Ario. Aileen yang mendengar perkataan Ario ingin sekali membentak atau bahkan memukuli Ario. Tetapi, tidak mungkin dia melakukan itu semua.
Mama Aileen yang bernama Nala itu menutup mulutnya untuk menahan tangisnya kemudian berlari masuk kekamar lalu mengunci pintu.
Aileen menatap tajam Ario, “Papa jahat. Ai gak nyangka ternyata Papa sebrengsek ini. Hanya karena perempuan itu Papa tega ninggalin Mama dan juga Ai.” Desis Aileen.
Aileen segera menuju kamar orang tuanya ingin memastikan kondisi Nala. Melihat pintu yang tertutup rapat, dapat Aileen pastikan Mama nya itu sudah mengunci pintu dan menangis.
“Mah buka pintunya.” Aileen mengetuk pintu itu berharap Nala mau membuka nya. Namun, tetap saja Nala tidak membuka pintu.
“Mah, Aileen tau ini pasti berat buat Mama. Tapi please Ma buka pintunya dulu. Kita bicara baik-baik sama Papa. Pasti Papa mau dengerin kita.” Tetap saja Nala tidak kunjung membuka pintu membuat Aileen merasa sedih.
Gadis yang rambutnya dikuncir itu kembali ke ruang keluarga. Berniat untuk berbicara baik-baik pada Ario.
Aileen menatap Ario yang sedang menunduk, “Pah, Ai mohon jangan ambil keputusan kayak gini. Ai akan maafin Papa tapi tolong jangan ceraikan mama.”
“Maafin Papa Ai tapi Papa gak bisa. Papa akan tetap menceraikan Mama kamu.”
Dan seketika itu juga dunia Aileen merasa hancur.
Aku suka ceritanya. Lanjutan kan dong min
Comment on chapter Aileen 8