Terlihat seorang gadis tengah menunduk sambil memegang lututnya yang terasa perih sekali. Luka di lututnya tidak terlalu parah tetapi tetap saja air mata kembali menggenang di pelupuk matanya.
Dia adalah Kikan. Orang bilang dia adalah cewek cengeng yang bisanya hanya menangis. Semua hal yang sepele bisa menjadi alasan mengapa gadis itu menangis, seperti saat ini, pipi cewek itu sudah basah oleh air mata yang menggenang di pelupuk matanya hanya karena dia tersandung oleh batu kecil dan lututnya lecet sedikit.
Seseorang dari arah berlawanan menghampiri Kikan dan ikut berjongkok di sampingnya. “Lo gak pa-pa Kan?” tanya Nita- sahabat sekaligus sepupu Kikan.
Kikan menggeleng pelan sambil sesekali meringis karena kesakitan. “Kikan gak pa-pa kok.”
Nita membantu cewek itu bangkit dan membawa sahabatnya untuk pulang. “Kita pulang ya, gue obatin luka lo di rumah.” Kikan hanya mengangguk.
Nita membuka pintu mobilnya dan menyuruh Kikan untuk masuk. “Kan, lo beneran gak pa-pa?” tanya Nita dengan wajah khawatir.
“Kikan gak pa-pa kok Nita.”
Nita menghela napas lega. “Lo jangan nangis lagi ya?”
Kikan mengangguk. “Iya, Nita.”
Sesampainya di rumah Kikan, Nita memapah tubuh Kikan dan membawa cewek itu masuk ke dalam rumah. Dia mendudukkan Kikan di sofa lalu masuk ke dalam untuk mengambil kotak P3K.
Perlahan Nita mulai mengobati luka di lutut Kikan. “Lain kali kalo lagi jalan-jalan itu hati-hati, gue gak selalu ada di samping lo buat mapah tubuh lo dan obatin luka lo.”
Kikan meringis kesakitan saat Nita memberikan plester di lututnya. “Kalo jatuh itu jangan nangis, ini cuma lecet sedikit, jangan apa-apa langsung nangis. Lo itu udah gede, udah SMA gak pantes nangisin hal yang sepele.”
“Tapi ini sakit Nita.” Kata Kikan.
“Tahan rasa sakit itu, jangan jadi cewek cengeng lagi, lo udah dewasa.”
Kikan mengangguk lalu menghambur ke pelukan sepupunya. “Nita jangan tinggalin Kikan ya.”
“Gue gak bisa janji selalu ada di samping lo Kan, tapi gue janji dimanapun gue berada, gue selalu ada buat lindungin lo.”
“Kikan sayang Nita.” Dia memeluk lebih erat lagi sepupunya.
“Gue juga.”
°°°