Loading...
Logo TinLit
Read Story - Truth Or Dare
MENU
About Us  

Musim dingin mulai meninggalkan Korea dan seluruh penduduk kini menyambut datangnya musim semi. Begitu juga para pelajar yang akan menghadapi tahun ajaran baru.

Yang biasa dinanti ketika tahun ajaran baru adalah ratusan siswa baru. Termasuk Taehyung, dari awal dia bertekad mengajak hoobae yang 2 tahun di bawahnya untuk berkencan.

Hanya saja, ini adalah tahun terakhir Yoongi bersekolah disana. Setelah sekian lama akhirnya ia akan segera lulus.

"Aku mendengar kabar jika putri pemilik sekolah kita berada disini. Apa kalian mendengar kabar itu juga?" tanya Jimin. Ia dan kawan-kawannya itu sedang berada di foodcourt.

"So what?" ucap Jungkook, ketus. Ia tidak suka mendengar hal-hal yang berhubungan dengan kepala sekolah, orang yang membuat banyak tata tertib.

"Kau tidak ingin mencari tahu? Ini bisa menjadi hal hebat jika kita mengetahui data-data siswa baru sebelum orang lain tahu." kata Taehyung.

"Apakah itu perlu?" tanya Yoongi ragu. "Jika kau mau, kirim satu paket ayam ke rumahku nanti malam. Akan ku pastikan kalian mendapat daftar lengkap siswa baru."

"Call!" Seru Taehyung.

Sepulang sekolah Yoongi langsung fokus di hadapan komputer dan laptopnya. Ia juga menyediakan sebuah harddisk untuk menyimpan berbagai file nanti.

Di saat seperti ini, ia mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya. Tetapi kali ini ia tidak mematikan ponselnya karena ia sendiri lupa dimana ia meletakkan ponsel setibanya di rumah.

"Jadi Yoongi, seberapa hebat kemampuanmu?" tanya Yoongi pada dirinya sendiri.

Jari-jarinya langsung melakukan tugas masing-masing. Dengan handal, hacker ini mengambil data-data sekolah yang masih dirahasiakan. Bahkan mungkin tidak semua guru mengetahui daftar lengkap para siswa.

Ya, benar. Yoongi adalah seorang hacker yang berada di batas wajar. Ia pernah membantu yayasan milik ayahnya yang mengalami kecurangan dalam kerjasama bisnis, ia berhasil mencari bukti dan pihak yang melakukan kecurangan itu berhasil dituntut.

Kemampuannya semakin meningkat. Dalam waktu kurang dari 20 menit, data lengkap siswa baru sudah tersimpan di dalam harddisk-nya. Ia mulai melihat-lihat siswa yang dimulai dengan marga Kim, untuk menemukan putri kepala sekolah mereka.

"Woah jinjja, ada puluhan siswa bermarga Kim..." gumam Yoongi yang detik selanjutnya menghentikan pergerakan mouse, ia mendapati sebuah nama. "Aku menemukannya."

= = =

Taehyung dan kedua temannya pergi ke rumah Yoongi dengan membawa satu kotak besar berisi ayam goreng. Mereka disambut Choi Mina, ibu Yoongi.

"Kalian langsung ke kamarnya saja, jika ingin minum kalian tahu letaknya kan?"

"Ne ahjumma." jawab ketiga laki-laki itu kompak.

Mereka langsung menuju kamar Yoongi di lantai atas. Baru saja Taehyung membuka pintu, Yoongi langsung berkata, "Tolong siapapun hubungi ponselku. Sejak sore tadi aku belum bisa menemukan ponselku."

"Kebiasaan. Pastikan ponselmu tidak dalam silent mode atau airplane mode." Jimin memperingatkan.

Tak lama, Choi Mina pun memanggil, "Yoongi-ya, ponselmu berada di dapur, bagaimana bisa kau meletakkan disini?"

"Ah maja. Sebelum ke kamar aku mengambil air minum disana." kata Yoongi sambil menyengir. Sebelum keluar, ia berpesan kepada teman-temannya, "Aku sudah menemukan yang kita, ah ani, yang Taehyung cari."

Taehyung langsung menuju meja kerja Yoongi, begitu pula Jungkook dan Jimin yang pada akhirnya juga ingin tahu.

"Kim Cheonsae. Apakah dia akan secantik namanya?" gumam Jungkook.

"Lihatlah fotonya, dia memiliki wajah yang mungil. Uri hoobae neomu kyeopta." imbuh Jimin.

"Tidak seperti ekspetasiku." canda Taehyung.

Yoongi pun datang dengan 8 kaleng soda yang bermacam jenis. "Bagaimana?"

"Sepertinya kita harus meninjau secara langsung. Terkadang foto berbeda dengan wujud asli." kata Taehyung.

"Ya mworago?" Jimin terkekeh.

"Geunde, Taehyung benar. Aku juga ingin melihatnya secara langsung." imbuh Jungkook.

"Ah lebih baik kita nikmati hidangan saat ini." ajak Yoongi. Mereka pun menuju meja kecil yang diturunkan Yoongi--dari posisi tertempel pada dinding--sebagai meja makan.

Di tengah perbincangan, Jungkook menanyakan sesuatu.

"Yoongi-ya, apa kau masih saling mengirim pesan dengan Yerin?"

"Aniya. Wae?" jawab Yoongi sebelum meminum soda miliknya.

"Bukankah Yerin bersama Seokjin?" cetus Jimin tiba-tiba.

"Mwo?!" pekik Yoongi, Taehyung, dan Jungkook bersamaan.

Jimin terbatuk. "Ya! Bisakah kalian tidak bersamaan jika terkejut? Dan bagaimana bisa kalian tidak mengetahui hal ini?"

"Aku sama sekali tidak mendengar kabar itu." kata Jungkook.

"Padahal kau dulu berada di sekolah dasar yang sama dengannya, apa kalian tidak lagi berteman baik?" ledek Taehyung.

"Neo jugeullae?" ucap Jungkook dengan ekspresi datar. Ia pun menghela napas kemudian. "Aku bukan tipe orang yang suka berteman dengan orang yang terlalu tertib, bahkan siswa teladan sepertinya."

"Aku merasakan kesedihanmu." imbuh Yoongi sambil menepuk bahu Jungkook, menunjukkan rasa simpati.

"Geunde, sejak kapan mereka dekat? Bagaimana kau tahu?" Taehyung masih penasaran.

"Ku rasa hanya aku yang tahu hal ini, beberapa hari setelah prom akhir tahun dimana Yoongi dan Yerin menjadi Queen and King--"

"Kau tidak perlu menyebutkan hal yang sudah terjadi setahun yang lalu." tegas Yoongi.

Jimin menyengir. "Ah mian. Aku melihat Yerin bersama Seokjin di ruang OSIS, kalian tahu sendiri jika tidak ada yang boleh memasuki ruangan itu selain anggota osis."

"Kau sendiri berkeliaran di daerah itu." celoteh Yoongi.

"Mungkin saja mereka sedang membicarakan sesuatu." Jungkook berpikiran positif.

"Aniya. Dengarkan aku." Jimin memelankan suaranya. "Aku melihat Yerin berdiri di dekat meja dan Seokjin berdiri di depannya. Ia membelakangiku. Awalnya ku kira mereka memang hanya mengobrol biasa, tetapi tidak, mereka sedang berciuman."

"Mwo?!" pekik ketiga orang itu, lagi.

"Geurae, bahkan Seokjin memindah posisi Yerin dan membuatnya bersandar di dinding. Setelah itu aku langsung membatalkan niatku ke perpustakaan dan pulang. Tamat." Jimin tersenyum, seperti seorang pengasuh yang selesai membacakan dongeng.

"Wanjon daebak.. Wakil ketua osis dan siswa teladan itu benar-benar patut menjadi teladan." celoteh Taehyung.

"Tetapi bagaimana mungkin tidak muncul rumor sama sekali tentang mereka?" logika Yoongi mulai berjalan.

"Aku juga tidak tahu. Sepertinya mereka menjaga rahasia itu dengan sangat baik." pikir Jimin.

= = =

Yerin memandang sebuah foto di ponselnya. Foto seorang gadis yang berhasil membuat tangannya mengepal. Sontak, ia langsung melempar ponselnya, entah kemana. Sepertinya ia memiliki sebuah dendam yang cukup besar kepada gadis itu, padahal ia belum pernah sekadar menyapa atau bahkan bertemu dengan gadis itu.

Ia pun menuju ke balkon kamarnya, mencari udara dingin di malam hari yang bisa menenangkannya.

"Kim Cheonsae-ya, akan ku pastikan kau tidak bersekolah dengan nyaman. Mian, kau harus menanggung semua kesalahan yang bahkan kau tidak tahu apa itu." ucapnya sambil tersenyum kecut. Ia tidak tahu apalagi yang bisa ia jadikan tempat pelampiasan selain ini.

Seseorang pun memanggilnya. Rupanya itu ibunya yang sudah berdiri di ambang pintu balkon.

"Eomma? Ada apa?"

"Temui calonmu. Dia di bawah, orangtuanya juga datang." ucap Jung Hana, ibu Yerin.

"Jangan panggil dia calonku atau apapun itu, sampai kapanpun aku tidak akan setuju."

"Eomma juga tidak mau hal ini terjadi, tetapi setidaknya temuilah."

Yerin pun keluar dari kamar bersama ibunya. Ia pun duduk di samping seseorang yang disebut 'calon' oleh ibunya. Pria itu, Kim Seokjin.

"Apakah Seokjin sudah setuju?" tanya Park Woohyun, ayah Yerin.

"Seokjin adalah anak yang sangat mengerti orang tuanya. Yerin sendiri bagaimana?" giliran Kim Dareum yang bertanya.

"Joesonghamnida, saya permisi." kata Yerin yang kemudian meninggalkan ruang tamu menuju halaman depan rumahnya.

"Seokjin-a, kau susul dia, ya?" Pinta Park Woohyun.

Dengan mengangguk, Seokjin berkata, "Ne, saya permisi."

Yerin duduk di ayunan kayu dan terus memandang kakinya dengan keadaan ayunan yang berhenti. Ia menahan tangisnya sejak keluar dari kamar dan kini pipinya sudah basah. Ia benar-benar tidak menyukai hal gila yang dilakukan ayahnya.

"Yerin-a." panggil Seokjin pelan.

"Mwo? Mengapa kau disini? Pergi dan katakan kau menolak perjodohan bodoh ini." tegas Yerin.

Seokjin terdiam. Ia tidak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, ia ingin membatalkan perjodohan antara kedua orangtua yang berteman baik itu, akan tetapi di sisi lain ia tidak sanggup menghapus perasaan yang sudah ia pendam sejak lama, kepada Yerin.

"Yerin-a. Perlu kau tahu, ayahmu yang mengusulkan perjodohan ini, jadi aku yakin kau bisa menghentikan ini semua."

"Jika aku bisa, sudah sejak perjodohan ini dibatalkan." ucap Yerin dengan suara lirih.

"Aku akan membatalkan ini semua. Jangan berpikir jika hidupmu akan berhenti karena perjodohan."

Perlahan, Yerin mengangkat wajahnya, memandang Seokjin yang berdiri di samping ayunan. "Apa maksudmu?"

"Meskipun ayahmu yang memulai, akan ku buat ayahku mengakhirinya."

"Seokjin-a..."

Sebuah senyum tipis terukir di wajah Seokjin. "Berjanjilah, kau tidak akan memperlihatkan air matamu lagi saat bertemu denganku."

Yerin tersenyum. Ia langsung berdiri dan memeluk Seokjin. "Gomawo."

Bukannya membalas pelukan Yerin, Seokjin hanya menepuk punggung Yerin beberapa kali dan menghapus air mata yang nyaris menetes. Ia tidak bisa membiarkan Yerin melihatnya bersedih dan ia harus segera menghapus segala perasaannya.

= = =

Yoongi dan ketiga temannya belum menyudahi perkumpulan mereka. Orangtua Yoongi juga tidak masalah karena ini adalah awal tahun ajaran, meskipun mereka menginjak kelas 3 tahun ini.

Saat ini mereka sibuk membahas rencana masa depan setelah lulus dari sekolah. Setelah sekian lama akhirnya mereka bisa membahas hal yang lebih serius, untuk pertama kalinya.

"Jadi, beberapa tahun yang akan datang, kita akan bertemu dengan Jeon Jungkook sebagai seorang CEO." kata Jimin.

"Heol .. aku bahkan tidak yakin apakah aku bisa menggantikan posisi ayahku dengan baik nantinya." gurau Jungkook.

"Geunde, kita sudah hampir satu jam membicarakan masalah ini." cibir Yoongi.

Taehyung menepuk lengan Yoongi. "Ya! Bahkan setengah jam belum ada, tetapi kau berkata sudah hampir satu jam. Heol jinjja."

"Aku tidak suka memikirkan hal yang masih lama dan masih sangat jauh. Pikirkan saja yang kau hadapi saat ini, nanti, dan besok. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada hari ini, jadi jangan berpikir terlalu jauh." kata Yoongi, seperti seorang penasihat.

"Ah ne, hyung-nim." ledek Jimin.

Ponsel Jungkook bergetar. "Ya! Ya! Chingudeul! Ponsel cerdas ini mengatakan jika besok kita akan menerima tamu."

"Mworago?" tanya Taehyung--tidak mengerti.

"Full moon is coming." ucap Jungkook dengan senyum senang hingga menampakkan gigi kelincinya. Kini dia terlihat seperti kelinci yang sangat menanti bulan purnama.

Satu-satunya alasan mengapa mereka menanti bulan purnama adalah permainan T.O.D yang masih mereka mainkan. Meskipun mereka sama-sama tidak tahu siapa yang akan menjadi korbannya, tetapi mereka semua tampak sangat senang.

"Ahh wae?" keluh Yoongi. Ia hanya takut jika tantangan kali ini akan menyiksa.

Permainan kejujuran atau tantangan ini mereka lakukan setiap tiga bulan sekali, dan dalam jangka waktu itu, hanya ada satu korban.

"Kita berkumpul besok di taman dekat Namsan." cetus Jungkook.

"Mwo? Mengapa harus di sana?" tanya Jimin. Tidak biasanya mereka mengadakan permainan itu di area yang cukup terbuka. Biasanya mereka melakukannya di rooftop rumah salah satu di antara mereka.

"Mungkin kita bisa sekalian berkunjung ke Namsan tower, aku sudah lama tidak ke sana." kata Taehyung.

"Untuk mengawali tahun terakhir kita di sekolah, jadi buat tantangan yang akan sangat mengesankan kepada siapapun yang mendapatkannya." usul Yoongi.

"Geurae, maja." imbuh Jungkook.

Jimin pun melihat jam dinding di kamar Yoongi. "Sepertinya kita lebih baik pulang sekarang. Besok bukan hari libur dan kita akan melihat kedatangan para siswa baru."

"Kita juga harus menyiapkan tantangan untuk besok." kata Taehyung.

"Ingat, harus berkesan. Bukan memberatkan." Yoongi memperingatkan. Ia memiliki firasat buruk untuk hari esok.

Mereka pun berjalan keluar dari kamar Yoongi, lalu berpamitan kepada kedua orang tua Yoongi.

"Ini sudah malam, kalian harus berhati-hati." pesan Choi Mina.

"Jimin yang membawa mobil? Kalau sampai aku mendapat keluhan jika kau membawa mobil dengan kecepatan tinggi, jangan datang lagi menemui Yoongi." canda Min Dongin, ayah Yoongi.

"Ah aniya ahjussi, aku sangat taat aturan." kata Jimin, membela diri.

"Kalau begitu, kami permisi." pamit Jungkook.

Ketiga laki-laki itu pun meninggalkan kediaman Yoongi, begitu juga Yoongi yang langsung kembali masuk ke kamarnya. Ia memikirkan tantangan apa yang pantas menjadi pilihan untuk permainan mereka kali ini. Harus berkesan.

"Bagaimana jika menyebarkan rumor siswa teladan?"

= = =

annyeong yeoreobun~~
gimana bagian pertama dari cerita ini XD
semoga kalian suka~

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
My Teaser Devil Prince
6615      1689     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Sekotor itukah Aku
419      320     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Untuk Reina
26230      4014     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
Dua Sisi
8596      1953     1     
Romance
Terkadang melihat dari segala sisi itu penting, karena jika hanya melihat dari satu sisi bisa saja timbul salah paham. Seperti mereka. Mereka memilih saling menyakiti satu sama lain. -Dua Sisi- "Ketika cinta dilihat dari dua sisi berbeda"
Can You Be My D?
132      117     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
Love vs Ego
9518      2093     1     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY(MsJung0414) Choi Minho merupakan seorang pangeran vampire yang membuat keresahan didalam keluarganya dan klan vampire karena keganasannya. Untuk mengatasi keganasannya ini, keluarganya pun menyuruh Minho untuk mendekati seorang gadis pemilik kekuatan supranatural yang bisa mengembalikan Minho menjadi normal dan membawa keuntungan besar untuk bangsa vampire. Berha...
Special
1646      868     1     
Romance
Setiap orang pasti punya orang-orang yang dispesialkan. Mungkin itu sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Namun, bagaimana jika orang yang dispesialkan tidak mampu kita miliki? Bertahan atau menyerah adalah pilihan. Tentang hati yang masih saja bertahan pada cinta pertama walaupun kenyataan pahit selalu menerpa. Hingga lupa bahwa ada yang lebih pantas dispesialkan.
Ghea
483      320     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Melawan Tuhan
2941      1111     2     
Inspirational
Tenang tidak senang Senang tidak tenang Tenang senang Jadi tegang Tegang, jadi perang Namaku Raja, tapi nasibku tak seperti Raja dalam nyata. Hanya bisa bermimpi dalam keramaian kota. Hingga diriku mengerti arti cinta. Cinta yang mengajarkanku untuk tetap bisa bertahan dalam kerasnya hidup. Tanpa sedikit pun menolak cahaya yang mulai redup. Cinta datang tanpa apa apa Bukan datang...
Lentera
922      622     0     
Romance
Renata mengenal Dimas karena ketidaksengajaan. Kesepian yang dirasakan Renata akibat perceraian kedua orang tuanya membuat ia merasa nyaman dengan kehadiran lelaki itu. Dimas memberikan sebuah perasaan hangat dan mengisi tempat kosong dihatinya yang telah hilang akibat permasalahan kedua orang tuanya. Kedekatan yang terjalin diantara mereka lambat laun tanpa disadari telah membawa perasaan me...