Loading...
Logo TinLit
Read Story - Truth Or Dare
MENU
About Us  

Hari ini siswa dipulangkan lebih awal karena para guru harus mengadakan rapat. Jam tambahan untuk siswa kelas 3 pun ditiadakan, begitu juga dengan kegiatan ekstrakurikuler. Sebagian siswa memilih langsung pulang ke rumah, sebagian lagi memanfaatkan waktu luang untuk pergi mencari hiburan, yang terpenting tidak berada di area sekolah-karena takut mengganggu rapat guru.


Mungkin para siswa sibuk dengan les atau memenuhi perpustakaan, tetapi lain halnya dengan Yoongi dan kawanannya; Jimin, Taehyung, dan Jungkook. Mereka ber-empat memutuskan untuk berkumpul di sebuah kafe yang tidak jauh dari sekolah.

Setelah beberapa saat menunggu pesanan, akhirnya seorang pelayan membawa sebuah nampan yang berisi 4 cup minuman dan beberapa makanan. "Silakan menikmati," ucap gadis itu dengan diimbuhi sebuah senyuman.

"Kamsahamnida." 

"Jamkkanman juseyo," pinta Jungkook. Panggilan itu menghentikan langkah pelayan muda itu. "Ne?" sahut gadis itu.

Jungkook pun mencoba minuman miliknya. "Sepertinya ini kurang pemanis."

"Ah joesonghamnida, kami akan membuat yang baru," kata gadis itu sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Aniya, sebenarnya dengan memandangmu saja sudah cukup." Goda Jungkook dan berhasil membuat gadis itu tersipu.

Yoongi yang duduk di sebelah Jungkook pun mengambil satu potong ayam yang sudah dicelupkan ke dalam mangkuk saus dan memasukkannya ke dalam mulut Jungkook. Sontak saja Jungkook mengeluarkan potongan ayam itu dan meminum cola dingin di tangannya.

Gadis itu tersenyum melihat tingkah pelanggannya. Petugas kasir yang memergoki gadis itu berinteraksi terlalu lama dengan pelanggan pun memanggilnya, "Lee Eunbi-ssi!"

Pemilik nama pun menoleh lalu mengangguk dan berpamitan sebelum pergi. "Saya permisi."

"Ya! Apa kau tidak bisa membiarkanku bahagia?" kesal Jungkook.

"Bukannya begitu, jika kau terus mengajaknya berbicara, dia bisa kehilangan pekerjaannya." Yoongi menasihati.

"Aigoo uri Yoongi sangat dewasa. Aku setuju." Imbuh Taehyung.

"Kau bisa menemuinya saat pergantian jam tugas." Usul Jimin.

Jungkook yang sebelumnya sibuk menikmati ayam pun berhenti mengunyah. "Bagaimana aku bisa tahu kapan pergantian jam tugasnya jika penjaga kasir itu terus melirikku sejak tadi?" kata Jungkook pelan.

"Tunggu saja." Ucap Taehyung santai.

"Kafe ini buka pukul 8 pagi dan akan tutup pukul 8 malam, artinya kafe ini buka selama 12 jam. Jika ada satu kali pergantian, maka dia akan selesai pukul 4 sore nanti. Jika ada dua kali pergantian, maka dia akan selesai pukul 12 nanti." Yoongi menjelaskan seolah ia bos dari pekerja itu.

"Penuh dengan perhitungan." Celetuk Jimin.

"Kalian memikirkan ini dengan sangat serius. Lebih baik kita melakukan periode kedua." Jungkook tersenyum dan tampak bersemangat.

"Heol sudah sampai periode kedua." Taehyung tidak percaya.

"Artinya waktu untuk Yoongi akan segera berakhir." Kata Jimin.

"Apa kau akan melanjutkan hubungan itu?" tanya Taehyung.

Yoongi menghela napas. "Bahkan tidak ada hubungan yang tercipta saat ini. Ayo mainkan." Ia mengalihkan topik.

"Aku rasa tidak ada yang bisa menjadi alatnya, " gumam Jungkook.

Taehyung mengeluarkan ponselnya dan meletakkan di tengah meja mereka. "Tentukan apa tantangan kali ini."

Mereka pun memilih dan setelah beberapa saat, tantangan buatan Yoongi yang akan digunakan-menyebarkan foto Seokjin dan Yerin.

"Hana ... Dul ... Set!" ucap Taehyung sambil memutar ponselnya di kata terakhir.

Jungkook.

Ponsel itu menunjuk Jungkook dan laki-laki itu pun tersenyum tipis. "Bukan hal yang sulit."

= = =

Yerin pulang bersama Seokjin karena laki-laki itu yang memintanya. Awalnya ia menolak, tetapi Seokjin sedikit memohon dan ia juga mengingat apa yang ia dengar di perpustakaan beberapa hari yang lalu.


Disinilah ia saat ini, duduk di sebuah bangku yang terletak di tepi Sungai Han. Tidak lama, Seokjin datang dengan 2 cup kopi dan beberapa makanan ringan.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Yerin-ia tidak ingin membuang waktu.

"Makanlah, aku lebih menyukai Yerin yang dulu, pipimu sangat tirus sekarang," ucap Seokjin sambil mencubit pipi Yerin, akan tetapi langsung ditepis oleh gadis itu. "Arrasseo, kau pasti ingin segera kembali ke rumah."

Yerin menghela napas. "Kau bisa membuang waktu belajarmu, ani, waktu belajar kita. Jadi kumohon langsung ke inti saja."

"Ini tentang Cheonsae."

Sesuai dugaan Yerin. "Wae? Kau pasti memikirkan rumor itu."

"Aku tidak percaya nae dongsaeng sudah berkencan. Aku juga tidak tahu kebenaran rumor itu dan siapa yang dimaksud sunbae." Seokjin tersenyum kecut. (adikku)

"Seokjin-a.." panggil Yerin dengan suara lembut. "Apa kau sangat menyayangi Cheonsae?"

"Tentu saja, mengapa kau menanyakan itu?"

"Buktikan. Biarkan dia bahagia dengan jalan yang dia pilih. Kau hanya perlu menjaga dan memastikan jika jalan yang dia pilih sudah benar."

Seokjin memandang lurus ke depan. Ucapan Yerin mungkin benar, tetapi ia tidak bisa begitu saja melepas adiknya-meskipun belum tentu rumor itu benar. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah mencari tahu kebenaran dari rumor itu sendiri.

"Kaja, ku antar kau pulang." Kata Seokjin setelah bangkit dari tempat duduknya. Ia pun mengulurkan tangannya kepada Yerin, akan tetapi gadis itu memberi pandangan bingung dan tidak mengerti.

Melihat Yerin yang terdiam, Seokjin langsung menarik kembali tangannya. "Aniya, lupakan. Kaja." Ucapnya sebelum berjalan meninggalkan gadis itu.

Yerin pun bangkit dan berjalan-tepatnya berlari kecil-untuk menyamakan posisinya dengan Seokjin. 

Mereka pun masuk ke dalam mobil Seokjin dan langsung menuju ke rumah Yerin. Setelah menurunkan Yerin, Seokjin langsung menuju ke rumahnya tanpa mampir untuk sekadar berbincang dengan ibu Yerin.

Sesampainya di rumah, Seokjin langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa menanggapi Cheonsae yang bertanya apakah dirinya sudah makan siang atau belum.

"Pabo. Apa kau pikir Yerin dengan mudahnya menerima uluran tanganmu dan melupakan semua perbuatan yang kau lakukan karena dampak penyakitmu itu? lagipula mana mungkin Yerin menerima seseorang yang memiliki penyakit kepribadian sepertimu? Kim Seokjin, kau sangat bodoh." Rutuk Seokjin pada dirinya sendiri. 

"Yerin-a.. aku merindukan hubungan baik kita sebelum muncul perjodohan sialan itu."

= = =

Setelah pulang sekolah, Cheonsae tidak memiliki kegiatan lain. Awalnya ia berencana untuk pergi bersama Haerin, akan tetapi saudara Haerin yang berasal dari Busan datang dan ia harus menyambutnya. Dengan terpaksa, Cheonsae pulang ke rumah.

Ketika ia sampai di rumah, ia bertemu dengan mobil ibunya yang hampir meninggalkan rumah. "Eomma, mau kemana?"

"Ada perkumpulan dengan teman sekolah eomma. Seharusnya kau memberi tahu eomma jika pulang lebih awal, eomma bisa menjemputmu dan kau tidak perlu naik bus."

"Jika eomma menjemputku, eomma tidak akan mengantarkan aku pulang dan mengajakku ke sana." Tebak Cheonsae.

Lee Yumi tersenyum. "Padahal jika kau ikut, bisa bertemu dengan anak-anak teman eomma yang cukup tampan."

"Aku tidak berminat. Eomma jalan saja, nanti terlambat."

"Eomma sudah menyiapkan makan siang, tinggal kau panaskan saja. Jika butuh sesuatu, hubungi eomma."

Cheonsae mengangguk. "Hati-hati di jalan." Gadis itu melambaikan tangannya dan baru masuk ke dalam rumah setelah mobil ibunya keluar dari pekarangan rumah.

"Kemana oppa pergi? Tidak mau memberi adiknya tumpangan dan bersenang-senang di luar sana." Cibir Cheonsae sambil berjalan menuju ke kamarnya.

Setelah berganti pakaian, ia pun menuju dapur dan mengambil makanan dari lemari pendingin lalu memanaskannya-sesuai ucapan ibunya. Ia mengambil semua makanan yang seharusnya cukup untuk dirinya dan Seokjin, tetapi ia hanya menyisakan kimchi untuk Seokjin. 

Ketika ia mulai menyantap makanannya, terdengar mobil Seokjin datang. "Omo, oppa datang dan jatahnya sudah ku makan. Ah eottohke," Cheonsae kebingungan. Tetap saja ia takut jika kakaknya mengadu kepada ibunya.

Cheonsae berusaha bersikap senormal mungkin, seolah ia tidak melakukan hal yang salah.

"Oh oppa, wasseo. Kau darimana? Apa kau sudah makan siang?" (kau sudah datang)

Tidak ada tanggapan dan Seokjin hanya terus berjalan tanpa menoleh ke arah adiknya. Melihat tidak ada respon membuat Cheonsae mengerucutkan bibirnya dan langsung mengetukkan sumpit untuk menyamakan panjangnya, lalu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Yang kau lakukan tidak salah Cheonsae. Habiskan saja makanannya, anggap saja eomma membuat semua ini untukmu." Kesalnya.

Geunde, apa aku tidak salah lihat? Hidung oppa sedikit merah, apa dia menangis? Tanya Cheonsae pada dirinya sendiri.

= = =

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Selfless Love
4682      1317     2     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.
Power Of Bias
1095      637     1     
Short Story
BIAS. Istilah yang selalu digunakan para penggemar K-Pop atau bisa juga dipakai orang Non K-Pop untuk menyatakan kesukaan nya pada seseoraang. Namun perlu diketahui, istilah bias hanya ditujukan pada idola kita, atau artis kesukaan kita sebagai sebuah imajinasi dan khayalan. Sebuah kesalahan fatal bila cinta kita terhadap idola disamakan dengan kita mencitai seseorang didunia nyata. Karena cin...
Irresistible
727      519     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...
TAKSA
406      316     3     
Romance
[A] Mempunyai makna lebih dari satu;Kabur atau meragukan ; Ambigu. Kamu mau jadi pacarku? Dia menggeleng, Musuhan aja, Yok! Adelia Deolinda hanya Siswi perempuan gak bisa dikatakan good girl, gak bisa juga dikatakan bad girl. dia hanya tak tertebak, bahkan seorang Adnan Amzari pun tak bisa.
G E V A N C I A
1165      638     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Ręver
7292      1980     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
Kisah Alya
335      238     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Bulan Dan Bintang
5413      1402     3     
Romance
Cinta itu butuh sebuah ungkapan, dan cinta terkadang tidak bisa menjadi arti. Cinta tidak bisa di deskripsikan namun cinta adalah sebuah rasa yang terletak di dalam dua hati seseorang. Terkadang di balik cinta ada kebencian, benci yang tidak bisa di pahami. yang mungkin perlahan-lahan akan menjadi sebuah kata dan rasa, dan itulah yang dirasakan oleh dua hati seseorang. Bulan Dan Bintang. M...
Aranka
4422      1473     6     
Inspirational
Aranka lebih dari sebuah nama. Nama yang membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Aland Aranka terlahir dengan nama tersebut, nama dari keluarga konglomerat yang sangat berkuasa. Namun siapa sangka, di balik kemasyhuran nama tersebut, tersimpan berbagai rahasia gelap...
Premium
The Secret Of Bond (Complete)
6459      1485     1     
Romance
Hati kami saling terikat satu sama lain meskipun tak pernah saling mengucap cinta Kami juga tak pernah berharap bahwa hubungan ini akan berhasil Kami tak ingin menyakiti siapapun Entah itu keluarga kami ataukah orang-orang lain yang menyayangi kami Bagi kami sudah cukup untuk dapat melihat satu sama lain Sudah cukup untuk bisa saling berbagi kesedihan dan kebahagiaan Dan sudah cukup pul...