Tepat pukul 5 sore Yoongi berada di depan rumah Cheonsae. Setelah mengirim pesan kepada Cheonsae, gadis itu pun keluar.
"Kau sudah siap?" tanya Yoongi.
Cheonsae mengangguk. "Apa ini tidak akan mengganggu waktu belajarmu?"
"Aniya, gwaenchanha. Kaja, kita tidak boleh terlambat." ajak Yoongi.
Mereka harus tiba disana dalam waktu 30 menit, karena kapal pesiar itu akan berangkat pukul 17.40 KST, atau jadwal yang kedua pukul 20.40 KST.
Setibanya di dermaga, Yoongi dan Cheonsae mengikuti rombongan untuk masuk ke dalam kapal. Penumpang yang akan menaiki kapal itu cukup banyak, sehingga mereka sedikit berdesak-desakan.
"Ah!" pekik Cheonsae saat seseorang tidak sengaja menubruknya.
"Gwaenchanhayo? Apakah sakit?" tanya Yoongi.
"Aniya. Aku hanya terkejut." ucap Cheonsae sambil menunjukkan senyum tipis, ia ingin membuktikan jika dirinya tidak apa-apa.
Yoongi pun meletakkan lengannya pada bahu Cheonsae--merangkulnya. Ia hanya ingin melindungi gadis itu, karena saat ini ia menjadi penanggung jawab. Jika ia membawa pergi gadis itu dalam keadaan baik, maka ia juga harus membawa kembali gadis itu dalam keadaan yang sama.
"Kaja nae cheonsa." (ayo bidadariku)
"Cheonsae. Sepertinya lidahmu terpeleset." celetuk Cheonsae. Sedangkan Yoongi hanya tersenyum menanggapi hoobae-nya itu.
Akhirnya mereka berdua berada di dalam kapal pesiar yang akan berjalan melewati Sungai Han. Tidak lama, kapal itu mulai bergerak meninggalkan dermaga dan menyusuri sungai.
Mereka memilih untuk berada di kapal bagian atas. Langit senja mengiringi keberangkatan kapal itu hingga akhirnya berganti langit gelap yang dipenuhi bintang.
Para penumpang melakukan kesibukannya masing-masing. Ada yang berfoto, berbincang-bincang, atau merenung sambil melihat pemandangan.
Yoongi mengambil dua kaleng soda dari drink machine kecil yang berada di dalam kabin dan memberikannya kepada Cheonsae.
"Gomawo." ucap Cheonsae sambil menerima kaleng itu dengan kedua tangannya. "Aku akan minta appa mengganti biaya untuk naik kapal ini nanti."
Cheonsae merasa tidak nyaman karena statusnya hanya seorang adik kelas atau hoobae, tetapi Yoongi sudah banyak mengajak Cheonsae pergi dan bahkan mentraktirnya.
"Andwaeyo, kau bisa menjatuhkan harga diriku." canda Yoongi. "Anggap saja ini sebagai hadiah ulang tahunmu, karena aku tidak tahu kapan hari itu datang." katanya lagi sambil tertawa kecil.
"Tetapi aku merasa harus menggantinya."
"Heol jinjja. Begini saja, sebagai gantinya, aku akan mengajakmu pergi di akhir pekan selama 3 kali dan kau tidak boleh menolak."
"Ne? Bukankah itu akan semakin mengganggu waktu belajarmu?"
"Mengapa kau sangat memperhatikan waktu belajarku sedangkan aku sendiri tidak memedulikannya?" Yoongi tertawa.
Cheonsae hanya mendengus. Ia pun mengalihkan pembicaraan mereka. "New Year Party, apakah itu hal yang seru?"
"Ya seperti itulah, aku tidak ingin menjelaskannya, biar kau sendiri yang menebak dan merasakannya."
"Ku dengar, oppa adalah King of party saat itu." ucap Cheonsae, sedikit ragu.
"Ah geurae, sudah pasti mereka memilihku karena tidak ada yang bisa mengalahkanku." Yoongi sangat percaya diri.
"Terserah kau saja, sunbaenim."
Yoongi menjadi lebih serius. "Geunde, jangan salah dalam memilih pasanganmu untuk ke pesta itu."
"Museun soriya? Memangnya ada apa dengan Yerin eonni?"
Melihat Yoongi yang terdiam, membuat Cheonsae semakin penasaran. Entah mengapa otak dan mulutnya tidak sinkron. "Bukankah kalian berkencan? Apa yang salah?"
Cheonsae-ya, neo pabo jinjja. Batin Cheonsae merutuki dirinya sendiri. Wajah Yoongi terlihat sedikit muram, seolah tidak ingin menjawab pertanyaan Cheonsae. (kau sangat bodoh)
"Ah joesonghaeyo, lupakan saja perkataanku." imbuh Cheonsae.
"Itulah alasanku mengatakan jangan salah memilih pasangan. Aku tidak berkencan dengan Yerin sama sekali, tetapi entah bagaimana mereka menganggap kami berkencan dan menyebarkan rumor itu." Yoongi tertawa kecil.
"Jadi kalian sama sekali tidak berkencan?"
Yoongi menggelengkan kepalanya dan berhasil membuat Cheonsae tersenyum tipis.
"Sepertinya kita akan sampai di dermaga sebentar lagi." ucap Yoongi. Ia pun melihat layar ponselnya, jam menunjukkan pukul 19.45 KST. "Apa yang ingin kau makan?"
"Sebagai hoobae yang baik, aku akan memakan apapun yang sunbae pilihkan." canda Cheonsae.
"Arrasseo, makanlah batu di tepi sungai nanti."
Cheonsae mengerucutkan bibirnya dan membuat pipinya terlihat lebih menggemaskan.
"Sepertinya dia tidak mengerti bahasa manusia." gumam Cheonsae, meledek.
"Geurae, aku hanya mengerti bahasa cinta." sahut Yoongi tiba-tiba sambil berjalan turun dari kapal mendahului Cheonsae.
Tetapi ia tidak sepenuhnya mendahului. Tangan Yoongi menggenggam jemari kecil Cheonsae yang spontan membuat Cheonsae membeku.
= = =
Sebuah restoran sederhana yang tempatnya tidak jauh dari Sungai Han adalah pilihan Cheonsae untuk makan malamnya. Ia tidak ingin memilih-milih makanan karena perutnya sudah sangat lapar.
Mereka berdua juga langsung memesan makanan setibanya disana.
"Oppa, aku merasa ada yang aneh." bisik Cheonsae.
"Mwo?"
"Meja di pojok itu, sejak tadi, laki-laki itu menutupi dirinya dengan menu book, sedangkan perempuan itu menutupi wajahnya dengan tangan. Bukankah aneh?"
"Mungkin mereka malu." ucap Yoongi yang belum menoleh ke arah yang dimaksud Cheonsae.
"Lihatlah mereka." pinta Cheonsae sekali lagi.
Yoongi akhirnya menoleh. "Aku merasa tidak asing dengan topi itu." ucap Yoongi setelah melihat topi yang dikenakan oleh laki-laki itu, dengan bagian depan topi yang diletakkan di belakang hingga nyaris menutupi lehernya.
Restoran itu sedang sepi, sehingga Yoongi menjalankan aksi nekatnya. Ia mengambil kacang rebus dan melemparnya ke arah laki-laki itu.
Sontak saja laki-laki itu menoleh.
"Omo!" pekik Yoongi yang terkejut ketika mengetahui siapa laki-laki itu. "Jimin-a!" sambungnya.
Benar, laki-laki bertopi itu Jimin, dan ia sedang bersama seorang gadis.
"Haerin-a!" giliran Cheonsae yang terkejut.
"Kalian kemarilah." ucap Yoongi sambil melambaikan tangannya agar Jimin dan Haerin mendekat. "Ahjumma, apa kami boleh menggabungkan dua meja?"
"Ne.." jawab pemilik restoran itu.
Setelah meja itu tertata rapi, Yoongi mulai menanyakan berbagai hal kepada Jimin yang duduk di hadapannya sekaligus Haerin yang duduk di hadapan Cheonsae.
"Sejak kapan kalian mulai berkencan?"
"Geu--" ucapan Jimin dihentikan Yoongi.
"Kau bisa mengatakannya setelah ini." Yoongi pun melakukan panggilan video secara grup dengan Taehyung dan Jungkook. "Katakan."
"Aku dan Haerin mulai berkencan mungkin ... hampir dua minggu yang lalu."
"Heol pantas saja saat bertemu Haerin kau selalu tersenyum seperti orang gila." sahut Jungkook.
"Bahkan kau mendahului Yoongi." imbuh Taehyung.
"Ya! Mengapa kau malah membawa namaku?" kesal Yoongi pada Taehyung.
"Aku ingin mengatakan sesuatu pada Haerin." pinta Jungkook, lalu Yoongi pun mendekatkan ponselnya pada Haerin. "Jangan ragu-ragu jika ingin mengakhiri hubungan." celetuk Jungkook.
"Ya! Neo jugeullae? Mengapa kalian tidak bisa melihatku bahagia?" rengek Jimin.
"Arrasseo arrasseo. Lanjutkan acara kalian, kami tidak akan mengganggu double date kalian." celetuk Taehyung.
Yoongi langsung mematikan ponselnya. Ia tidak ingin Taehyung maupun Jungkook mengatakan berbagai hal aneh.
"Lupakan ucapan tidak jelas dua makhluk tadi, lebih baik kita makan sekarang." ajak Jimin.
"Maja. Mari makan." imbuh Yoongi.
Mereka pun akhirnya menikmati makanan yang sejak tadi terabaikan karena sibuk mengobrol.
= = =
YOONGI OPPA :)
Comment on chapter #prolog