Pak Aryanto menghela napasnya. “Mungkin kamu perlu tahu ini. Karena bapak rasa Dion gak bakalan sanggup buat ngomongin ini sama kamu.”
“Dion itu sebenarnya seumuran dengan Rangga.” Oke, perhatian Jean sepenuhnya teralihkan pada ucapan pak Aryanto. “Mereka dulu berteman baik, sangat baik.”
“Dion yang lebih banyak diam selalu diwakili oleh Rangga yang jauh lebih berada. Rangga berbicara untuk segalanya.” Jean mengerutkan keningnya, tidak paham.
“Hingga mereka beranjak dewasa dan mulai... tertarik dengan yang namanya wanita. Rangga yang lebih berani berbicara sangat mudah mendapatkan siapa yang disukanya.” Jean mendengus, ia hafal betul jika Rangga bisa dikategorikan nyaris playboy.
“Berbeda dengan Dion yang pendiam. Hingga Rangga yang tahu jika Dion menyukai seseorang, ia beriniasiatif untuk mendekatkan mereka. Saya tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Karena Dion menjadi semakin pendiam dan selalu menghindar jika ditanya mengenai Rangga.”
“Hingga Dion mengalami kecelakaan yang membuatnya terbaring koma selama satu tahun.”
“Dion kecelakaan karena apa?” Akhirnya Jean mengeluarkan suaranya.
Pak Aryanto menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak ada yang tahu pastinya seperti apa. Tapi orang-orang sudah menemukannya terjatuh tidak sadarkan diri di bawah jembatan dengan keadaan motor yang rumak parah.”
“Semenjak itu-“
“Jean?” ucapan pak Aryanto terpotong oleh panggilan Dion. “Yuk, pulang.”
~
“Jadi, gimana?” Baru saja Jean meletakkan sendoknya dan menghabiskan makanan di atas piringnya, Dion sudah mengajukan pertanyaan itu lagi.
Ditatapnya mata Dion yang tengah berbinar penuh harapan. Jean meraih gelas minumnya dan meminum minumannya untuk mengulur waktu. Ditatapnya kembali mata Dion. meremas kedua tangannya, menghalau rasa gugup yang melandanya.
“Kamu tahu...”
“Kemarin, kamu bilang untuk tidak menolak. Jadi,” ucapan Jean terpotong saat tiba-tiba Dion menarik dirinya ke dalam pelukan pria itu.
“Terima kasih.” Dion mengerat pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Jean yang membuat Jean merasa geli.
“Ah, maaf.” Dion melepaskan pelukannya begitu sadar apa yang dilakukannya membuat Jean merasa risih. Jean hanya melemparkan senyuman kecil sambil mengelus ceruk lehernya yang masih merasa geli.
~
Malam harinya, Jean tengah membereskan kamarnya. Rencananya ia akan tetap berada di sini selama satu bulan sebelum kembali pulang ke rumah, selain karena temannya yang juga memiliki pekerjaan yang sama dengannya memilih untuk mengambil libur terlebih dahulu.
Jean tengah mengemasi buku-bukunya ke dalam dus sebelum terhenti oleh suara getaran ponselnya. Diraihnya ponsel yang berada di atas kasur.
‘Bisa keluar sekarang?’
Sebuah pesan dari Rangga. Rasa khawatir dan takut mulai memenuhi pikiran Jean. Ia takut jika Rangga tahu jika dirinya menerima lamaran Dion. Diliriknya sebuah cincin yang tersemat di jari manisnya. Setelah menerima lamarannya tadi, Dion langsung mengajak Jean untuk membeli cincin.
Jean mengalihkan perhatiannya saat ponselnya kembali bergetar.
‘Aku udah di depan gang kosan, jangan lupa bawa payung. Di luar hujan’
Jantung Jean semakin berpacu mendapati Rangga sudah berada di depan. “Oke, tenang Jean. Kak Rangga bahkan gak tahu kalo lo kemarin dilamar.” Ucap Jean, meyakinkan dirinya.
Menyimpan ponselnya di dalam saku celana, Jean memilih menemui Rangga sesuai dengan keinginna pria itu. Mengambil jaket dan payung, Jean beranjak dari dalam kamarnya dan berjalan menuju ke depan gang kosannya.
Di sana nampak sebuah mobil sedan hitam yang sudah sangat Jean hafal. Dari dalamnya nampak Rangga melambaikan tangannya ke arah Jean sebelum menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Jean menarik napasnya dalam dan berjalan masuk ke dalam mobil.
~
Ada yang udah nebak sebelumnya?
Ada yang bisa nebak lagi, apa yang terjadi sama Dion setelah dia koma setahun atau nebak apa yang bakal dilakuin Rangga setelah ini?
Bantu klik tanda suka, kasih komentar, bagiin cerita ini ke teman, dan jangan lupa tinggalkan kesan pesan dan bintang untuk cerita ini.
Sampai jumpa di episode selanjutnya,
Luthfita A.S