Bel tanda istirahat pertama berbunyi. Kantin yang awalnya sepi mendadak menjadi ramai seketika. Hampir semua siswa/i di sekolah tersebut berniat untuk mengisi perut kosong mereka di kantin. Misalnya seperti Nadin dan teman-teman sekelasnya. Ketika Bu Nia -guru kesenian- keluar meninggalkan kelas, mereka langsung berjalan keluar meninggalkan kelas itu juga.
“Din, lo ngga berniat untuk diet hari ini kan?” tanya Manda.
“Engga ah Man. Capek gue nahan lapar.”
“Lagian lo itu ngga gemuk Din. Badan lo itu udah bagus juga, masih aja diet diet an segala.”
“Kan gue pengen kurus kayak Song Hye Kyo hehe.”
“Dasar lo. Yaudah yuk ke kantin,” ajak Manda.
“Lu ikut ke kantin juga ngga Dev?” tanya Nadin ke Deva. Teman sekelas Nadin yang duduknya di depan mereka.
“Ya ke kantin lah. Dari tadi gue nungguin kalian nih,” jawab Deva sambil bangkit dari tempat duduknya.
Tampak terlihat kantin sudah penuh dipadatin oleh para penghuni sekolah. Untung saja mereka masih kedapatan tempat duduk di sana. Tepatnya di belakang mejanya Adam dan anak lainnya.
“Dengaren lo ke kantinnya Bu Eneng Man,” ucap Bimo -teman satu kelasnya Nadin-.
“Iya. Gue lagi pengen sotonya Bu Eneng nih Bim,” jawab Manda.
Soto lamongan buatan Bu Eneng memang juaranya di sekolah ini. Karena Cuma Bu Eneng yang jualan soto di sekolah. Tapi selain itu, rasa sotonya memang patut diacungin jempol. Memang kantin ini didominasi oleh kaum pria. Karena letak kantinnya yang dipojokan sekolah, sehingga membuat kantin ini tempat tongkrongan oleh kaum pria.
Contohnya lihat saja genknya Adam. Adam memang teman sekelasnya Nadin juga. Tapi Adam punya teman teman yang biasa disebut bad boy nya sekolah ini. Anggota genknya Adam ada banyak. Tapi yang sering bareng sama Adam yaitu Bimo, Dipa, Rangga, Fauzan, dan Abi. Tapi untuk saat ini Abi dan Fauzan tidak kelihatan batang hidungnya di kantin. Kalau Fauzan pasti lagi sama pacarnya, Kara. Tapi kalau Abi, entahlah. ‘Ngga peduli juga dengan hidupnya dia’ pikir Nadin.
“Eh Din, Man, Dev, kita duluan dulu ya,” pamit Bimo ke mereka.
“Oh oke Bim,” jawab mereka barengan.
Setelah soto yang mereka pesan telah datang. Mereka langsung memakan sotonya. Terlebih dahulu Nadin mencampurkannya dengan perasan jeruk nipis. Biar lebih lezat katanya.
“Hobi banget si Din, lo makan soto pake perasan jeruk nipis gitu,” kata Deva ke Nadin.
“Ngga papa Dev, biar lebih enak aja hehe,” jawab Nadin.
Saat mereka sedang makan soto, tiba-tiba Fauzan dan Kara masuk ke kantin Bu Eneng dari pintu depan. Memang kantinnya Bu Eneng, dindingnya cukup pendek. Paling kalau sedang berdiri, tinggi dindingnya hanya sebatas perut saja. Sehingga jika ada yang lewat ataupun mau masuk ke kantin pasti sudah kelihatan dari jauh.
“Itu bukannya Fauzan ya Din?” tanya Manda ke Nadin.
“Ha? Iya mungkin Man,” jawab Nadin.
“Gue mau nanya deh Din. Sebenarnya hubungan lo sama si Arkan itu gimana sih?” selidik Deva.
“Ya ngga gimana gimana.”
“Ngga gimana gimana. Tapi kok kalian berdua masih kontakan sih?” tanya Manda lagi.
“Ya kan ngga ada salahnya Man. Meskipun udah mantan kan kalau mau jadi teman juga ngga papa kali,” jawab Nadin.
“Aneh ya lo, padahal kan juga,”
“Udah deh Man, kan gue udah pernah bilang ke kalian jangan pernah bahas ini lagi,” ucap Nadin memotong perkataannya Manda.
Sebelum mereka pergi meninggalkan kantin, mereka membayar kekurangan uang soto tadi dulu. Soalnya tadi belum ada kembalian, jadi yang baru dibayar cuma punya Manda saja. Ketika mereka berjalan meninggalkan kantin, Nadin sempat melirik ke arah meja yang didudukin Fauzan dan Kara. Tapi mereka tidak menyadari hal itu. Memang benar kata pepatah, kalau sedang berdua dengan orang yang dicintai maka dunia serasa milik mereka, dan orang lain hanyalah ngontrak.
Nadin hanya tersenyum simpul saja. Padahal tadi dia berniat mau menyapa Fauzan dan juga Kara. Kara dulunya pernah mendaftar ekstrakulikuler paskibra. Tapi ngga tau alasannya kenapa, sewaktu latihan sudah hampir seminggu, Kara mengundurkan diri dan tidak pernah ikut latihan lagi. Jadi, Nadin mengenal Kara sebelum Nadin dan Fauzan putus.
“Jadi orang jangan terlalu baik Din. Terkadang lo juga harus mikirin bagaimana kebahagiaan lo. Jangan selalu mendahulukan kebahagiaan orang lain Din. Egois juga perlu kalau lo butuh itu.”
“Gue mau ke kamar mandi dulu,” pamit Manda ke Nadin.
semangat terus ya thorr
Comment on chapter Nadine 5.