Kenapa ya cerita itu mirip dengan yang aku alami saat ini? benarkah itu memang ditujukan untukku atau aku saja yang merasa kepedean? Ah bagaimana dong aku tak tahu. Aku kepikiran buku bab satu itu padahal aku masih membaca prolognya saja hatiku sudah bergetar seperti ini. Aku semakin penasaran dan kini aku memasuki isinya. Sub judulnya 'Rasa yang tak Ingin Kau Tahu'. Ah baiklah dari judulnya saja pasti mampu membuatku tak bisa tidur lagi. Hatiku menjadi semakin tak menentu.
Aku seolah masuk dalam cerita itu. Mendayu-dayu mengukir rindu yang sempat hilang beberapa bulan silam. Hatiku belum siap untuk membuka cinta yang baru apalagi meneruskan rindu yang sempat aku berhentikan. Sub judul itu bercerita tentang harapan yang menggebu-gebu dalam jiwanya yang hanya bisa dia sampaikan lewat tulisan-tulisannya. Dia bercerita tentang kekagumannya setiap hari. Hanya dengan pena dan kertas yang membisu. Dia bercerita tengah megukir cinta untuk seorang wanita lugu berparas cantik dengan jilbabnya. Wanita itu sangat lembut dan pendiam sehingga rapuh dan dia tak sanggup untuk mendekatinya. Cintanya hanya berupa pendekatan sebagai seorang teman meskipun bukan teman yang dekat. Namun tanpa perempuan itu sadari dia selalu mengintai setiap gerak-gerik si wanita, sejenis secret admire. Dia selalu mengkepoi sosmed si wanita, baru kali ini aku menemukan cowok yang handal dalam hal stalker. Dia tak mengenal wanita itu lebih hanyalah sebatas nama. Selebihnya dia membaca semua hal yang ada di dalam sosmed si wanita dan tulisan-tulisannya. Tunggu, perempuan yang disukainya ini senang menulis juga? Romantis sekali sesama penulis yang sedang jatuh cinta. Aku teringat sebuah quotes yang berbunyi
Bersyukurlah jika kau dicintai seorang penulis karena kau akan selalu hidup dalam setiap karyanya
Romantis bukan?Ah itu memanglah harapanku sampai saat ini. Membuat seorang penulis jatuh cinta kepadaku. Namun siapakah dia nanti? Aku tak tahu. Yang jelas aku pasti akan sangat bahagia hidup dalam setiap tulisan-tulisan tulusnya. Aku meracau lirih, takut Risma akan terbangun dari tidur pulasnya. Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Aku belum mengantuk dan tak ingin tidur. Aku masih ingin bergulat dengan buku baru yang menaut hatiku ini meskipun aku tak tahu siapa sebenarnya penulisnya. Aku pasti akan senang jika bisa bertemu dengan penulis aslinya atau sekedar pengirim paket misterius ini.
Baiklah aku harus tidur, besok aku harus berangkat jam tuju pagi. Terlalu pagi untuk memulai sebuah perkuliahan. Salahku juga menyusun KRS yang terlalu lama sehingga aku harus ketinggalan jam-jam siang yang seharusnya aku dapatkan, untung saja aku masih ada Risma sebagai teman pagiku. Ya aku harus tidur. Kututup buku itu dan aku mulai beranjak mendekati Risma untuk tidur. Kutarik selimut Risma pelan berharap dia tak akan terbangun. Baiklah malam yang dingin berdamailah denganku saat ini. Akupun tertidur.
Rasanya memang sama
Seolah ada di dalamnya
Seolah mengerti apa yang tengah aku rasa
Perasaanku yang tak lagi aku rasa
Namun akhirnya sama saja
Aku akan kembali pada masa
Masa dimana aku mencinta
Trenggalek, 12 Agustus 2018
Keren kak
Comment on chapter Aku Mencintaimu dalam Diam