Suhu rendah di malam hari membuat suasana lebih mencekam. Ditambah keheningan yang saat ini sedang menyelimuti kediaman keluarga Yerin. Ayahnya, Park Woohyun ingin membicarakan hal yang penting dengan Yerin.
Park Woohyun berdeham. "Apa masalahmu dengan Seokjin?" tanyanya pada Yerin.
"Ne? Aku tidak mengerti maksud appa." ucap Yerin.
"Apa yang membuat kau tidak bisa menjalin hubungan dengan Seokjin?"
"Appa, kami sudah berteman lama, dan aku merasa hubungan kami cukup baik dan sekarang akan menjadi buruk karena perjodohan yang sudah appa buat." Yerin nyaris tidak bisa mengontrol emosinya.
"Apakah tidak ada alasan yang lebih kuat selain itu? Kau tahu? Seokjin rela mengorbankan..." ucapan Park Woohyun terhenti. Ia tidak bisa memberi tahu jika Seokjin memendam perasaan kepada Yerin, seperti permintaan Seokjin.
"Mengorbankan apa?" tanya Yerin penasaran.
"Aniya, eopseo. Seokjin membatalkan perjodohan ini, tetapi appa mohon tetap jaga hubunganmu dengan Seokjin seperti sebelumnya, jangan sampai appa mendengar laporan jika hubungan kalian merenggang." Park Woohyun menegaskan.
"Benar-benar dibatalkan? Gomawo appa." kata Yerin sambil tersenyum, lalu memeluk ayahnya.
Jung Hana pun tiba sambil meletakkan nampan dengan 3 cokelat hangat di atasnya. "Ada apa ini? Apakah kalian tega menyembunyikan rahasia seperti ini?"
"Aku bawa cokelat ini, eomma." kata Yerin sambil mengambil salah satu cangkir dan kemudian berjalan menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Yerin langsung memgambil ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.
Kim Seokjin
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya panggilan itu terhubung.
"Yeoboseyo.."
"Seokjin-a! Gomawo sudah mengatakan pada appa mengenai perjodohan ini. Aku tidak menyangka kau akan benar-benar membatalkannya."
Terdengar helaan napas Seokjin. "Lebih baik seperti ini, aku juga tidak mau hubungan pertemanan kita kacau hanya karena perjodohan yang memaksa ini."
"Jeongmal gomawoyo. Aku akan mentraktirmu sepulang sekolah, kau juga bisa ajak Cheonsae jika dia mau."
"Apa kau yakin mengajak hoobae yang pernah membuat seragammu basah?"
Yerin terkekeh. "Gwaenchanha, aku juga ingin mengenal hoobae-ku lebih baik."
"Sampai jumpa besok, kau harus belajar."
"Heol, jadi melakukan panggilan dengan siswa teladan sepertinya memiliki waktu maksimal 5 menit. Baiklah aku juga tidak ingin mengganggu waktu belajarmu, sampai jumpa."
Sambungan terputus. Entah siapa yang lebih dulu memutuskan sambungan, tetapi Yerin sangat bahagia malam ini. Masa depannya tidak akan terkekang oleh perjodohan yang dibuat ayahnya.
Di sisi lain, Seokjin berusaha keras menghapus air matanya yang turun tanpa permisi. Sebenarnya setelah ia meminta Yerin untuk belajar, ia sudah menjauhkan posisi ponsel dari telinganya. Ia tidak ingin Yerin mendengar suara isakannya.
Baginya, kebahagiaan Yerin sudah cukup untuk membalas perasaan yang selama ini ia pendam.
= = =
Sejak pulang sekolah, Cheonsae sibuk memandangi nomor baru yang tersimpan di ponselnya. Ia bimbang dan ragu apakah ia perlu mengirim pesan kepada Yoongi, dan pemikiran itu membuat langit menjadi gelap. Ia tidak sadar sudah berdiam selama beberapa jam hingga malam tiba.
"Ah eotteohke eomma.." rengek Cheonsae.
Ia terus memandangi nama yang tertulis disana, 'Yoongi sunbae' nama yang ia tulis untuk Yoongi.
Tetapi keberuntungan tidak berada di pihaknya. Ponselnya hampir jatuh dan itu membuat ia tidak sengaja menekan tombol untuk menghubungi nomor itu.
"Mwo? Cheonsae-ya! Neo jugeullae?!" umpat Cheonsae pada dirinya sendiri.
Tidak lama panggilan itu terhubung. Perlahan Cheonsae mendekatkan ponsel itu ke telinganya.
"Oppa-- ah ani, sunbae, joesonghamnida, aku tidak sengaja menekan tombol ini karena ponselku hampir terjatuh."
"Apakah ini Cheonsae?"
"Ne maja. Joesonghaeyo sudah mengganggu waktu sunbae untuk belajar."
"Gwaenchanha, kau sendiri tidak belajar?"
Cheonsae harus menjaga citra dirinya, tidak akan lucu jika ia berkata sejak tadi ia memandangi nomor Yoongi. "Sebenarnya aku sedang belajar dan ingin menghubungi temanku untuk menanyakan tugas, tetapi aku salah menekan nomor."
"Kau tadi berkata jika ponselmu hampir terjatuh, makanya kau tidak sengaja menghubungiku, tetapi sekarang.."
Menyadari kesalahannya, Cheonsae langsung menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal. "Ah sunbae, mian, eomma memanggilku, lebih baik kau melanjutkan belajarmu. Sekali lagi joesonghaeyo.."
Panggilan langsung diputus oleh Cheonsae. Ia tidak tahu harus bagaimana ketika ia bertemu Yoongi di sekolah esok.
"Mungkin bahu Seokjin oppa bisa menutupi tubuhku untuk keluar dari area parkir." gurau Cheonsae, mengingat Seokjin memiliki bahu yang cukup lebar.
Tidak lama, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Ia pun bangkit dan membuka pintu.
"Aku mendengar kau menyebut bahuku." ucap Seokjin sambil bersandar di ambang pintu kamar Cheonsae.
"Mworago? Aku tidak menyangka kau mudah berhalusinasi." jawab Cheonsae dengan gamblang.
"Siapa yang kau sebut oppa atau sunbae tadi?" tanya Seokjin.
Cheonsae langsung terbatuk karena seseorang di hadapannya itu mendengar semua pembicaraannya dengan Yoongi.
"A-aku sedang menanyakan beberapa hal kepada sunbae yang aku kenal dari kelas 2, memangnya ada apa?"
"Oh.." Seokjin pun berjalan meninggalkan kamar Cheonsae dan menuju lantai bawah.
"Yang dijodohkan oppa dan Yerin eonni, tetapi aku yang merasa terkekang." gerutu Cheonsae sambil menutup pintu kamarnya.
= = =
Ketika mendapat panggilan dari Cheonsae, ketiga sahabat karib Yoongi sedang berkumpul di rumahnya. Mereka juga mendengar semua yang dikatakan Cheonsae, dan mereka juga membantu Yoongi menjawab panggilan itu.
"Sepertinya Cheonsae mulai salah tingkah." kata Jungkook.
"Dan sama seperti dugaanku, dia akan menghubungimu, bukan hanya mengirim pesan." sambung Jimin.
"Aku yakin sekali saja kau menunjukkan kedekatanmu dengan dia di sekolah, maka seluruh siswa akan mengatakan jika kalian berkencan." kata Taehyung.
"Apa yang akan aku lakukan jika kepala sekolah mendengar kabar itu?" tanya Yoongi.
"Mengapa kau harus pusing memikirkannya? Jawab saja serampangan, toh sebentar lagi kau meninggalkan sekolah karena lulus. Jadi kepala sekolah itu tidak akan terus menanyakan berbagai hal padamu." jawab Taehyung.
"Atau kau ajak Cheonsae pergi, dan kami akan menjadi agen dispatch untuk menyebar rumor kencan kalian. Itu lebih cepat." usul Jungkook.
"Taecam in your area..." imbuh Jimin.
"Ya! Seharusnya aku yang mengatakan itu." gerutu Taehyung karena Jimin mendahuluinya untuk mengucapkan slogan.
"Sebenarnya ini dare untukku, tetapi sepertinya kalian yang lebih bersemangat daripada aku." cibir Yoongi.
Melupakan permainan mereka sejenak, Jungkook teringat sesuatu.
"Bagaimana hubungan Yerin dan Seokjin? Aku penasaran, apakah mereka masih melanjutkan hubungan atau sudah berakhir?"
"Jika masih berlanjut, mereka sangat hebat menutupi semuanya." pikir Jimin.
"Tetapi sepertinya masih berlanjut. Yoongi-ya, bukankah kau juga melihat Yerin pulang bersama Seokjin beberapa hari yang lalu?"
"Ah maja. Aku dan Taecam melihatnya dengan jelas, Yerin masuk ke mobil Seokjin." imbuh Yoongi.
"Bisakah kau cari rekaman cctv yang menunjukkan kedekatan mereka?" tanya Jungkook. Sebenarnya ia meminta tolong.
"Untuk apa? Sepertinya kau memiliki dendam pada Seokjin." canda Jimin.
"Aniya, aku hanya ragu terhadap semua bukti yang kalian katakan." sahut Jungkook.
"Jika hanya membobol rekaman cctv, mengapa tidak sekarang saja?" Yoongi menawarkan. Waktu menunjukkan pukul 7 malam dan itu tidak masalah jika mereka ke sekolah sekarang.
"Call!" seru Jungkook.
Mereka pun meminta ijin pada orang tua Yoongi untuk pergi menyegarkan pikiran sebentar. Dan segera setelah itu dengan mobil yang dibawa Jimin, mereka menuju gedung sekolah.
Satpam sedang berjaga di depan gerbang, tetapi bukan hal sulit jika ada Drama King, Taehyung disana.
"Sillyehamnida." ucap Taehyung.
"Ada apa kalian kemari malam-malam? Tidak ada kelas tambahan untuk siswa kelas 3 hari ini."
"Aniya, begini, saya meninggalkan ponsel didalam kelas dan saya harus mengambilnya untuk menghubungi kedua orang tua saya di Daegu, teman-teman saya tidak memiliki nomor orang tua saya, dan saya juga tidak mengingat nomornya."
"Apakah tidak bisa besok pagi saja?"
"Masalahnya, saya mendengar kabar jika adik sepupu saya mengalami kecelakaan, apakah saya tidak diijinkan masuk dan mengambil ponsel?"
"Kami hanya butuh waktu sebentar untuk menuju lantai 2 dan mengambil ponselnya, tolong beri ijin." Yoongi membantu.
"Baiklah, setelah mengambil segera kembali. Ruang kelas tidak dikunci, kalian bisa kesana."
"Kamsahamnida." ucap Taehyung dan Yoongi bersamaan. Segera setelah itu mereka berjalan menuju ruang pengendali cctv, bukan ruang kelas.
Ketika dalam perjalanan, Yoongi menyadari sesuatu. "Taehyung-a, sejak kapan kau memiliki adik sepupu?"
"Nado molla." kata Taehyung sambil tertawa kecil.
Tidak lama, mereka tiba di ruang pengendali cctv. Taehyung mencoba membantu tetapi ia gagal, semuanya memakai kata sandi.
"Sudah kuduga mereka memasang kata sandi. Tenang saja, ini kata sandi tingkat rendah." kata Yoongi sambil melemaskan jari-jarinya dan kemudian langsung meluncurkan aksinya. Semua video rekaman itu kini dapat diakses.
Dengan cepat, Yoongi memindah rekaman di ruang osis dan area parkir ke dalam harddisk yang ia bawa. Sedangkan Taehyung mengawasi keadaan di luar.
"Kajja." kata Yoongi.
"Sudah selesai?" Taehyung terkejut.
Yoongi mengangguk. "Keadaan aman kan? Dan kita harus melalui jalan lain, pakai topimu."
Mereka keluar dari gedung sekolah dengan jalur yang terhindar dari cctv.
"Kalian lama sekali." sambut satpam yang awalnya sibuk mengobrol dengan Jimin dan Jungkook.
"Disana gelap, kami juga salah jalan. Geunde, kamsahamnida sudah diijinkan mengambil ponsel." kata Taehyung.
"Kalian segera pulang dan beristirahat, besok bukan hari libur." ucap satpam itu.
Setelah berpamitan mereka pun meninggalkan area sekolah. Jimin pun mengantar ketiga temannya ke rumah mereka, dan kembali ke rumahnya setelah itu.
= = =
YOONGI OPPA :)
Comment on chapter #prolog