Jean segera berlari ke dalam gedung. Ia sudah sangat terlampat datang. Terdengar bunyi alunan musik yang masih tidak beraturan. Jean segera menedekati asal bunyi itu. semakin ia dekat dengan bunyi itu, semakin ia mendekati panggung pertunjukan.
Jean berhenti berlari dan berdiri di samping salah seorang temannya yang sedang menunggu gilirannya untuk mencoba gerakan yang dilatih Rangga.
Rangga terlihat sedang memperhatikan setiap gerakkan yang sudah ia contohkan. Jean langsung melihat para pemain musik. Dion terlihat sangat kecapean. Wajahnya penuh dengan keringat dan kaca matanya terlihat berembun. Jean melihat tas semampangnya yang berisi jas hujan Dion.
“Udah selesai kerjaannya?” tanya Rangga tiba-tiba sambil berjalan menghampiri Jean.
Jean menatap Rangga. “Aku membolos dua jam waktu kerjaku.”
“Alasan itu tidak menghindarkanmu dari hukuman.”
“Hah?” Rangga mengangkat kedua halisnya dan tersenyum puas pada Jean.
“Ikut aku. Ku harap kau tahan dengan hukuman ini.” Rangga berjalan menuju belakang panggung. Jean mengikutinya dari belakang.
“Kau mencari kesempatan dalam kesempitan.”
“Aku tidak berpikir seperti itu, Te. Aku hanya senang karena ini rencanaku.” Rangga meraih handphonenya. “Ku kirim videonya padamu dan kau pelajari itu sendiri karena aku sibuk dengan mereka, oke?”
Jean mengeluarkan handphonenya. “Kau gila mengambil dua pekerjaan sekaligus.”
“Tiga.” Tegas Jean. “Dari pada aku melamun.”
“Kau mencoba menyindirku?”
“Belum aku coba. Kau mau aku mencobanya?”
“Ku harap tidak.” Rangga menyimpan kembali handphonenya dan kembali pergi ke atas panggung.
>>>>><<<<<
Jean melihat video yang baru saja dikirim oleh Rangga. Ia meletakkan handphonenya sambil mencoba gerakan tangan sesuai dengan video. Sesekali ia tertawa dan kebingungan mempraktekannya. Jean berdiri dan mencoba mengikuti gerakan pada video itu secara keseluruhan.
Tubuhnya mulai panas dan berkeringat setelah ia mencobanya berulang kali. Jean mulai terbiasa dengan musik yang di putar dalam video. Gerakannya pun mulai lancar.
Rangga menghampiri Jean yang masih latihan. Rangga tertawa kecil melihat gerakan Jean yang dilakukan seenaknya dan tidak sesuai dengan video yang ia berikan. Rangga berdiri disamping Jean.
“Woh!” ucap Jean saat ia berbalik dan melihat Rangga yang tiba-tiba sudah berada disampingnya. Jean tidak bisa menahan tubuhnya yang mulai tak seimbang dan terjatuh.
“Kaget?” Tanya Rangga.
“Au…” Rengek Jean sambil memegang pergelangan kakinya.
“Keseleo?” Rangga jongkok dan memegang pergelangan kaki Jean. “Biar kakak pijit.”
“Gak, gak, gak, gak usah.” Tolak Jean.
“Kenapa?”
“Kakak …”
“Jangan buruk sangka gitu. Aku beneran mau nolongin, nih. Mana yang sakit?” Potong Rangga.
Dengan ragu Jean menunjukan bagian kakinya yang sakit. Rangga mencoba memijit kaki Jean dengan hati-hati. Beberapa kali Jean mengerutkan dahinya menahan rasa sakit.
“Kak berhenti dulu.” Rangga berhenti memijit. “Kakiku masih sakit, kak.”
“Rangga.” Panggil seseorang. Rangga membalikkan tubuhnya menghadap orang itu. “Kamu ditunggu di panggung.”
“Eh Dion. Hari ini aku inget. Makasih jas hujannya, ya.” Jean mengeluarkan jas hujan milik Dion dan memberikannya kembali.
Dion mengangguk kecil dan tersenyum sambil mengambil kembali jas hujannnya dari Jean. Rangga menatap Jean penuh curiga.
“Ya udah aku pergi dulu.” Ucap Rangga sambil menurunkan kaki Jean dengan kesal.
“Au…” Rengek Jean. Rangga tidak memperdulikannya dan terus berjalan menuju panggung.
“Kaki kamu kenapa?” Tanya Dion
“Dion.” Panggil Rangga kesal. Dion segera pergi mengikuti Rangga.
Jean cemberut sambil menatap kakinya yang masih sakit.
>>>>><<<<<
Oleh Luthfita A.S