“Maaf membuat kamu terkejut dengan kedatangan kami.”
“Saya pun sebenarnya terkejut dengan keinginan anak saya untuk melamar kamu. Terlebih selama ini saya tidak pernah melihatnya bersama perempuan, maksud saya berpacaran.”
“Tentu saya senang begitu tahu anak saya ingin melamar seorang perempuan. Akhirnya ada yang mau menerima anak saya. Tapi melihat ekspresi kamu tadi, membuat saya yakin jika Dion tidak mengatakan apapun perihal ini pada kamu.”
“Tapi, saya harap kamu mau menerimanya.”
~
“Ini sate-nya.”
Jean mengerjapkan matanya. Kemudian beralih menatap pria yang baru saja meletakkan sepiring sate dan lontong di hadapan Jean. Ia tersenyum kepada Jean sebelum duduk di samping Jean.
Jean berdehem kecil sebelum meraih makanannya. Setelah acara mengobrol di ruang tamu tadi. Kedua orang tua Jean dan Dion kompak menyuruh mereka untuk pergi berdua keluar. Dan berakhirlah mereka di sebuah rumah makan di pinggir jalan.
Memakan-makannya dengan pelan, Jean sesekali melamun. Mengingat kemunculan mendadak Dion dan kedua orang tuanya, terlebih kedatangan mereka untuk melamar Jean. Belum ada jawaban yang dikatakan Jean begitu Dion menyatakan lamarannya. Baik Dion maupun kedua orang tuanya juga tidak terlalu mendesak Jean untuk menjawab lamaran mereka.
“Ada apa?” tanya Dion mendapati Jean yang tengah melamun.
“Oh..” Jean tersentak dari lamunannya begitu mendegar suara Dion. “Bukan apa-apa.”
Dion tersenyum. “Kamu masih syok karena tiba-tiba dilamar aku?”
Jean hanya bergumam sebagai jawabannya dan memilih melanjutkan memakan makanannya.
“Yaudah, nanti kita ngobrol di depan pesawahan dekat rumah kamu. Sekarang habisin dulu makannya.” Jean hanya menganggukkan kepalanya.
~
Jean menghela napasnya begitu mereka sampai di pesawahan menuju rumahnya. Dion mematikan mesin motor milik ayah Jean, kemudian memarkirkannya di pinggir jalan dekat sawah.
“Mau ke sana?” Tawar Dion setelah melepaskan helmnya dan menunjuk ke arah hamparan sawah.
Jean menggelengkan kepalanya. “Gak usah, di sini aja.”
“Jadi? Kamu mau tahu dari mana?”
Jean terdiam sejenak, memilih pertanyaan apa yang pertama harus ia ajukan. Jujur saja, ada banyak pertanyaan di dalam pikirannya.
“Kenapa...kamu...kepikiran buat lamar aku?”
Dion tidak langsung menjawab. Ia tengah mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Jean tersebut. “Karena..aku takut kamu pergi.”
“Pergi?” jawaban Dion sukss membuat Jean yang tadinya menatap ke arah peswahan menjadi menatap Dion yang berada di hadapannya. “Pergi kemana?”
Dion menggaruk belakang kepalanya. “Em...pergi jauh dari aku?” balas Dion ragu.
Jean tersenyum kecil dan kembali melarikan pandangannya ke pesawahan. “Kamu aneh.”
Setelahnya tidak ada percakapan. Hanya ada keheningan dan sesekali suara kicauan burung. Semilir angin sore menyapu lembut kulit mereka. Mencoba menenangkan sejenak hati-hati yang tengah gaduh di dalam jiwa yang memilih saling mendiamkan.
“Jadi, ada yang mau ditanyain lagi?” Suara Dion memecahkan keheningan diantara mereka setelah sekian lama.
Jean menggelengkan kepala. “Aku cuman mau kamu cerita, bagaimana kamu bisa sampai di sini, untuk melamarkanku.”
~
Siapa yang udah nebak itu Dion? tentunya author dong, wkwkwk.
Dan gimana cerita Dion sampai bisa datang ngelamar Jean? Terus gimana sama Rangga? Hanya author yang tahu. Hahahha
Bantu klik tanda suka, kasih komentar, bagiin cerita ini ke teman, dan jangan lupa tinggalkan kesan pesan dan bintang untuk cerita ini.
Sampai jumpa di episode selanjutnya,
Luthfita A.S