Loading...
Logo TinLit
Read Story - Petrichor
MENU
About Us  

Dingin masih memeluk pagi, setelah semalam langit menumpahkan airnya demi menyapa bumi yang mulai mengering, seolah kembali memberinya kehidupan. Jejaknya masih cukup melekat pada dedaunan yang kini terlihat lebih hijau. Mungkin debu-debu yang menempel sepanjang waktu ikut meluruh bersama butir-butir beningnya. Membasuh seluruh tangkainya, membuat bunga-bunga baik kuncup maupun yang telah merekah itu ikut berseri, memamerkan warnanya yang beraneka.

Adinda memarkir motornya di area parkir yang diperuntukkan untuk kendaraan roda dua. Baru beberapa saja motor yang menghuni kawasan itu. Dapat dipastikan para pemiliknya adalah siswa yang satu angkatan dengannya. Mulai pekan ini, siswa angkatan teratas diberikan satu sesi tambahan pelajaran sebagai persiapan untuk menghadapi ujian nasional yang bersisa tidak lebih dari tiga bulan. Bukan tanpa protes jam tambahan di pagi buta ini mereka jalani. Namun apalah daya mereka sebagai siswa, selain menurut atau sedikit membangkang dengan konsekuensi yang beraneka ragam, mulai dari pengurangan persentase kehadiran hingga tidak mendapatkan tiket ulangan.

Langit belum sepenuhnya terang. Mentari masih malu-malu untuk meninggi. Ia masih betah bersembunyi di balik gumpalan-gumpalan putih yang menggantung di angkasa. Beberapa lampu-lampu yang menempel pada langit-langit koridor yang menghubungkan ruang demi ruang di sekolahnya masih menyala. Adinda melirik sekilas pada arloji yang melingkari lengan kirinya. Jarum jam panjangnya masih berada di sekitar angka sembilan sedangkan jarum pendeknya mulai mendekati angka enam. Masih sekitar enam puluh menit dari jam masuk reguler.

“Za, sekarang jadwal tambahan apaan sih?” tanya Dinda pada sahabat yang berjalan bersisian dengannya menyusuri lorong demi lorong. Ruang kelasnya berada di lantai dua bagunan paling ujung di sayap kanan area sekolahnya. Di samping bangunannya terbentang sebuah lapangan olahraga yang sekelilingnya di pagari pohon anggur yang merambat pada tiang-tiang sehingga fungsinya menjadi atap alami di atas bangku-bangku tembok di tepi lapangan.

Sekolah mereka merupakan salah satu sekolah yang terbilang asri. Bahkan jauh dari kata bising meski letaknya di salah satu jalan teramai di kotanya. Bagaimana tidak, jarak gerbang utama dengan bangunannya saja lebih dari seratus meter. Kadang jalan itu digunakan sebagai lintasan saat tes lari. Bagian kiri jalan tersebut di pagari pohon mahoni yang diberi jarak teratur, sedangkan sisi kanannya digunakan sebagai parkiran mobil kepala sekolah dan beberapa guru maupun staf sekolah.

Tak hanya dibagian depan, di bagian belakang yang menjadi kawasan pusat kegiatan tak kalah memberikan kesejukan. Di kanan kiri koridor-koridor menjadi lahan resapan air. Ditumbuhi pohon-pohon yang beraneka jenisnya. Mulai dari tanaman obat hingga bunga-bungaan yang ditata dan dikelompokkan sedemikian rupa. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah taman kecil lengkap dengan kolam ikan dan air terjun buatan. Yang menambah sensasi menenangkan kala berada di sana. Maka tak heran jika para siswa betah menghabiskan waktunya di sekolah, meski jam pelajaran telah usai. Beberapa di antaranya ada yang memang melakukan kegiatan ekstrakurikuler, ada juga yang menyelesaikan tugas kelompok, ataupun hanya sekedar bercengkrama dengan teman-temannya. Mengukir sebuah cerita manis masa-masa di SMA.

“Di jadwal sih, jamnya Pak Idris,” sahut Farzana.

“Seriusan? Matematika?” hanya anggukan tanpa suara yang diterima Adinda sebagai jawaban dari temannya.

“Emang kamu ga catet jadwalnya, Din?” gelengan dan sebuah cengiran yang menampilkan deretan gigi serinya yang rapi sebagai jawabannya. Adinda termasuk salah satu siswa yang namanya selalu berada pada deretan sepuluh besar di kelasnya, namun ia bukan anak yang rajin mencatat hal-hal seperti itu. Setiap malam, kebiasaannya adalah memastikan jadwal pelajaran dan tugas-tugas yang diingatnya untuk esoknya pada Farzana. Meski begitu, tugas-tugasnya jarang absen ia selesaikan. Karena kebiasaan baiknya adalah ia selalu menyelesaikan tugas-tugas yang diterimanya hari ini sebelum ia belajar untuk pelajaran besoknya. Ia hanya mengecek barang kali ada yang terlewat.

Kelas masih sangat lengang. Total menjadi satu pertiganya saja dari keseluruhan penghuni kelasnya saat Farzana dan Adinda berucap salam pada manusia-manusia belia yang telah lebih dahulu berada di dalamnya.

“Wah... para pejuang UN rajin-rajin benerlah...” sapa Farzana kawanan kelasnya itu. Langkahnya ia hela ke bangkunya. Dan seketika dirinya bagai gula yang dikerubungi semut-semut. Kedatangannya menjadi magnet tersendiri bagi teman-temannya.

“Ibu kamu rajin banget, Za, sempet bangetlah plus siapin sarapan buat kita-kita..” sebuah candaan meluncur dari seorang teman laki-laki yang menjadi pelanggannya setianya seraya mengambil sekotak plastik nasi goreng. Bagai dikomando, teman yang lain yang tak sempat mengunyah sedikit pun makanan, mengikuti Aldi yang juga menjabat sebagai ketua kelasnya.

Kehadiran Farzana beserta makanan jualannya bagaikan anugrah tersendiri bagi penghuni kelasnya. Hampir semua penghuni kelasnya adalah sosok-sosok yang sangat berat melangkahkan kaki menuju kantin sekolah yang letaknya ujung-ujungan dengan ruang kelasnya. Belum lagi jika harus sabar mengantri dan berdesakan demi memesan menunya. Sering kali mereka harus rela makan terburu-buru atau telat kembali ke kelas karena jam istirahatnya keburu habis. Maka, dengan adanya “si ibu kantin” di kelasnya membentuk sebuah simbiosis mutualisme di antara mereka. Mereka tak pernah bosan dengan menu yang dibawa Farzana, selain bervariasi setiap harinya, kadang mereka juga me-request menu yang diinginkan.

Kebijakan sekolah yang tidak merolling siswanya setiap tahun menjadikan mereka bagai sebuah keluarga baru. Tujuh jam dalam sehari, lima hari dalam seminggu dan mereka lalui bersama selama hampir tiga tahun, membuat sebuah ikatan yang kuat di antara mereka. Hingga kelas mereka mendapatkan label “kelas eksklusif” dari teman-teman kelasnya yang lain. Alasannya karena, hampir semua penghuni kelas itu jarang melakukan interaksi dengan teman-teman di kelas lain. Saat istirahat jarang sekali yang keluar kelas untuk berbaur dengan yang lainnya. Kalaupun ada, itu hanya sesekali saja. Beberapa rekan-rekan laki-lakinya bergabung untuk sekedar tanding basket atau futsal. Mereka betah di “rumah” mereka sendiri.

Perjalanan mereka selama tiga tahun menjalin ikatan yang kuat itu bersama tiga puluh orang lainnya tidaklah mudah. Bukan lurus saja tanpa konflik. Namun, mereka cukup dewasa dalam menyelesaikan berbagai persoalannya tanpa bantuan guru. Mereka sering membuat rapat-rapat kecil sekelas yang membahas berbagai hal. Saling membantu dalam pelajaran hingga permasalahan ekonomi. Kekompakkan mereka pun cukup terkenal di antara para guru. Setiap siswa di kelas itu merasa bersyukur telah ditakdirkan bertemu dengan teman-temannya saat ini. Termasuk Farzana dan Adinda.

Mereka bagaikan arakan awan yang menghias langit. Masing-masing diri menghimpun uap-uap air yang kapan saja siap menjadi hujan. Namun, mereka senantiasa bersama pada angkasa yang sama. Saling memberi teduh, saling melindungi diri dari sengatan sang mentari.

[]

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Menghapus Masa Lalu Untukmu
3215      1226     1     
Romance
Kisah kasih anak SMA dengan cinta dan persahabatan. Beberapa dari mereka mulai mencari jati diri dengan cara berbeda. Cerita ringan, namun penuh makna.
Somehow 1949
10223      2379     2     
Fantasy
Selama ini Geo hidup di sekitar orang-orang yang sangat menghormati sejarah. Bahkan ayahnya merupakan seorang ketua RT yang terpandang dan sering terlibat dalam setiap acara perayaan di hari bersejarah. Geo tidak pernah antusias dengan semua perayaan itu. Hingga suatu kali ayahnya menjadi koordinator untuk sebuah perayaan -Serangan Umum dan memaksa Geo untuk ikut terlibat. Tak sanggup lagi, G...
The Past or The Future
466      369     1     
Romance
Semuanya karena takdir. Begitu juga dengan Tia. Takdirnya untuk bertemu seorang laki-laki yang akan merubah semua kehidupannya. Dan siapa tahu kalau ternyata takdir benang merahnya bukan hanya sampai di situ. Ia harus dipertemukan oleh seseorang yang membuatnya bimbang. Yang manakah takdir yang telah Tuhan tuliskan untuknya?
Itenerary
40792      5590     57     
Romance
Persahabatan benar diuji ketika enam manusia memutuskan tuk melakukan petualangan ke kota Malang. Empat jiwa, pergi ke Semeru. Dua jiwa, memilih berkeliling melihat indahnya kota Malang, Keringat, air mata, hingga berjuta rahasia, dan satu tujuan bernama cinta dan cita-cita, terungkap sepanjang perjalanan. Dari beragam sifat dan watak, serta perasaan yang terpendam, mengharuskan mereka tuk t...
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
8731      2782     4     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
SERENA (Terbit)
18430      3334     14     
Inspirational
Lahir dalam sebuah keluarga kaya raya tidak menjamin kebahagiaan. Hidup dalam lika-liku perebutan kekuasaan tidak selalu menyenangkan. Tuntutan untuk menjadi sosok sempurna luar dalam adalah suatu keharusan. Namun, ketika kau tak diinginkan. Segala kemewahan akan menghilang. Yang menunggu hanyalah penderitaan yang datang menghadang. Akankah serena bisa memutar roda kehidupan untuk beranjak keatas...
Tentang Kita
1988      844     1     
Romance
Semula aku tak akan perna menduga bermimpi pun tidak jika aku akan bertunangan dengan Ari dika peratama sang artis terkenal yang kini wara-wiri di layar kaca.
Premium
The Secret Of Bond (Complete)
6499      1493     1     
Romance
Hati kami saling terikat satu sama lain meskipun tak pernah saling mengucap cinta Kami juga tak pernah berharap bahwa hubungan ini akan berhasil Kami tak ingin menyakiti siapapun Entah itu keluarga kami ataukah orang-orang lain yang menyayangi kami Bagi kami sudah cukup untuk dapat melihat satu sama lain Sudah cukup untuk bisa saling berbagi kesedihan dan kebahagiaan Dan sudah cukup pul...
Dimensi Kupu-kupu
14516      2792     4     
Romance
Katakanlah Raras adalah remaja yang tidak punya cita-cita, memangnya hal apa yang akan dia lakukan ke depan selain mengikuti alur kehidupan? Usaha? Sudah. Tapi hanya gagal yang dia dapat. Hingga Raras bertemu Arja, laki-laki perfeksionis yang selalu mengaitkan tujuan hidup Raras dengan kematian.
déessertarian
6220      1914     4     
Romance
(SEDANG DIREVISI) Tidak semua kue itu rasanya manis. Ada beberapa yang memiliki rasa masam. Sama seperti kehidupan remaja. Tidak selamanya menjadi masa paling indah seperti yang disenandungkan banyak orang. Di mana masalah terbesar hanya berkisar antara ujian matematika atau jerawat besar yang muncul di dahi. Sama seperti kebanyakan orang dewasa, remaja juga mengalami dilema. Ada galau di ant...