Gina terlamun sebentar. Ia mencari-cari Jean di sekitaran kantin. Ini gawat, karena ia tahu jika Nisa adalah orang yang memiliki tingkat cemburu yang tinggi. Ia segera berdiri setelah melihat Jean yang baru saja pergi dari kantin.
“Kamu mau kemana?” Rifal ikut berdiri.
“Aku nyusul Jean dulu, ya?” Gina beralih menatap Rifal.
“Apa?! Jean?” Anwar ikut berdiri.
“Mampus gue.”
“Kayaknya Nisa ngeliat kita deh…”
“Nisa? Aduh, War. Gue gak maksud…”
“Gue nyusul Nisa dulu, ya?” Anwar langsung pergi meninggalkan mereka.
“Kenapa kamu ngajak Anwar?”
“Dia kan deket sama kalian.”
“Gua yakin Nisa bakalan marah.”
“Kalo gitu biar aku yang ngejelasinnya, oke?” Gina menggangguk dan kembali duduk.
>>>>><<<<<
Jean berhenti berjalan menaiki tangga setelah seseorang menghalanginya. Jean melihat orang itu dari dari bawah ke atas. Ia mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak tahu siapa orang itu.
“Em… temen gue mau gomong sama lo,” Pria itu menyingkir. Jean langsung menatap orang yang dimaksudkan orang tadi.
Ia tahu persis orang itu. Kaca matanya, rambutnya, dan semua gayanya. Dia adalah orang yang sama dengan orang yang selama ini sering Jean lamunkan.
“E… ngomong apa?”
Temannya menepuk pundak pria itu. Pria itu manatap teman yang berada di belakangnya. Dan ragu-ragu menatap Jean kembali.
“Hai?” Pria itu menatap Jean.
“Lo pemalu?”
Pria itu tidak menjawab. “Lo gak sanggup ngomong depan gue?”
“E… kamu udah nerima surat dari aku?” ucap pria itu dengan gugup.
“O… itu surat dari lo?”
“Cie…” tiba-tiba seseorang mencolek lengannya.
“Ih, Gina,” Ucap Jean sambil menatap Gina. Jean terlamun sebentar. “Gina?!”
Gina tersenyum kepada Jean. “Kalo gue bilang ke kak Rangga…”
“Apes dong gue,” Potong Jean dengan muka cemas.
“Kamu udah..” tebak pria itu.
“Enggak,” Potong Jean langsung.
“Dia belum selesai ngomong, Jean,” Ucap Gina kesal. “Lo PDKT-an, ya?”
“Enggak.”
“A.. cowoknya cemberut tuh.”
“Ngomongnya nanti aja. Aku hampir telat masuk kelas, bye,” Ucap Jean sambil berjalan menjauh dari mereka dan menuju ruang kelasnya.
Gina menatap pria itu penuh selidik.
“Tampang lo boleh juga. Tapi si Jean juga lagi deket sama yang namanya Rangga. Semangat!”
Pria itu hanya tersenyum menanggapi ucapan Gina yang berlalu pergi meninggalkannnya.
“Eh, lo kenal sama yang namanya Rangga?” Tanya salah satu temannya yang menyimak percakapannya dengan Jean tadi.
“Why?” Ucap pria itu sambil menatap berjalan kecil menaiki tangga.
“Biar kita bandingin ama lo.” Temannya mengikuti pria itu.
Pria itu menghampiri pagar pembatas lantai dua dan menatap ke arah ruang kelas Jean. “Dishonest?”
“Enggak.”
“What you will say to she about me and my friend just for she select me?”
“E, I think like it, just now.”
“Nanti dulu tadi lo bilang temen?”
“Yes, he is my friend.”
>>>>><<<<<
Jean bersandar pada pagar kampus. Ia sedang menunggu seseorang. Sambil memakan permen, ia terus menatap sekitarnya berharap bisa melihat orang yang ditunggunya di sana. Setelah beberapa saat mencari, Jean menundukkan kepalanya menatap kakinya yang sudah kepanasan terkena sinar matahari.
“Jean!” Panggil dua orang secara bersamaan. Jean mengangkat kepalanya. Ia menatap kedua orang itu yang berada di arah yang berlawanan dengannya. Jean terkejut ketika melihat pria itu menghampirinya.
~
Oleh Luthfita