Senyumannya, kilauan matanya,… batin Jean. Selama empat tahun Jean bersekolah, ia baru melihat orang itu. Entah apa, kenapa, dan bagaimana. Hari-hari yang ia lewati seolah menjadi sebuah kejutan besar.
Siapa kau? Untuk apa kau hadir disini? Dan kenapa baru sekarang?
Jean hanya menggemakan segala yang ingin ia luapkan pada orang itu di dalam hatinya. Tubuhnya hanya bisa mematung setiap kali ia melihat orang itu. Sulit bagi Jean untuk melepas pandangan begitu saja.
Samar-samar orang itu melihat ke arah Jean. Sepertinya ia terkejut melihat Jean yang dari tadi memperhatikannya. Dan Jean juga ikut terkejut tapi ia berusaha menutupinya. Menyadari hal itu, orang itu mencoba menutupi wajahnya dari Jean.
Jean mengalihkan perhatiannya kepada Nisa dan Gina kembali. Nampak Nisa dan Gina cemberut sambil menatap kesal ke arah Jean. Jean kebingungan melihat mereka yang tiba-tiba seperti itu. Jean mengangkat kedua halisnya.
“Kita udah nasehatin panjang lebar tapi lo gak denger,” Ucap Nisa dengan wajah yang berubah dingin.
“Ops, maaf.”
Nisa dan Gina mengalihkan pandangannya dan menghela nafas. Jean hanya menatap kedua temannya bergantian.
Hingga seseorang datang menghampiri mereka. Jean melihat ke arah orang itu. orang itu adalah Anwar dan ia memberi isyarat : “Apa Nisa sedang marah?”
Jean mengangguk dan menghela nafasnya. Anwar menatap ke arah Nisa yang membelakanginya. Jean beralih menatap kosong ke arah meja.
“Anwar gak lucu. Lepasin tangan kamu,” Ucap Nisa dingin saat Anwar menutup matanya.
“Masih ngambek karena masalah kemarin?” Anwar duduk di samping Nisa. Nisa beralih melihat Anwar.
“Enggak.”
Ping…
Sebuah pesan masuk ke posel Jean. Jean segera mengeluarkan poselnya. Belum juga ia membaca pesan itu, poselnya langsung direbut oleh Nisa. Ia membuka pesan itu dan membalasnya dengan begitu emosi. Jean hanya diam ia takut jika Nisa akan semakin marah padanya.
>>>>><<<<<
Jean keluar dari kelasnya. Ia mendekati pagar pembatas yang berada di depan kelasnya. Matanya menerawang ke sekitarnya. Jean kembali menatap sosok itu. Orang itu juga melihat padanya. Mereka berdua sama-sama terpatung dan saling bertatapan selama beberapa saat sebelum orang itu berbalik dan pergi. Jean hanya menghela nafas dan menatapi punggung orang itu. Ia masih tetap berdiri dan menatapi orang itu.
Beberapa kali orang itu berbalik dan melihat ke arah Jean yang masih memperhatikannya. Hingga akhirnya orang itu terus berjalan pergi tanpa melihat ke arah Jean lagi.
Jean malas untuk pergi pulang. Ia tahu jika Rangga akan menemuinya di luar sana. Ia tidak mau berurusan lagi dengan Rangga yang jelas-jelas mencoba mendekatinya, walaupun Jean tidak tahu apa maksud Rangga tetapi hal itu sangat mengganggunya.
Jean menunggu di sana beberapa saat hingga ia merasa sudah cukup lama untuk membuat Rangga bosan menunggu dan pulang. Sambil menunggu, Jean memikirkan semua hal yang ia rasakan selama ini.
Kemunculan pianis berkaca mata dan kembalinya Rangga dengan tiba-tiba. Jean belum pernah memikirnya perasaan sejauh ini. Dan hal ini sungguh membebaninya. Beberapa kali ia mencoba menghilangkan semua pikiran mengenai perasaannya, tetapi itu sangat sulit. Orang itu dan Rangga sangat sulit untuk ia hindari.
Jean menghela nafasnya lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya beberapa saat sebelum seseorang menarik tangannya. Jean segera mengambil beberapa buku yang ia simpan di atas pagar.
~
Oleh Luthfita A.S