“Ada apa?” Orang itu menyodorkan sebuah jas hujan pada Jean.
“Pakailah,” Jean ragu-ragu mengambil jas hujan itu. “Tidak apa-apa. Pakai saja.”
Jean mengambil jas hujan itu dari tangan orang itu. Orang itu tersenyum pada Jean sebelum ia kembali ke dalam mobilnya dan meninggalkan Jean. Jean melambai kepada mobil itu hingga bayangannya hilang ditelan tirai hujan yang masih lebat.
>>>>><<<<<
Sesampainya di kosan, Jean langsung mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Ponsel Jean berdering. Jean meletakkan handuknya. Ia mencari ponselnya di dalam tas miliknya.
‘Halo, Jean. Maaf tadi kita belum kenalan. Namaku Dion.’
Sebuah pesan dari orang itu. Jean tersenyum kecil. Ia ingat jika tadi ia tidak bertanya siapa nama orang itu.
‘Oh, iya. Aku juga lupa.’ Balas Jean sambil menatap jas hujan milik orang itu.
‘Aku hanya ingin bilang padamu untuk mengembalikan jas itu di gedung teater saja. Karena jika kau kembalikannya di kampus mungkin kau tahu bagaimana sikap teman-temanku nanti. (.’
‘Oke. Besok sore. Bye.’
‘See you, bye.’
Jean terlamun sejenak. Ia mengerutkan dahinya dan terus menatap pesan terakhir orang itu.
See you?. Batin Jean. Ngapain pake see you segala. Modus kali buat deketin gue. Pasti maksudnya Dias deh. Aduh, Jean jangan gampang geer.
>>>>><<<<<
Jean mempercepat jalannya setelah ia melihat Nisa yang menunggunya. Ia segera mendekati meja Nisa yang berada di ujung kantin. Jean terus mencoba menuju meja Nisa namun hari ini kantin sangat ramai dan mempersulit Jean untuk segera sampai.
Setelah beberapa kali tertahan, Jean sampai juga di meja Nisa. Ia meletakkan buku-buku miliknya di atas meja dan menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi.
“Banyak banget kerjaan lo” Ucap Nisa sambil melirik buku-buku Jean sekilas.
“Biasa,” Jawab Jean lemas. Nisa mengambil tasnya dan mengorek-ngorek isi tasnya.
“Nih, ada titipan,” Ucap Nisa yang masih mencari sesuatu.
“Dari siapa?”
“Ya, lo juga tahu,” Nisa mengeluarkan sebuah kertas yang sudah dilipat rapih dan memberikannya pada Jean.
Jean mengambil kertas itu dan langsung membuka lipatannya. Ia melamun sebentar setelah melihat isi kertas. Matanya mengikuti setiap baris kalimat yang ia baca pada surat itu. halisnya kadang beradu dan raut muka yang nampak kebingungan sambil terus membaca isi surat itu.
Di tengah-tengah Jean sedang menbaca, tiba-tiba Nisa menendang kakinya. Sontak Jean terkejut dan berhenti membaca.
“Ih, lo apaan sih?” Kesal Jean sambil mengusap-usap kakinya yang tadi mendapatkan tendangan dari Nisa.
“Tu ada yang manggil lo,” Jawab Nisa sambil membaca bukunya kembali.
Jean melihat ke sekitarnya. Kepalanya bolak-balik mencari orang yang memanggilnya. Tapi, ia tidak juga menemukan orang itu karena banyak orang yang berlalu-lalang di dalam kantin. Jean kembali menatap Nisa di hadapannya.
“Man-”
“Hai,” Sapa seseorang yang memotong ucapan Jean.
Jean melihat ke arah asal suara itu. Ia tahu siapa orang itu, apalagi orang yang datang bersamanya dan ragu-ragu untuk menarik kursi di samping Jean. Jean tak lepas menatap orang itu. “Udah duduk aja. Banyak mikir lo.”
Jean melipat kembali surat itu dan meletakkannya di dalam saku celana. Ia meraih sebuah buku diantara tumpukan buku yang dibawanya. Jean mencoba menyibukkan dirinya.
Orang itu melirik Jean dan duduk di sampingnya. “Hai, Jean.”
Patah-patah Jean menatap orang itu. “Hei.”
~
Oleh Luthfita