Quote kedua
Keesokan harinya, ia mengunjungi desa pinggiran kota yaitu desa Sukosari. Tujuannya kesana ingin bertemu dengan anak-anak yang buta aksara, ia ingin mengajari mereka agar mereka bisa mengenal huruf sedikit demi sedikit. Namun, rencana kali ini ia sendirian dan atas nama pribadi bukan atas nama komunitas. Anak-anak buta aksara itu sudah berkumpul di taman mini Sukosari ia terlebih dahulu bersosialisasi dan saling mengenal dengan anak-anak tersebut. Ia memilih taman Sukosari, agar anak-anak tersebut tidak bosan dan lebih asyik serta cepat mudah menangkap materi yang ia ajarkan jika berada di ruangan yang terbuka. Ketika ia asyik berbincang-bincang dengan anak-anak tersebut, tiba-tiba salah satu anak yang bergabung belajar bersama Piya itu memberikan sebuah kertas binder bewarna biru muda yang digulung dan diikat dengan pita bewarna merah.
“Kak, ini untuk kakak.” Ucap Adin salah satu anak didikan Piya sambil menyerahkan kertas binder tersebut.
“Dari siapa dek Adin?” Jawab Piya sambil mengambil kertas itu.
“Dari kakak yang ada disana kak.” Jawab Adin sambil menuju tempat duduk taman yang bewarna putih.
“Mana dek, gak ada orang.”
“Loh, tadi ada disana kak.”
“Coba kamu sebutkan ciri-ciri kakak itu”
“Kakak itu orangnya ganteng kak, tinggi, dan memakai kaos bewarna putih.”
“Terima kasih ya dek Adin, kamu boleh kembali duduk.”
Selepas mengajarkan anak-anak yang buta aksara, ia berjalan keliling taman mini Sukosari itu untuk mencari laki-laki yang memberinya quote, dan dugaannya tentang laki-laki yang memberinya quote hari ini adalah orang yang sama dengan yang memberinya payung merah dan quote beberapa hari yang lalu. Namun hasilnya nihil, tak ada laki-laki yang seperti Adin sebutkan. Karena hasilnya nihil dan langit menjadi bewarna kelabu yang menandakan hujan akan turun sehingga ia pun memutuskan untuk pulang. Sembari perjalanan pulang, di bis ia mulai membuka kertas itu dan membacanya.
Dalam sebuah kehidupan pasti ada sebuah luka dan kesedihan yang mewarnainya
Salah satunya yaitu kehilangan orang yang dicintai.
Kehilangan memang menimbulkan luka yang cukup susah untuk dilenyapkan.
Tapi percayalah Tuhan menguji kamu mengenai hal itu karena Tuhan percaya kau itu kuat menjalaninya.
Untuk itu jangan sesali yang sudah terjadi.
Ikhlaskan agar hatimu sedikit lebih terobati, lihat sekelilingmu masih ada orang yang tak seberuntung dirimu.
Percayalah Tuhan pasti mempunyai rencana yang indah untukmu di kemudian hari.
Tetap tersenyum.
-Uknown-