“Dan ini. Gue masih gak percaya, Sean si kutu buku bisa balapan kayak gini,” ujar Aretha saat melihat keramaian di depannya, tempat yang baru pernah dikunjunginya sekali, itu pun saat bersama Aram.
“Lo terlalu meremehkan gue.” Sean menyentil pelan pelipis Aretha membuat perempuan itu melayangkan tatapan kesalnya. “Ayo, gue kenalin ke temen-temen gue.”
Aretha berjalan di sebelah Sean. Ada Aram dan teman-temannya di sana, Aretha bisa melihatnya tidak jauh dari tempat teman-teman Sean. Melihat Aram membuatnya tidak fokus dengan Sean yang sedang memperkenalkan teman-temannya, sampai pandangannya bertemu dengan Aram, Aretha baru mengalihkan pandangannya.
“Ini tunangan lo? Kenapa gak bawa kembarannya?” tanya salah satu teman Sean.
Baru saja Aretha ingin menyebutkan namanya, yang lain menyahut. “Ada Aram di sini, bukannya lo mau ngedeketin kembarannya buat bikin Aram kesel?”
Aretha menatap Sean yang berdiri di sebelahnya. “Temen masa kecil apaan lo? Ngajak gue jalan pake ngancem, sampe keciduk kembaran gue a.k.a tunangan lo, cuman buat bikin Aram kesel?” tanya Aretha sewot. “Fyi, gue sama Aram cuman taruhan, dia gak suka sama gue jadi lo gak akan bisa bikin dia kesel gara-gara gue! What a good friend you are.”
Aretha berbalik dan berjalan menjauh saat melihat Sean terkekeh dan menyadari bahwa dia sedang menjadi pusat perhatian. Bahkan mungkin Aram dan teman-temannya juga memperhatikannya dan menertawakannya saat ini.
Aretha merutuki dirinya sendiri sambil berjalan di trotoar. Baterai handphone-nya habis sehingga dia tidak bisa memesan taksi online, lalu jalanan yang dia lewati saat ini sepi dan tidak ada taksi yang lewat. Perempuan itu terus berjalan tanpa arah karena dia tidak mengenal tempat itu. Tidak ada motor atau mobil yang lewat dan lampu jalan yang remang-remang membuat rasa takut Aretha muncul sedikit. Lalu seakan menambah kesialannya, hujan turun membuat Aretha berjalan cepat sampai ada mobil yang berhenti di sebelahnya yang membuat langkahnya terhenti dan menoleh.
Kaca jendela mobil tersebut terbuka menampilkan Aram yang sedang menatapnya. “Lo emang ceroboh dari sananya ya?”
Aretha membuang mukanya dan berjalan cepat. Sementara Aram menjalankan mobilnya dengan pelan untuk menyamai langkah Aretha.
“Masuk, jangan keras kepala!” perintah Aram.
“Lo yang minta gue buat gak ngomong lagi sama lo,” ujar Aretha.
“Alvaro yang minta, jangan keras kepala!” balas Aram datar.
Aretha menghentikan langkahnya membuat Aram juga menghentikan mobilnya.
“Lo minta gue buat gak nunjukin muka gue lagi di depan lo, lo minta gue jauh-jauh dari lo! Jadi ngapain lo nurutin kata-kata Alvaro!” ujar Aretha kesal.
“Jangan keras kepala!” desis Aram.
Aretha masuk ke dalam mobil Aram. Dia tidak punya pilihan lain, kecuali jika dia ingin berjalan tanpa arah dan berakhir tersasar di jalanan gelap yang sepi itu.
“Kenapa lo bisa sama Sean?” tanya Aram.
“Dia tunangan Aletha dan dia temen gue pas gue baru pindah ke Lon…” Aretha menoleh dan melayangkan tatapan tajamnya pada Aram yang menatap lurus ke jalanan di depannya. “Bukan urusan lo.”
“Ke rumah atau apartemen?” tanya Aram.
“Rumah,” jawab Aretha singkat.
t h e b e t
Aretha berjalan masuk ke dalam rumahnya setelah mengatakan terima kasih dan keluar dari mobil Aram. Perempuan itu berjalan ke kamar kakaknya, membuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan cara membanting.
“Lo gila nyuruh Aram nganterin gue disaat lo tau kalo dia gak mau ngeliat muka gue lagi?!” tanya Aretha sewot, mengabaikan lima sepupunya yang sedang berada di kamar kakaknya itu dan menatapnya.
“Lo dianter Aram? Sean ke mana?” tanya Alvaro.
“Persetan sama Sean. Jawab dulu pertanyaan gue!”
“Gue gak nyuruh Aram buat nganterin lo pulang, gue pikir lo sama Sean,” jawab Alvaro membuat Aretha terdiam.
“Buang aja Sean ke laut,” ujar Aretha sambil berbalik dan berjalan keluar dari kamar Alvaro.
“Aletha ngambek,” ucap Alvaro sebelum Aretha kembali membanting pintu kamarnya.
Aretha menghela napasnya panjang. Dengan setengah hati, Aretha berjalan ke kamar kembarannya karena merasa bersalah. Aretha menghelas napas untuk yang kedua kalinya saat berdiri di depan pintu kamar Aletha sebelum membuka pintunya tanpa mengetuk pintu.
“Lo ngapain?!” teriak Aretha dengan mata melebar.
***
Aletha ngapain ye?