Read More >>"> G E V A N C I A (PART 01) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - G E V A N C I A
MENU
About Us  

CHP 1.

PANDANGAN PERTAMA

 

Seminggu setelah MOS SMA Panca Dharma

Gevancia POV

 

"Gev, gue tadi lihat kakak kelas yang elo suka itu?"

Aku mengalihkan fokus dari kuah bakso menggiurkan yang sejak tadi aku aduk-aduk ke Selly yang duduk di depanku. Bakso di mangkuknya sudah habis tidak bersisa.

"Nino maksud elo?"

"Siapa lagi? cuma dia kan yang lo perhatikan dari awal MOS."

Selly tersenyum lalu menghabiskan es teh manisnya. Aku mengangguk setuju, memasukkan pentolan bakso terakhiku ke dalam mulut, mengunyah cepat dan menelannya sebelum mengajukan pertanyaan bernada kepo.

"Ketemu dimana? Makin ganteng aja kan? Dia lagi ngapain?"

Selly, teman baruku di sekolah berdecak dan menjauhkan mangkuk dan gelasnya yang sudah kosong ke pinggir, "Ganteng sih tapi kok kesannya serem ya."

"Serem gimana? Ngaco ah!! Itu namanya cowok cool."

Selly menggeleng, "Wajahnya kelewat nggak ada ekspresinya sama sekali. Elo kok bisa sih suka cowok model begitu? Gue sih mending Bang Akbar. Ganteng, murah senyum, baik , ketua Osis lagi."

Aku mencibir, tidak setuju, "Akbar tipikal cowok playboy. Gue sih ogah. Gue suka yang beda."

"Nino memang beda sih karena dia nyeremin," kekeh Selly membuatku melotot dan mencubit gemas lengannya yang langsung manyun. Aku tertawa.

Semua murid SMA Panca Dharma sedang menikmati istirahat siang. Kantin dan koridor penuh oleh murid-murid yang asyik makan dan mengobrol heboh. Aku menghabiskan minumanku seraya mengedarkan pandangan. Senyuman tercetak jelas di wajahku.

Akhirnya, setelah tiga tahun dalam mode suram menjalani masa SMP, aku mulai membuka lembaran baru hidupku memasuki masa-masa SMA yang aku harapkan colourfull. Aku tidak berharap banyak,  yang terpenting bisa sedikit menjadi diriku sendiri dan menjalani masa-masa ini dengan sebaik-baiknya. Sudah sejak dulu , aku membayangkan bagaimana serunya menjadi anak SMA. Memiliki teman, mencari gebetan dan membuka kesempatan-kesempatan baru yang terbentang luas. Cukup sampai di sana. Aku akan menyimpan rapat kemelutku sendiri di sudut terjauh.

Masalah di rumah tidak akan menghalangiku untuk merasakan semua pengalaman baru itu. Walaupun aku masuk sekolah yang lumayan mahal ini dengan bantuan beasiswa.

Aku memperhatikan Selly yang sibuk dengan ponsel canggih miliknya sambil tersenyum-senyum sendiri membuatku jadi ikutan tersenyum. Sejak awal, cewek cantik di hadapanku ini sudah mengikutiku ke sana kemari. Ketika ditanya kenapa dia mau berteman denganku bukan dengan yang lainnya yang sudah jelas bukan berasal dari keluarga berantakan dan kekurangan seperti diriku, jawabannya membuatku tertegun.

"Gue bisa lihat kalau elo bisa dipercaya. Gue sudah jengah berteman dengan sesesorang yang memakai topeng. Ngakunya sahabat tapi ada maunya. Kalau senang dia ngikutin , kalau susah dianya nggak tahu kemana."

Aku tahu kalau Selly pasti memiliki kenangan buruk akan sahabat-sahabatnya dulu dilihat dari wajah sendunya saat mengatakannya.

Aku sendiri selama ini tidak pernah punya teman apalagi yang seperti Selly, Cantik, modis, pintar dan berkepribadian. Temanku selama ini hanya buku diaryku, ponsel yang berisi ribuan lagu milikku yang selalu berhasil mengusir kesepian dan foto Ibuku.

Sekarang, bisa memiliki Selly sebagai teman baru yang menyenangkan, membuatku menganggap bahwa ini adalah awal yang baik untuk masa SMAku. Berharap bahwa kehidupan sekolahku setidaknya bisa mengurangi kepedihanku karena memikirkan Ayah serta masalah-masalah kami selama ini.

BRAKK!!!

Aku berjengit kaget begitu pun Selly yang langsung menoleh ke sumber suara yang berasal dari beberapa meja di depan kami. Pada sosok cewek cantik yang aku kenali sebagai primadonanya SMA Panca Dharma dan ketiga dayangnya sedang berhadapan dengan beberapa murid junior yang sudah nampak pucat pasi.

"MINGGIR!!!!" ucapnya kasar penuh otoritas.

Sontak, seperti dikomando, semua murid junior yang semula duduk di sana langsung berdiri membawa serta makanan mereka menyingkir ke tempat lain. Mencari masalah dengan kakak kelas apalagi dengan geng primadona seperti mereka hanya akan menciptakan neraka di sekolah. Hidup tidak akan tenang dan damai.

Aku berdecak dan berkomentar pelan malah seperti berbisik ke Selly, "Yang kayak gini nih yang perlu di hindari."

Selly tertawa seraya mengangguk, "SMA tanpa senioritas sebenarnya nggak seru tapi kita main aman aja. Nggak perlu berurusan dengan makhluk begituan. Namanya cari mati. Tapi Gev--"

"Kenapa ?" tanyaku heran.

"Gue akan tetap berurusan dengan mereka. Chelsea kan ketua eskul Cheers," ucapnya sedih sambil bertopang dagu.

Aku tersenyum dan menepuk lengannya, "Yang penting jangan bikin masalah sama dia."

Selly balas tersenyum dan mengangguk lalu kembali sibuk dengan ponselnya. Aku masih mencoba melihat ke belakang, ke arah cewek primadona bernama Chelsea yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Kecantikannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Kuedarkan pandangan dan mendapati hampir semua murid cowok yang ada di kantin memperhatikannya dan gengnya. Hmm, mungkin ada satu pengecualian. Seorang cowok yang nampak sibuk dengan game di ponselnya sejak dia masuk kantin kurang dari sepuluh menit yang lalu seperti tidak peduli dengan sekitarnya bahkan saat ada primadona yang duduk tidak jauh darinya sekalipun.

Sepertinya cowok itu yang banyak di gosipkan hampir semua cewek di sekolah ini.

Mau tidak mau, Aku memperhatikan cowok itu lebih mendetail mencoba untuk mencari tahu apa yang membuatnya begitu di minati.

Rambut undercutnya berwarna hitam kelam, wajahnya tampan terkesan selengean dan garang tapi sangat cute kalau di tatap lekat. Penampilannya berantakan. Baju seragamnya dikeluarkan dan tidak di kancing memperlihatkan kaus putih yang dipakainya sebagai dalaman dan tanpa dasi. Aku menyimpitkan mata ketika melihat beberapa luka memar di wajahnya saat dia mengangkat kepala dari ponselnya tertawa menanggapi lelucon temannya.

Cowok itu terkenal sebagai cassanova SMA Panca Dharma dari gosipan beberapa temanku tadi pagi di koridor. Cowok yang terkenal sebagai badboy, panglima tawuran nomor satu dan cowok paling tajir di sekolah.

"HEH!!! LIHAT APA MATA LO!!! MAU GUE COLOK YA?!!"

Aku tersentak kaget saat mendapati Chelsea ternyata sudah ada di depan mejaku menangkap basah pandanganku ke sang pangeran sekolah. Selly juga nampak kaget dan berbalik melihatnya. Aku menelan salivaku dan menjawab dengan agak tergagap, "A-Ah nggak kak. Maaf."

Aku berdiri seraya tersenyum tipis menarik serta Selly yang bingung untuk mengikutiku. Chelsea tersenyum sinis, "Sekali lagi lo mandangin cowok gue kayak tadi, gue colok beneran mata lo sampai keluar!!!"

Aku merinding dan mengangguk kaku, "Iya kak. Nggak akan lagi. Permisi."

Chelsea melayangkan kepalan tangannya ke arahku yang langsung menyeret sebelah lengan Selly untuk keluar dari kantin menjauh dari nenek lampir itu.

Gilaa!!! Radarnya kuat amat. Apa aku yang terlalu over mandangin tuh cowok.

Untuk keluar dari kantin, Kami tentu harus melewati kumpulan cowok badboy itu yang sepertinya tidak terpengaruh dengan kejadian tadi. Aku menundukkan wajah menjadikan Selly sebagai penunjuk jalan tapi saat hampir mendekati tempat mereka, tanpa bisa di cegah kepalaku terangkat dan langsung bertemu tatap dengan manik mata coklat karamel yang diam memandangiku.

Hanya sekilas mata kami saling menemukan sebelum aku membuang muka dan berlalu keluar. Tidak mau berurusan dengan cowok itu atau aku akan di hantui Chelsea selama dua tahun bersekolah. Sepanjang jalan aku hanya bisa diam tidak menanggapi berbagai macam pertanyaan heran Selly. Pikiranku masih melekat pada sepasang mata coklat tadi. Seketika aku menyadari kalau cowok itu memang sangat tampan saat dilihat dari jarak dekat.

Dan cowok itu pacarnya primadona sekolah.

Bisa habis kalau Chelsea sampai menandai wajahku karena ketahuan terpesona dengan seorang Giovani Arnold Aksara.

 

====

 

"TEMAN-TEMAN, SILENT PLEASE!!!"

Aku melepas earphone yang kupakai sejak mengetahui guru bahasa inggris kami, Ms.Ayunda berhalangan hadir untuk mengajar kelas terakhir hari ini dikarenakan sakit saat ketua kelasku, Subejo, cowok tinggi hitam manis berambut kriwil asli Tegal itu berdiri di depan kelas dengan senyuman lebar.

"Apaan sih elo,Jo?" Alexa, cewek tomboy yang duduk di depanku berteriak kesal.

Selly yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya sambil senyum-senyum sendiri menoleh dan menyenggol lenganku, "Ada apaan sih?"

Aku menggeleng, "Nggak tahu juga. Ada pengumuman penting mungkin."

Subejo nampak kewalahan menghadapi rentetan pertanyaan bernada kesal yang ditunjukan hampir semua teman sekelas.

"Makanya toh diem dulu, iki piye mau ngasih tahu kalau sampean semua pada berisik ribut bikin pusiang!!!!"

Aku terkekeh geli mendengar logat dan bahasa medok Subejo.

Alexa menyahut, "Woi Subejo cowok Tegal nan manis kayak kecap asin, gue bawanya kamus bahasa Inggris bukan bahasa Jowo. Kalau ngomong yang bener toh, nggak usah sok-sok ke bulek jawa-jawaan gitu."

Seisi kelas langsung tertawa membahana membuat Subejo manyun dan menatap kesal Alexa.

"Oke langsung keintinya sebelum mereka datang," ucapnya lantang membuat seisi kelas hening. Aku ikut terdiam karena penasaran dengan maksud kata "mereka" yang tadi di katakan Bejo.

"Jadi gini temanku semuanya yang kucintai. Kebetulan kelas kita kosong, kakak kelas kita masing-masing perwakilan eskul renang, basket , cheers dan Taekwondo akan datang ke sini untuk mencari anggota baru. Formulir yang kalian isi saat mengikuti MOS."

Bisik-bisik kembali terdengar. Aku langsung merinding disko karena teringat dengan kejadian di kantin tadi siang dan menoleh ke Selly yang bertopang dagu.

"Duh Sell. Mampus gue!!!! Pasti bakalan ada kak Chelsea nanti. Gue harus gimana dong?"

Aku jelas setengah panik. Hal terakhir yang aku inginkan saat ini adalah bisa menjauh dari masuknya namaku menjadi korban bully senior seperti Chelsea, apalagi hanya karena masalah cowok.

Selly berdecak, "Elo juga sih menatap lekat-lekat Kak Gio pas ada pacarnya."

"Ya gue nggak sengaja Sell. Sekali tatap susah banget mau ngalihin neh mata kalau nggak di pandangin keseluruhan."

Selly tertawa, "Ya sudah sellow aja lagi. Lagian kak Gio itu cowok famous. Yang ngelihatin dia kayak elo tadi pasti bukan cuma elo doang dan kak Chelsea pasti sudah tahu itu dong. Anggap aja kalau kejadian tadi nggak pernah terjadi. Santai aja Geva."

Aku menggigit bibir bawah khawatir, "Iya juga sih. Ihh ampun kok gue jadi kepikiran gini!!!"

Aku memukul pipiku dengan tangan bertepatan dengan masuknya empat senior dari eskul renang dan basket ke dalam kelas. Selly langsung berbinar, karena bang Akbar yang kebetulan juga ketua eskul basket nongol di sana dengan pesonanya yang memikat.

"Ya ampun pangeran gue," bisik Selly di telingaku membuat aku hanya bisa memutar bola mata dan bertopang dagu menatap malas ke arah depan. Lumayan banyak yang ikut eskul renang dan basket. Kalau bisa memilih dua, sudah bisa di pastikan Selly dengan sukarela akan ikut eskul Cheers dan basket bersamaan supaya bisa dekat dengan pujaannya itu.

"Cinta itu butuh pengorbanan Gev dan dimulai dengan mendekati doi lewat berbagai cara. Gue nggak bisa ikut eskul basket tapi gue akan memberi dia support tak terhingga saat bertanding di lapangan."

Aku hanya bisa tertawa dan berucap santai, "Ya terserah elo lah."

Setelah keempat senior itu berlalu, selang lima menit mucul lah sosok famous ke dalam kelas. Aku bahkan langsung menahan napas dan menutup mulut dengan tangan seperti yang dilakukan sebagian cewek-cewek teman sekelasku.

Bukan karena kedatangan primadona sekolah, Chelsea, sebagai ketua eskul Cheers tapi karena sosok tampan yang mengikut di posisi paling belakang. Aku tidak pernah tahu kalau ternyata Gio adalah perwakilan eskul Taekwondo. Saat menyadari sesuatu, aku langsung menepuk jidatku seraya berujar, "Mampus gue !!!"

Selly langsung melirik ke arahku dengan tatapan heran yang kubalas dengan menggelengkan kepala. Aku lihat Chelsea nampaknya tidak menyadari kehadiranku, membuatku berucap syukur karena mungkin benar kalau cewek itu langsung lupa sama kejadian di kantin tadi. Aku melihat beberapa temanku berdiri dan mendekati Chelsea untuk memastikan keikutsertaan mereka dalam eskul Cheers termasuk Selly.

Aku berusaha untuk tidak melihat ke arah Gio yang sejak masuk tadi ternyata duduk di atas meja guru sambil mengedarkan pandangan. Wajahnya yang tampan dan garang-garang imut itu menjadi pemandangan paling indah sejagat raya bagi sebagian cewek di kelasku, termasuk aku.

Saat giliran eskul Taekwondo, cowok itu turun dengan tangkas dan berdiri di depan menggantikan tempat Chelsea tadi lalu mengedarkan pandangan dan tersenyum tipis. Mati kutu bagi kaum hawa yang melihatnya.

"Langsung saja ke intinya. Mungkin sebagian yang memilih eskul ini saat MOS tahu kalau Nino adalah ketuanya tapi berhubung dia lagi sibuk mengurus hal lain, gue yang diminta membantunya mengajar untuk tahun ini."

Aku langsung menekuk kepala dan menjerit dalam hati. MAMPUSSS GUE!!!!

"Oke, sekarang tanpa melihat formulir yang sudah masuk, gue mau lihat langsung siapa di sini yang sudah mendaftar untuk eskul Taekwondo. ANGKAT TANGAN SEKARANG!!!!"

Reflek hampir seluruh murid cewek di kelasku mengangkat tangan termasuk aku dan beberapa anak cowok di bagian belakang yang membuat Chelsea di depan sana mendelik sedangkan Gio berdecak lalu terkekeh, "Woaahh banyak ya. Seingat gue hanya ada lima orang cewek dan lima orang cowok di kelas ini yang ikut," ucapnya sambil menahan tawa gelinya.

Tanpa terduga Chelsea maju dan menggebrak meja paling depan, meja Siska.

"WOI, KALIAN MAU GUE BANTING SATU-SATU. NGGAK USAH MODUSAN YA!!!" ucapnya lantang dan sangar.

Gio terlihat menggelengkan kepala melihat ulah Chelsea. Semuanya langsung kaget karena di damprat langsung sama sang primadona.

"Elo nggak usah ikut campur Chel. Ini urusan gue!!" Gio menyela. Chelsea langsung melipat kedua lengannya dan manyun mundur lagi ke belakang.

"Biar gue perjalas!!!” Tatapannya menyisir seluruh area kelas. Tegas dan tidak terbatahkan. “Latihan Taekwondo hanya untuk yang tahan banting. Gue akan bener-bener ngelatih kalian tanpa melihat gender. Gua banting yang cowok begitu pula yang cewek."

Aku menelan saliva membayangkan adegan ketika aku mungkin akan dibanting sama Gio. Awwww !!!

"Gue tanya sekali lagi, yang memang dari awal milih eskul ini tetap pertahankan tangan kalian."

Dengan itu, semua cewek yang awalnya ikut cuma untuk modus doang harus gigit jari melihat keseriusan Gio dan menyerah duluan. Aku tetap bertahan mengacungkan tanganku karena memang sedari awal eskul ini lah yang aku ikuti.

Gio memegang dagunya dan mengangguk ketika mengedarkan pandangan dan menemukan sepuluh orang yang memang ikut, termasuk aku dan Alexa.

"Okee, sepuluh. Semuanya sekarang maju dan siapkan dua jawaban kalian kenapa memilih eskul ini."

Aku berdiri berjalan bersama Alexa ke depan dan sempat melihat sekilas Selly yang memberi semangat ala korea – mengepalkan kedua tangan di depan dada – seraya berbisik, "Fighting!!!"

Aku tersenyum. Dengan berdebar, maju dan melewati Chelsea yang mendelik saat melihatku yang langsung membuang muka. Aku maju menjadi peserta yang terakhir berhadapan dengan Gio yang sibuk dengan formulir di tangannya. Tanpa mengalihkan tatapannya dari kertas itu, Gio mengulang pertanyaannya.

"Nama?"

Aroma maskulin menyerbu indra penciumanku membuatku seperti terbang di awang-awang tapi saat menoleh dan menemukan tatapan tajam Chelsea, aku seperti di hempas ke daratan.

"Gevancia Rosiebell. Panggil aja Geva."

Gio mengangguk, "Rosie? Nama yang bagus."

"Geva, Kak," ralatku. Gio mengangkat wajahnya dan menatapku yang berusaha keras tidak pingsan, "Alasan elo apa Ro-sie?"

Aku menghela napas mendengar nada penekanan pada namaku yang diucapkannya. Suka-suka dia ajalah.

Gio kembali sibuk melihat formulirnya. Aku berusaha keras menahan debaran jantungku.

"Taekwondo itu untuk pegangan diri. Hidup dengan masalah yang menjurus kekerasan membuat gue harus bisa mengandalkan diri gue sendiri untuk bisa mempertahankan diri. Paling tidak dasar-dasarnya."

Gio langsung menatapku dengan ekspresi aneh terlihat sangat kaget dengan alasan yang aku kemukakan. Mata coklat karamel itu menatapku intens penuh selidik. Aku sama sekali tidak bisa berpaling dari matanya dan keingintahuannya yang terlihat jelas. Aku tahu, Gio berusaha mencari sesuatu yang membuatnya gusar, entah apa.

Akhirnya Gio mengangkat alisnya, "Elo korban KDRT?"

Aku hampir tertawa geli tapi melihat wajah seriusnya, aku hanya bisa menggelengkan kepala, "Bukan seperti itu Kak. Sesuatu yang lain."

Gio terdiam sebentar lalu kembali sibuk menulis sesuatu di formulirnya, "Alasan kedua?"

Kalau yang kedua, aku berusaha keras untuk tidak tersenyum, "Karena ada Kak Nino."

Gio langsung mengangkat kembali wajahnya secepat kilat setelah mendengar alasanku. Lalu dengusannya terdengar, "Nino lagi Nino lagi. Kalian para perempuan kebanyakan modusan doang ya."

Aku hanya tersenyum mendengar gerutuan itu. Lalu suara cempreng itu terdengar lagi.

"Kalian lama amat sih. Cepetan kenapa? Dan elo Belle--" seringai kejam muncul di wajah Chelsea saat menyebut namaku membuat aku hanya bisa mematung diam, "Elo, cewek yang gue gap ngelihatin Gio tadi siang di kantin kan?"

MAMPUSS!!!!

Chelsea mendekat dan menyimpitkan mata. Aku memutar otak ingin segera keluar dari situasi ini sekarang juga. Kelas semakin hening. Aku harus membela diri.

"Hmm, yang ngelihatin kak Gio pasti bukan gue aja tadi Kak. Lagian hak gue dong mau ngelihatin siapa!!!"

Sedetik itu juga Aku menyesali kebodohan mulutku saat melihat aura kejam Chelsea.

"Tapi elo ngelihatinya kayak tatapan menjerit minta di pacarin sama Gio?! Jangan bilang kalau ini modusan elo juga untuk ngedekatin dia," tuduhnya. Aku menggelengkan kepala lalu melirik sekilas Gio di hadapanku yang diam menahan seringaian. Aku memalingkan muka melihat Chelsea.

"Ngimpinya sih gitu tapi kan nggak mungkin banget. Lagian kan Kak Gio sudah jadi pacar Kak Chelsea!!" Aku nyengir kuda.

Chelsea menggeram kesal sedangkan Gio mendengus dan menggelengkan kepalanya. Aku dengan mulut bodohku kembali nyeblak, "Lagian kalau di suruh memilih, Aku sih lebih milih Kak Nino."

Gio menatapku tajam, aku langsung mingkem. Chelsea berdecak.

"Awas aja kalau lo sekali lagi buat ulah. Mulut lo perlu gue tatar lagi."

"Ini apaan sih drama banget!!" Gio akhirnya bersuara. Di tatapnya bergantian Chelsea dan aku lalu tatapannya jatuh ke Chelsea, "Chel, berapa kali harus gue ingatkan kalau elo nggak usah ngaku-ngaku jadi pacar gue karena gue bukan pacar elo," desisnya.

Aku reflek tersentak kaget mendengarnya begitu pula teman-teman cewek sekelasku. Alamaaak masih jomblo si abang !!!!!

"Tapi Gio--"

"Udah. Mending elo pergi duluan karena gue masih ada sedikit urusan di sini. Cepat!!!!"

Chelsea nampak marah dan melayangkan tatapan kebencian yang mendalam padaku. Mampus gue!!!!!

Chelsea lalu keluar di ikuti salah satu dayangnya meninggalkan kelas. Gio berteriak untuk seluruh peserta baru eskul Taekwondo tanpa mengalihkan tatapannya dariku yang hanya bisa diam.

"Kita ketemu lagi sabtu ini sepulang sekolah untuk menentukan siapa pelatih kalian dan memulai sesi awal perkenalan eskul. Sekarang duduk ke tempat kalian masing -masing."

Aku dengan kaku berbalik mengikuti yang lain untuk kembali ke bangkuku.

"Kecuali elo Rosie," ucapnya kemudian. Aku berhenti melangkah seperti robot.

"Balik badan lo menghadap ke gue. SEKARANG!!!"

Aku menutup mata dan menghela napas. Dasar bodoh!!! mantra yang aku ulang puluhan kali hari ini. Masih sambil menundukkan kepala, aku kembali ke tempatku tadi di depan Gio di bawah semua tatapan mata teman sekelasku.

"Lihat gue!!!!" Perintahnya. Aku terpaksa mengangkat wajah dengan gerakan pelan berusaha menguatkan diri. Manik mata coklat itu langsung menghunus tajam. Ada sesuatu yang terusik di sana. Tanpa dikomando, Aku berkata lirih, "Maaf kak."

Alis tebalnya naik ke atas, "Maaf untuk apa?"

"Untuk adegan recehan tadi."

"Hmm, gue akui untuk murid junior nyali elo boleh juga. Elo tahu kan Chelsea itu siapa dan elo harus siap tahan banting kalau ngadepin dia tapi dilihat dari alasan elo tadi,sepertinya tindak kekerasan sudah biasa elo terima."

Aku tersenyum miris, entah kenapa kata-kata Gio memberiku hantaman godam mengingat hidup seperti apa yang  aku jalani selama ini.

"Tidak ada satupun benda di dunia ini yang akan tetap berbentuk utuh ketika berkali-kali mendapat hantaman. Begitupula manusia yang pada akhirnya akan hancur."

Gio bungkam ketika mendengar seruanku seraya memperhatikanku lekat. Nampak sedang memikirkan susuatu yang seketika membuat mata coklat itu gusar. Aku hanya bisa menebak, apa yang sebenarnya dia pikirkan.

Gio mengalihkan tatapannya ke arah lain dengan tangan terkepal lalu setelah agak tenang dia kembali melihatku yang langsung menundukkan pandangan. Takut.

Aku tersentak kaget saat merasakan jemarinya memegang lembut daguku agar kembali menatapnya. Saat ini aku merasa seperti kesulitan bernapas. Aku sudah tidak ingat kalau saat ini kami masih ada di dalam kelas di saksikan 30 pasang mata yang pasti menatap ingin tahu dan juga pasti ada yang iri. Gio menarik lagi tangannya dan tersenyum tipis, "Gue suka mulut bacot lo itu, tapi Rosie --"

Aku nyaris membeku mendengarnya. Gio maju selangkah membuat kami hanya berjarak sejengkal tangan. Aku mungkin akan pingsan sebentar lagi.

"Semua yang keluar dari mulut elo tadi harus elo terima konsekuensinya. Elo nggak bisa mundur atas kekacauan yang elo buat, little monster," ucapnya seraya tersenyum.

"Little monster?" Aku menatap heran ketika mendengar panggilan itu.

Gio tersenyum, "Rosie si little monster. Itu julukan kesayangan gue buat elo mulai hari ini. Temuin gue besok di ruang eskul setelah jam pulang sekolah. Elo harus menanggung resiko omongan elo tadi."

"Tapi--"

"Nggak pake telat!!"

Gio mengacak rambutku lalu berbalik pergi bersama temannya yang sejak awal bengong memandangi kami sama seperti yang lainnya. Aku menatap punggung tegap itu dengan perasaan aneh sampai menghilang dari pandangan. Rasanya Aku sudah tidak kuat untuk berdiri.

Setelah Gio tidak terlihat lagi, teman-teman satu kelasku langsung heboh menyoraki.

Astagaaa !!!!!!! Bencanaa !!!!!

 

====

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Teman Khayalan
1450      626     4     
Science Fiction
Tak ada yang salah dengan takdir dan waktu, namun seringkali manusia tidak menerima. Meski telah paham akan konsekuensinya, Ferd tetap bersikukuh menelusuri jalan untuk bernostalgia dengan cara yang tidak biasa. Kemudian, bahagiakah dia nantinya?
Frasa Berasa
57825      6411     91     
Romance
Apakah mencintai harus menjadi pesakit? Apakah mencintai harus menjadi gila? Jika iya, maka akan kulakukan semua demi Hartowardojo. Aku seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Batavia. Kekasih hatiku Hartowardojo pergi ke Borneo tahun 1942 karena idealismenya yang bahkan aku tidak mengerti. Apakah aku harus menyusulnya ke Borneo selepas berbulan-bulan kau di sana? Hartowardojo, kau bah...
ENAM MATA, TAPI DELAPAN
563      352     2     
Romance
Ini adalah kisah cinta sekolah, pacar-pacaran, dan cemburu-cemburuan
You Are The Reason
1958      780     8     
Fan Fiction
Bagiku, dia tak lebih dari seorang gadis dengan penampilan mencolok dan haus akan reputasi. Dia akan melakukan apapun demi membuat namanya melambung tinggi. Dan aku, aku adalah orang paling menderita yang ditugaskan untuk membuat dokumenter tentang dirinya. Dia selalu ingin terlihat cantik dan tampil sempurna dihadapan orang-orang. Dan aku harus membuat semua itu menjadi kenyataan. Belum lagi...
Persapa : Antara Cinta dan Janji
6854      1657     5     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
Dua Warna
381      278     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Marry Me
414      287     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
HER
539      306     2     
Short Story
Temanku yang bernama Kirane sering memintaku untuk menemaninya tidur di apartemennya. Trish juga sudah biasa membuka bajunya sampai telanjang ketika dihadapanku, dan Nel tak jarang memelukku karena hal-hal kecil. Itu semua terjadi karena mereka sudah melabeliku dengan julukan 'lelaki gay'. Sungguh, itu tidak masalah. Karena pekerjaanku memang menjadi banci. Dan peran itu sudah mendarah da...
Lavioster
3493      969     3     
Fantasy
Semua kata dalam cerita dongeng pengiring tidurmu menjadi sebuah masa depan
#SedikitCemasBanyakRindunya
2869      1035     0     
Romance
Sebuah novel fiksi yang terinspirasi dari 4 lagu band "Payung Teduh"; Menuju Senja, Perempuan Yang Sedang dalam Pelukan, Resah dan Berdua Saja.