Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Bet
MENU
About Us  

Aretha sudah kembali ke apartemennya. Tadi pagi saat dia terbangun dari tidurnya, kakak dari ibunya sudah berada di ruangan Aletha dirawat dan sedang mengobrol dengan Aram. Berbicara tentang Aram, laki-laki itu menemani Aretha berbicara sampai pagi saat Aretha tidak bisa tidur, sampai akhirnya perempuan itu sudah merasa sangat mengantuk dan berakhir tertidur di sofa. Setelah itu, Aram mengendarai mobil Aretha ke apartemen laki-laki itu, baru setelah itu Aretha mengendarai mobilnya menuju apartemennya sendiri.

“Kalian juga nginep di sini semalem?” tanya Aretha menatap Raka, Rion dan Theo bergantian saat mendapati ketiga laki-laki itu di dalam apartemennya.

“Mereka semalem ke sini, terus pulang, terus tadi pagi-pagi ke sini lagi,” jelas Rachel saat ketiga laki-laki yang ditanya tidak juga menjawab.

“Siapa yang ngijinin kalian ke sini ya?” tanya Aretha sinis membuat ketiga laki-laki yang sedang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing menoleh ke arahnya.

“Aram mana? Kalo Aram ada di sini, lo pasti ngijinin kan?” tanya Rion tersenyum lebar.

“Di apartemennya lah,” kata Aretha dengan nada jutek. “Oh iya, kata Aram, mobilnya harus udah ada di apartemennya sebelom jam sebelas siang.”

Rion melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. “Mampus gue,” gumamnya lalu bangkit dari duduknya dan berlari keluar dari apartemen Aretha.

“Gimana kembaran lo?” tanya Sharla.

“Demam berdarah,” jawab Aretha sambil berjalan ke arah dapur kecilnya untuk mengambil minum.

“Kakak lo udah tau?” Kali ini Rachel yang bertanya.

“Kalo dia belom tau, sekarang gue masih di rumah sakit,” ucap Aretha lalu meneguk air putih dari gelasnya.

“Aram nungguin lo?” tanya Raka penasaran.

“Gue bangun tidur, dia udah ngobrol sama tante gue.”

“Gila, gila, gila,” ujar Sharla dengan nada khasnya sambil bertepuk tangan. “Tante lo yang kata lo receh banget itu? Kok Aram bisa nyambung ngobrol sama tante lo?” tanya Sharla lagi yang Aretha jawab dengan mengangkat kedua bahunya.

Aretha berjalan menuju sofa dan duduk di sebelah Rachel, mengambil laptop-nya di meja yang terletak di depannya dan menyalakan benda itu.

“Gue penasaran deh, kenapa lo bisa ngajak Aram taruhan kayak gitu?” tanya Raka yang berhasil membuat Theo menoleh ke arah Aretha, ikut menunggu jawaban perempuan itu.

“Kenapa emangnya?” tanya Aretha dengan ekspresi datarnya. “Lumayan kan, ngasih warna di sekolah monoton itu.”

“Atau lo emang udah suka sama Aram?” tanya Raka dengan senyum miringnya.

Aretha mengernyitkan dahinya sebentar sebelum menjawab, “punya otak sekali-sekali dipake buat mikir biar gak karatan. Kalo gue suka sama Aram, gue gak akan bikin taruhan yang bakal ngerugiin diri gue sendiri.”

“Mungkin aja lo cuman mau bikin Aram tertarik,” jawab Raka.

“Atau lo emang udah suka sama Aram dan pengen Aram tertarik dengan ngebohongin perasaan lo sampe Aram ngaku kalah,” sahut Theo membuat Aretha tidak habir pikir dengan jalan pikiran laki-laki itu.

“Tolong ya, gue gak sepengecut itu.”

“Kalo emang yang lo omongin bener, lo gak suka sama Aram, akuin aja lo udah mulai suka sama Aram, keliatan jelas dari kelakuan lo.” Dan lagi-lagi, Raka menampilkan senyum miringnya saat melihat Aretha terdiam.

“Kalian ngomong kayak gitu ke Aretha tanpa nyadar kalo Aram juga udah mulai suka sama Aretha. Apalagi pas Aram ngebela Aretha di depan mantannya,” ucap Rachel memecah keheningan sesaat itu.

“Paketan Aretha dateng!” seru Rion membuka pintu apartemen Aretha dengan Aram di belakangnya.

“Mulut lo minta disumpel ya?” tanya Tris sewot mendengar suara cempreng Rion.

“Galak amat sih, lama-lama jadi kayak Theo. Kelamaan pacaran sama Theo, galaknya menular gitu ya?” tanya Rion jutek.

“Kalian ngapain di sini?” tanya Aram melihat Raka, Rion dan Theo bergantian.

“Yang punya tempat aja gak masalah, kenapa lo yang ribet?” Rion bertanya balik.

“Gengs,” panggil Tris membuat atensi orang-orang yang berada di apartemen Aretha beralih pada Tris, kecuali Aretha yang sedang asik bermain ‘tetris’. “Ke tempat ini kayaknya bagus deh,” ucapnya sambil menunjukkan layar handphone-nya.

“Dimana?” tanya Sharla yang sepertinya tertarik.

“Bandung,” jawab Tris dengan cengiran lebar.

“Gila lo,” sembur Sharla.

“Kenapa?”

“Siapa yang mau nyetir ya, tolong.”

“Kan mereka udah punya SIM.” Tris menunjuk keempat laki-laki yang berada di ruangan itu.

“Tetep aja, gue bisa digantung nyokap kalo ketahuan,” ucap Sharla bergindik ngeri.

“Ya jangan sampe ketahuan,” sahut Rachel.

“Gimana Re? Mau gak?” tanya Tris melihat ke arah Aretha yang masih fokus bermain.

“Anjir, lo sih Tris, jadi kalah kan!” ucap Aretha menatap Tris sewot.

“Mau ga?” ulang Tris.

“Lo aja belom nanya yang bakal nyetir mobil.”

“Eh iya, lupa,” ucap Tris. “Gimana? Lo pada mau kan?” tanya Tris menatap ke tempat empat laki-laki itu duduk.

“Ayo lah, bosen gue,” jawab Rion.

“Terserah,” jawab Theo.

“Aram sama Raka diem aja, gue anggap setuju ya!”

t h e  b e t

 

Pukul dua belas kurang lima belas menit, tanpa rencana yang disusun secara rapi, mereka berangkat ke Bandung dengan dua mobil. Mobil pertama Aram yang menyetir, di dalamnya ada Aretha, Rachel dan Rion, sementara mobil kedua Theo yang menyetir, di dalamnya ada Raka, Sharla dan Tris.

Memasuki kota Bandung, mobil yang dikendarai Aram membuntuti mobil yang dikendarai Theo karena Tris yang membuka aplikasi gps berada di mobil itu. Sebenarnya bisa saja Aretha, Rachel atau Rion membuka aplikasi di handphone mereka, tapi ketiganya sama-sama malas dan tidak bisa membaca peta.

“Ini tempatnya?” tanya Aretha saat melihat mobil Theo berjalan melambat dan berhenti di pinggir jalan sempit setelah berjalan menuju arah Dago selama kurang lebih satu jam karena sempat salah jalan.

“Kayaknya.”

Mereka turun dari dalam mobil saat Aram sudah selesai memarkirkan mobilnya tepat di belakang mobil Theo. Setelah itu mereka masuk ke dalam tempat yang menurut Tris bagus tadi setelah membayar tiket masuknya.

“Bagus sih, tapi kenapa dingin bangettt!” seru Aretha kedinginan saat Sharla dan Tris malah asik berfoto.

Sementara yang perempuan asik berfoto, yang laki-laki duduk sambil menunggu makanan ringan yang dipesan sambil mengobrol dan sesekali bercanda.

“Jangan manja deh,” cibir Tris.

“Tolong ya, ini tuh bener-bener dingin, kabutnya aja tebel kayak gitu,” balas Aretha tidak terima.

“Sepuluh tahun tinggal di London, lo kalo musim dingin ngurung diri di rumah kali ya?” tanya Rachel.

“Ih, lo tau gue banget,” ucap Aretha dengan cengiran lebarnya.

Hampir tiga puluh menit Aretha, Rachel, Sharla dan Tris menghabiskan waktu hanya untuk berfoto. Mereka bergantian mengambil foto satu sama lain, lalu beberapa kali menyeret Rion untuk mengambil foto mereka berempat.

“Yah, gerimis,” ucap Sharla kesal.

“Duduk, yok,” ajak Rachel yang diangguki oleh Aretha dan Sharla, sementara Tris masih sibuk dengan handphone-nya.

Aretha duduk di sebelah Aram, lalu mengambil alih cangkir berisi kopi hitam milik Aram dan meminumnya tanpa meminta ijin dari pemiliknya.

“Pahit banget,” gerutu Aretha sambil mengembalikan cangkir berisi kopi itu ke depan Aram.

“Namanya juga kopi.” Rion yang duduk di hadapan Aretha memutar bola matanya malas.

“Pindah tempat aja, yok, dingin banget di sini, kabutnya juga semakin tebel,” bujuk Aretha.

“Kemana?” tanya Tris mewakili yang lainnya.

“Gue tau tempat bagus gak jauh dari sini,” usul Rachel saat melihat Aretha diam saja.

“Oke!” kata Sharla setuju, sementara yang laki-laki sepertinya hanya bisa menurut.

Sekelompok remaja itu beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah mobil dengan canda tawa dan juga obrolan yang sebenarnya tidak penting. Lalu mereka masuk ke dalam mobil dengan formasi seperti tadi saat pergi.

Sekitar setengah jam, mereka sampai ke tempat yang Rachel usulkan. Restoran dengan pemandangan kota Bandung yang terlihat terang oleh lampu, karena saat mereka sampai di sana langit sudah gelap.

“Lo sering ke sini sama kakak gue kan?” tanya Aretha pada Rachel dengan senyum menggoda.

Aretha dan Rachel sedang berdiri di pembatas pagar yang menampilkan pemandangan kota Bandung, sementara Tris dan Sharla sedang asik mengabadikan momen lagi.

“Setiap kali kakak lo balik ke Indo, tapi kok lo tau?” jawab Rachel diakhiri dengan nada herannya.

“Tolong ya sis, pacar lo itu kakak gue,” dengus Aretha.

“Santai dong.”

“Sharla?” panggil Raka yang menghentikan aktivitas Sharla dan Tris, dan menarik perhatian teman-temannya—termasuk Aretha dan Rachel yang serentak menatap tempat Sharla berdiri. “Jadi pacar gue?”

“Eh?” tanya Sharla salah tingkah.

“Sharla!” panggil seseorang membuat atensi Aretha dan teman-temannya yang tadinya menunggu jawaban Sharla teralihkan.

“Mama?” tanya Sharla dengan pandangan terkejutnya.

“Siapa yang ngijinin kamu ke sini?!” Sharla diam, begitu juga dengan teman-temannya. “Dan lagi, saya gak akan ngijinin Sharla pacaran sama berandal macam kamu!” tambah ibu Sharla menatap Raka yang masih berdiri di sebelah Sharla.

“Mam, aku—”

“Pulang kamu sekarang!” potong ibunya. “Mama masukin kamu ke sekolah kamu sekarang supaya kamu bisa ngikutin jejak kakak-kakak kamu yang berhasil masuk ke universitas negeri, bukannya malah berteman sama anak-anak berandalan, terutama yang keluar-masuk ruang konseling seperti dia,” ucap ibu Sharla diakhiri dengan tatapan merendahkannya yang ditujukan untuk Aretha.

***

Emaknya Sharla ga gaul ah ????. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Namaste Cinta
11001      2109     5     
Romance
Cinta... Satu kata yang tak pernah habisnya menghadirkan sebuah kisah...
In Her Place
1041      679     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Klise
3144      1184     1     
Fantasy
Saat kejutan dari Tuhan datang,kita hanya bisa menerima dan menjalani. Karena Tuhan tidak akan salah. Tuhan sayang sama kita.
Pulang Selalu Punya Cerita
1339      828     1     
Inspirational
Pulang Selalu Punya Cerita adalah kumpulan kisah tentang manusia-manusia yang mencoba kembalibukan hanya ke tempat, tapi ke rasa. Buku ini membawa pembaca menyusuri lorong-lorong memori, menghadirkan kembali aroma rumah yang pernah hilang, tawa yang sempat pecah lalu mengendap menjadi sepi, serta luka-luka kecil yang masih berdetak diam-diam di dada. Setiap bab dalam buku ini menyajikan fragme...
PENTAS
1238      723     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Melawan Tuhan
2900      1099     2     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
Fighting!
564      394     0     
Short Story
Kelas X IPA 3 merupakan swbuah kelas yang daftar siswanya paling banyak tidak mencapai kkm dalam mata pelajaran biologi. Oleh karena itu, guru bidang biologi mereka memberikan tantangan pada mereka supaya bisa memenuhi kkm. Mereka semua saling bekerja-sama satu sama lain agar bisa mengenapi kkm.
UFUK
14      12     0     
Inspirational
Hara merasa senang dengan fakta bahwa teman barunya ternyata punya kisah hidup yang tidak lebih baik darinya. Sayangnya Hara tak cermat, semakin bersemangat ia memanfaatkan rahasia Kai, semakin banyak ia terlibat masalah. Hebatnya setiap masalah yang tercipta mampu menjarakkan Hara dari dunianya yang kacau. Kehadiran Kai berhasil membuat Hara kembali berani bermimpi. Lalu saat gadis tomboy ...
Sepi Tak Ingin Pergi
662      401     3     
Short Story
Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.
Upnormal
8144      2033     4     
Fantasy
Selama kurang lebih lima bulan gadis delapan belas tahun ini sibuk mencari kerja untuk kelangsungan hidupnya. Sepertinya Dewi Fortuna belum memihaknya. Nyaris puluhan perusahaan yang ia lamar tak jodoh dengannya. Selalu coba lagi. Belum beruntung. Faktor penyebab atas kegagalannya ialah sang makhluk lain yang selalu menggodanya hingga membuat gadis itu naik pitam. Maklum usia segitu masih labil. ...