Rangga menatap punggung Jean yang berjalan keluar lebih dulu. “Kenapa Jean gak ikut?”
“Oh, tadi dia bilang mau langsung ke tempat kerja kata.” Jawab Nisa sambil sibuk menatap cermin.
Rangga menyipitkan kedua matanya begitu mobil yang dikendarainya sampai di gerbang. “Terus itu, dia sama siapa?”
Nisa menatap ke arah yang sama dengan Rangga. “Oh, itu.. dia teman satu tempat kerjanya Jean.”
“Namanya siapa?”
“Lupa lagi.” Jawab Nisa cuek dan kembali menatap ke arah cermin untuk memperhatikan tatanan wajahnya.
“Kok gak tahu?”
“Bawel banget sih!” Gerutu Nisa. “Cari tahu aja sendiri! Jangan repotin orang lain!”
“PMS, ya lo?” Nisa melirik sinis ke arah Rangga sebelum kembali menatap cermin tanpa mengindahkan ucapan Rangga.
~
“Tumben langsung sini?” Heran Yani yang mendapati Jean datang dari jam biasanya.
“Mumpung lagi gak ada tugas juga, mbak. Lagian nebeng juga sama bang Anton.” Jean meletakkan tasnya dan duduk kubikelnya. “Bang, poto produk barunya udah jadi?”
“Etdah, Je. Sabar bentar napa? Duduk juga belum nih.” Anton menatap Jean kesal.
“Hehe, iya maapin bang.” Jean beralih menatap Yani. “Mbak, kalo barang yang kemarin gue tanyain udah ada?”
“Belum gue cek lagi sih, nanti gue tanyain deh.” Jawab Yani tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop.
“Yaudah gue ke belakang dulu, ya? Mau syuting.” Jean kembali bangkit dan meraih ponselnya.
“Gaya lo.” Jean hanya terkekeh pelan.
“Bang, jangan lupa photonya kirim ke e mail gue.”
“Iya, bawel banget lu!”
Jean melangkah ke dalam gudang, di sana banyak pekerja yang tengah mengemasi barang pesanan pelanggan. Di dekatinya salah seorang karyawan yang sedang mencetak pesanan. “Cieee, nambah sibuk aja nih, mbak.”
“Lu sih promosinya gencar banget!”
“Hehe, nanti juga dapet bonus.” Jean membuka ponselnya dan bersiap merekam. “Kalo gak dapet minta aja satu.”
“Terserah lu aja deh.”
Jean mulai merekam kegiatan di sana, dan tidak lupa menunjukkan beberapa pesanan milik pelanggan. Ia juga menunjukkan beberapa barang yang masih bisa dipesan. Ya, Jean bekerja sebagai admin sosial media dari sebuha toko. Sebenarnya tidak hanya ia sendiri, tapi ada seorang lagi yang sama-sama mahasiswa yang menjadi admin sepertinya. Tapi karena kuliah mereka sering kali bergantian.
~
“Widih, bang. Cakep bener ini potonya.” Puji Jean begitu melihat hasil jepretan Anton.
“Ya dong.” Bangga Anton.
“Lain kali gue yang jadi modelnya, ya bang?”
“Gak yakin gue.” Jean tertawa begitu mendengar ucapan Anton.
“Gini-gini juga, masih ada yang mau.”
“Paling dia lagi khilaf aja.”
“Sialan lu bang!”
~
Rangga menatap langit-langit kamarnya. Memainkan bola tenis yang beda di tangannya. Hari sudah semakin petang. Dan semenjak kepulangannya dari menjemput Nisa tadi, ia tidak beranjak sedikitpun dari posisinya.
“Rangga!” Rangga melirik malas ke arah pintu kamarnya.
“Apa mah?” Tanya Rangga.
“Anterin mamah ke rumah bu Dayu.”
“Deket juga, gak perlu pake acara anter segala.”
“Elah, ini anak. Mamah mau anterin pesanan mereka. Banyak banget. Kalo pake mobil kan enak gak perlu bolak-balik!”
“Males mah!”
“Seenggaknya kamu ada gunanya di sini!” Rangga ditarik paksan oleh sang mamah untuk bangun dari rebahannya.
~
oleh Luthfita A.S.