Jean berjalan dengan terburu-buru ke arah toilet umum. Ia sudah tidak tahan untuk buang air kecil. Tapi sayang begitu sampai toiletnya sudah beisi. Sambil menahan diri Jean memilih mengantri dengan sabar.
“Hai,” Sapa seseorang yang membuat bulu kuduk Jean berdiri. Pasalnya ini sudah larut, dan ia berada di toilet umum.
Dengan berlahan Jean menatap kesumber suara. Ia menghela napas karena yang didapatinya bukan hantu, melainkan seseorang yang juga tengah mengantri. “Hai.” Balas Jean.
“Gimana tadi latihannya?”
“Lumayan.”
“Hm?”
“Lo sendiri gimana?” tanya balik Jean.
“Kurang baik.”
“Lo lagi sakit?”
“Enggak.”
“Cuman karena cuaca panas, bikin mata silau dan kaca mataku berembun.” Sambung Dion.
“Iya sih, bikin susah fokus karena silau. Moga aja besok cuacanya gak terik banget kayak tadi.” Dion menganggukkan kepalanya.
“Aku duluan, ya?” Dion berjalan masuk ke dalam toilet begitu pintu toilet terbuka.
Namun langkahnya terhenti saat melihat orang yang keluar adalah Rangga, yang langsung menghujami Dion dengan tatapan tajam.
“Ngapain lo ada di sini?” Tanya Rangga tidak bersahabat.
“Kak, dimana-mana orang ngantri depan toilet, itu mau ke toilet lah.” Balas Jean.
“Berdua?”
“Gak sengaja ketemu, sensi amat sih.” Lagi-lagi Jean membalas. “buruan keluar itu Dion mau masuk!” Rangga melangkah keluar dari dalam toilet.
“Ini siapa sih lama amat dari tadi.” Jean mengetuk pintu toilet. “Buruan!”
“Giliran sama Dion aja anteng.” Ucap Rangga yang masih berdiri di depan toilet.
Jean memutar bola matanya, malas.
“Buruan!! Udah gak tahan!!” Jean kembali menggedor pintu toilet.
Tak lama berselang, seseorang keluar dari toilet.
“Hah, ngemplong banget.” Ucap Dias sambil mengusap perutnya lega.
“Ih, lo absi berak, ya?” Jean mengibaskan tangannya di depan hidung.
“Iya, kenapa?”
“Eh, kak.” Dias tersenyum menahan malu saat mendapati Rangga berada di sana.
“Udahlah, awas! Gue udah gak tahan!” Jean menarik baju Dias dan segera masuk ke dalam toilet.
Dias memberikan senyuman kepada Rangga, sebelum mengedarkan pandangannya ke sekitar. “Kak? Liat Ita, gak?”
Rangga menggelengkan kepalanya.
“Ih, padahal tadi udah disuruh nunggu.” Ujar Dias sebal.
“Yaudah, sana balik.”
“Takuttt.” Rangga mengangkat sebelah alisnya. “Anterin.” Dias memandang Rangga penuh harap.
“L-“
Pintu toilet yang berada di belakang Rangga terbuka, dan menampakkan Dion. “Nah, lo balik sama Dion aja. Gue kan masih nungguin Jean.”
Dion menatap bingung ke arah Rangga lalu ke arah Dias yang kini memasang wajah cemberut. “Mau bareng?” tanya Dion pada Dias.
“Dari pada lo balik sendiri. Nanti~” Tambah Rangga dengan nada menakut-nakuti.
“Is! Buruan!” Dias menghentakkan kakinya kesal. Dion berjalan terlebih dahulu ke arah bangunan tempat sementara mereka menginap, diikuti oleh Dias yang masi saja menghentakkan kakinya sebal.
“Nanti mereka denger suara kaki lo!!” Teriak Rangga yang membuat Dias berhenti menghentakkan kakinya dan semakin merapatkan diri pada Dion.
Rangga terkekeh puas melihat hal itu. Setidaknya dia punya acara menjauhkan Dion dari Jean melalui mantannya itu.
~
Oleh Luthfita A.S.