Misi pertama gagal untuk mendekati radit, dan itu hanya di karnakan satu orang yaitu..
Bintang.. Nama yang slalu membuat mood Bulan bergeser turun, perilaku yang sangat menyebalkan dan juga perkataan yang slalu menghantam keras diri nya, kata-kata nya seperti pisau yang menusuk tepat di hati Bulan.
Selama ini tidak ada orang yang mengolok-olok Bulan sedemikian rupa kecuali Bintang. sebenar nya apa yang salah dari Bulan, ia hanya mendekati beberapa cowok dan menurut nya kenakalan nya masih di atas standart. Bukti nya slama ini Bulan tidak pernah berpacaran, berpelukan, bahkan tidak pernah berciuman. bukankah itu hal yang baik di saat umur nya sudah beranjak dewasa, Bulan masih mengingat tolak ukur dalam pergaulan. Ia hanya ingin masa SMA nya berwarna dan juga bisa berkesan, ia hanya ingin masa SMA yang sempurna dengan berbanyak teman dan juga pengalaman. cukup, sebenar nya hanya itu.
Dan Bintang sudah menyebut nya wanita murahan, Yang benar saja. bahkan cowok itu juga perayu wanita di sekolah nya.
Oh sial.. kenapa kata-kata itu tidak ia lontarkan tadi kepada Bintang yang sangat menyebalkan, dari pada menginjak sepatu nya, bahkan rasa sakit tidak akan bisa menggeser otak nya jauh lebih baik.
" Bulan, kenapa makanan nya cuma di aduk-aduk seperti itu?" tanya Mama nya yang sedari tadi memperhatikan Bulan.
Bulan sedikit tersentak, karna sedari tadi hanya melamun. " Bulan gak enak makan ma." balas nya dengan menghembuskan nafas berat nya.
" Kamu sakit." Mama nya terlihat cemas lalu menjulurkan tangan nya ke kening Bulan. " Tapi gak panas kok." ulang nya
" Boleh Bulan masuk ke kamar dulu, mau istirahat." ijin Bulan, Karna akan sangat sulit untuk pergi ketika makan. karna peraturan di rumah ini adalah. " Tidak boleh mengangkat bokong sedikit pun ketika sedang makan." Ya tuhan.. sebenar nya peraturan macam apa itu.
" Kamu kelihatan sangat lelah hari ini." ujar mama nya meneliti wajah Bulan yang sangat lesu. " Istirahat lah di kamar, dan cepat tidur." ulang nya.
Seperti keluar dari ruangan yang sangat pengap, akhir nya Bulan bisa bernafas dengan lega, ketika ia sudah memasuki kamar nya. Ia langsung merebahkan tubuh nya, dan memejamkan mata nya, Namun sial nya ia tidak bisa tidur semudah itu.
Seingat Bulan, ia tidak pernah meninggalkan makan malam nya atau tidak, pasti mama nya akan menceramahi nya A sampai Z. Tapi malam ini seperti mendapat anugerah karna Mama nya menyetujui nya begitu saja. padahal Bulan belum makan sesuap pun.
Bulan berdiri dan mengambil ponsel nya di atas meja belajar nya. lalu ia membuka nya dan mendapati beberapa pesan masuk. Bulan membuka nya dan membaca nya.
JEFRI: Bulan, besok berangkat bareng yuk, gue jemput.
Riko: Makan siang nya ke kantin bareng ya.
Ivan: Lagi ngapain Bulan? besok kalau kamu free, jalan bareng yuk?
Bulan tersenyum tipis ketika mendapat ajakan dari para cowok yang slama ini ia dekati, sebenar nya bukan mereka saja yang Bulan dekati, ada beberapa adik kelas yang Bulan dekati, Namun dalam hal lain maksud nya Bulan hanya berteman. Ya, mungkin orang salah paham karna tingkah nya yang kelihatan sok akrab.
Tapi Bulan, hanya menggeletak kan kembali ponsel nya dan enggan menjawab pesan mereka, karna Bulan tau mereka hanya ingin memenangkan taruhan nya. Mereka sangat bodoh ketika memilih Bulan menjadi bahan taruhan, karna Bulan bukan tipe cewek yang dengan gampang nya menerima cowok sembarangan. Bulan tidak akan pernah membiarkan seseorang masuk ke dalam hati nya, jangan kan masuk Bulan tidak mengizinkan siapapun yang membuat jantung nya berdebar.
****
" Bulan kenapa tadi malam Chat ku gak di balas.?" tanya Ivan yang sedang menghadang Bulan untuk masuk ke kelas nya.
" Gue ketiduran, maaf ya." balas Bulan dengan memperlihatkan senyum manis nya.
" Tapi..
" Hy Bulan, kok udah berangkat duluan sih, kan aku mau jemput." sela Jefri yang tiba-tiba berada di samping Bulan.
Belum sempat Bulan membuka mulut nya, suara riko sudah membuncah membahana di lorong sekolah. membuat para murid disana menatap nya dengan raut wajah penasaran.
" Bulan, Nanti jadi kan. Makan siang bareng?" tanya Riko yang sudah berada di samping Bulan. dan masih terdengar nafas yang tersengal-senggal. seperti nya ia habis lari marathon.
Ok. Bulan sekarang seperti mangsa yang siap di terkam oleh hewan buas yang siap memangsa nya. Di depan nya ada Ivan, di samping kanan nya ada Jefri dan di samping kiri nya ada Riko. Untuk sesaat Bulan terasa sangat sesak karna mereka smakin mendekat, seakan akan siapa yang menyentuh Bulan duluan. itulah pemenang nya.
Namun Tuhan selalu baik pada nya, ketika kedua sahabat nya muncul dan menyeret semua cowok tadi untuk menjauh dari Bulan.
" Eh, kalian apain sahabat gue. sampai dia linglung kayak gitu." tunjuk Mia kepada mereka bertiga.
" Kalian ingin mutilasi sahabat gue ya," sahut Quenza lalu merogoh ransel nya. " Gue ambilin gunting ni." Quenza mengambil gunting rumput dari ransel nya dan menunjukkan nya kepada merek bertiga. " Kalian belum sunat kan. sini gue sunat kalian satu persatu, gartis kok." kata Quenza sambil memainkan gunting itu.
Jangan kan Jeffri, riko, dan juga Ivan. Bahkan Mia dan Bulan hanya bisa membuka lebar mulut nya. melihat gunting rumput yang di pegang oleh Quenza.
Ya tuhan.. Quenza ingin sekolah atau jadi tukang kebun sih.?
" Sini, biar rata burung kalian." ucap Quenza kembali sambil mendekatkan gunting ke arah mereka bertiga.
Jefri, riko dan juga Ivan. hanya saling beradu tatapan, mereka memegangi selangkangan nya dengan erat lalu lari begitu saja sambil menjerit bebarengan. " TIDAK..."
Quenza tergelak dengan keras, melihat mereka bertiga lari terbirit-birit. " Hahaha, tuh lihat Bul hanya dengan gunting ini, mereka pada kabur. hebat kan gue." bangga Quenza lalu menatap Bulan dan Mia. " Lah, kalian kenapa pada bengong sih." tambah nya.
" Lo udah gila, kenapa bawah gunting rumput ke sekolah?" tanya Bulan yang terlihat masih syok menatap Gunting rumput yang di bawah Quenza.
Quenza menatap Gunting rumput itu dan membolak-balikan gunting itu. " Oh ini milik pak tatang. tukung kebun sekolah, kemarin gue pinjem karna di rumah hilang, dari pada gue beli lebih baik gue pinjem ya kan. Gue kan anak pinter." Jelas Quenza panjang lebar sambil melebarkan senyuman nya.
" Gue rasa, sahabat lo agak geser otak nya." Kata Mia yang memandang Quenza berjalan ke arah taman sekolah.
" Bener, itu juga sahabat lo Mi." balas Bulan yang sama memandang pungung Quenza.
Mia dan Bulan saling pandang lalu tertawa bersama sambil berkata. " Sahabat kita."
nice story, i love it :)
Comment on chapter PERMUSUHAN..