“Apaan sih, kan?” Tanya Jean yang sudah jengah dengan kelakuan Rangga yang sangat mengganggunya.
“Biar kakak anter sampe depan kelas.” Rangga menggandeng tangan Jean memasuki kampus setelah memarkirkan motor dengan benar.
“Ih, kak jangan aneh-aneh, deh.” Jean menghentakkan genggaman tangan Rangga.
“Aneh dari mana?”
“Gak usah nganter sampe depan kelas juga.”
Rangga menggelengkan kepalanya. “Pokoknya kakak anter kamu sampe depan kelas.”
Jean menghembuskan napasnya lelah, dan bersiap untuk kembali menyangkal keinginan aneh Rangga sebelum seseorang mendahuluinya. “Ih, ternyata dipake sama kakak!!”
Rangga dan Jean membalikkan tubuh mereka ke arah sumber suara. Nampak Nisa yang tengah menghentakkan kakinya dengan wajah masam melihat motor yang seharusnya ia gunakan berada di tangan kakaknya. “Gara-gara kakak, aku harus pake angkot!”
“Terus?” Tanya Rangga santai.
“Ish!” Nisa menghentakkan kakinya kembali sebelum mendekati Rangga dan meraih kunci motor yang berada di genggaman Rangga.
“Eh, apaan sih?!”
“Siniin kuncinya!” Nisa mencoba menggapai kunci motor.
“Terus kakak pulang pake apa?”
“Pake angkot sana!”
“Kakak gak bawa uang, tega bener kamu!”
“Aku juga tadi harus pake uang jajanku dulu!”
“Kamu kan bisa minta lagi sama mama papa.”
“Tiga hari lagi baru dikasih.” Rengek Nisa.
“Uang aku tinggal dua puluh ribu kak~”
“Yaudah, nanti kalo mau pulang bilang aja. Biar nanti dijemput.”
“Janji?” Nisa menyodorkan jari kelingkingnya.
“Apaan sih kayak anak kecil aja.” Rangga menepis tangan Nisa dan memilih meraih helm. Ia mengurungkan niatnya mengantar Jean hingga ke depan kelas, daripada ia harus terus direcoki adiknya yang tengah merajuk ini.
“Jean langsung ke kelas, jangan nyimpang dulu.” Peringat Rangga yang sudah berada di atas motor. Jean memutar matanya malas.
“Mau nyimpang kemana coba,” Bukan Jean yang membalas melainkan Nisa.
“Udah sana balik, ngerusak pemandangan kampus aja.”
“Gak gue jemput tau rasa lo!” Ancam Rangga.
“Gue bilangin mama nih!”
>>>>><<<<<
“Lo tadi dijemput sama kak Rangga?” Nisa dan Jean tengah berada di koridor menuju kelas mereka.
Jean menganggukkan kepalanya. “Dari semalam maksa banget mau jemput. Terus tadi pagi udah ada di depan aja.”
“Kakak gue udah jadi bucinnya Jean nih.” Goda Nisa.
“Apaan coba.”
“Eh, kemarin gue liat pementasan kalian di youtube. Gila keren banget!!” Ujar Nisa dengan semangat.
“Makasih.”
“Pantesan setiap latihan kak Rangga semangat mulu sampe lupa buat nyari kerja, tahunya pasangannya kamu.” Goda Nisa kembali.
“Udahlah, Nis.” Jean masuk lebih dahulu ke dalam kelas.
Di dalam kelas sudah ada Gina yang tengah fokus pada layar laptopnya.
“Bagian persentasi lo?” Tanya Jean yang baru saja duduk di kursi yang berada di belakang Gina.
Gina menganggukkan kepalanya. “Tapi ini, ppt-nya berantakan, jadi mesti diedit lagi. Mana bentar lagi masuk.”
“Gue cuman bisa bantu doa aja, Gin.” Balas Nisa sambil mengangkat kedua tangannya, seolah-olah tengah berdoa.
“Bacot lo!” Jean dan Nisa tertawa melihat wajah kesal Gina.
~
Masih inget sama Nisa dan Gina? Hehe, aku udah lama banget gak munculim mereka berdua.
Oke pantengin terus cerita ini, jangan lupa klik tombol suka, kasih komen, kasih bintang, dan bagikan keteman-teman kalian.
Terima kasih,
Luthfita A.S.