Kenzie berdiri di depan sebuah jalan lorong beratapkan sulu-sulur berbunga. Di kanan pintu masuk lorong itu ada dua papan kayu, yang satu berpahatkan Kyna’s Garden Flower yang lainnya Refresh Caffe. Sedang di samping kiri lorong itu ada papan kayu lain yang ditulis dengan kapur warna-warni yang bacanya ‘Kendaraan Bermotor Dilarang Masuk!”.
Kenzie mengederkan pandangan. Di parkiran ada sekitar lima mobil dan tiga motor. Sepertinya meskipun terletak di sudut kota, tempat ini lumayan terkenal dikunjungi orang-orang.
Kenzie melangkah masuk. Udara siang yang terasa panas dan gerah ketika menggantarkannya ke sini seakaran tergantikan dengan udara segar lengkap dengan semerbak wangi bunga. Di tengah hiruk pikuk kesibukan Jakarta yang selalu menyapanya setiap hari, Kenzie tidak tahu bahwa da tempa yang menenangkan seperti ini. Burung-burung berkicau menyanyikan lagu riang yang indah.
Sejenak, Kenzie lupa bahwa dia ke sini sambil membawa dendam.
Terowongan itu mengantarkan ke alam terbuka. Jalanan aspal setapak membentang ke ujung sana hingga terbatasi dengan tembok beton yang dihiasi dengan mural. Mural itu menggambar seorang perempuan berambut panjang di kepang sambil membawa sebuah bunga dan seorang laki-laki berkacamata membawa sebuah nampan berisi tiga cangkir yang ditumpuk.
Pepohonan tumbuh tinggi. Rerimbunannya yang menjorok ke jalanan membuat siapa pun yang berjalan di sana tidak akan terlalu terkena imbas teriknya matahari.
Kenzie berjalan perlahan. Ada dua bangunan di sana. Yang paling dekat dengan terowongan tadi bermodelkan rumah kaca dengan berbagai macam bunga yang terpajang di dalam dan luar. Sedang beberapa langkah di sampingnya ada sebuah bangunan yang lebih besar bermodelkan kafe-kafe pada umumnya.
Pandangan Kenzie berhenti pada seorang gadis berambut pendek yang sedang menata pot-pot bunga di depan bangunan rumah kaca yang di pintunya tergantung sebuah kayu dengan pahatan Kyna’s Garden Flower.
Kenzie segera sadar. Dia ke sini bukan untuk bersantai-santai.
Dengan langkah lebar, Kenzie menuju toko bunga itu.
“Mbak!”
Perempuan berambut pendek itu menoleh. Dia terkejut. Seumur-umur dia membantu temannya berjualan bunga dia tidak pernah melihat pengunjung lelaki yang setampan ini. Mata coklat yang jernih menatapnya tajam. Hidungnya mancung, rahangnya tegas, rambut hitam legamnya tersisir rapi, dan dada bidangnya terbalut jas dan kemeja.
“Perkenalkan nama saya Andini,” Tanpa diminta perempuan itu mengucapkan namanya.
Kenzie berkerut. “Saya enggak tanya. Saya mau ketemu sama orang ini!”
Kenzie menyerahkan kartu nama Kyna yang telah rusak. Andini mendelik. Dia menatap Kenzie tak percaya lalu buru-buru masuk ke dalam.
“KYNA! KYNA! Astaga! Lo diem-diem punya cowok, ya! Ngaku enggak suka deket-deket cowok!”
Kyna yang baru saja selesai menata pot bunga mawar di ujung ruangan menoleh. “Hah? Kamu ngomong apa, sih?”
Andiri mendelik menatap Kyna. Dia mengguncang-guncangkan tubuh Kyna. “Cowok ganteng, Ky! Nyariin lo! Uluh-uluh, temen gue udah membuka hati nih.”
PLAK!
Kyna menjitak Andini. “Kamu ngomong apa sih? Cowok ganteng? Membuka hati apanya? Yang jelas dong!” seru Kyna kesal.
“Keiko Kyna!”
Sebuah suara bariton menginterupsi pembicaraan mereka. Kyna menoleh. Seorang pria muda berdiri beberapa meter di hadapannya dengan wajah merah padam. Kyna merasa tak asing, tapi entah mengapa dia lupa di mana dia bertemu lelaki itu.
“Iya? Ada apa?”
Kenzie melengos. “Anda jangan pura-pura lupa. Kita masih punya urusan.”
Kyna berkerut. Dia menatap wajah pria itu lamat-lamat. Kyna mendelik. “Oh, Iya!”
Dia sekarang ingat siapa laki-laki itu. Seseorang yang dia tabrak tadi pagi ketika akan menggantarkan bunga. Kyna meringis. Dia buru-buru mendekati Kenzie.
“Maaf, Pak, maaf. Saya ingat bapak yang saya tabrak,” kata Kyna seraya membungkukkan badan meminta maaf.
Kenzie hanya diam dan hanya menjatuhkan tatapan dingin pada gadis itu.
“Saya akan bertanggung jawab, Pak!”
Kyna meninggalkan Kenzie sejenak menuju mejanya. Mengambil sesuatu dilacinya lalu kembali ke hadapan Kenzie. Kyna menyerahkan amplop putih cukup tebal kepada Kenzie.
“Saya enggak tahu harga jas dan kemeja bapak berapa. Bapak bisa cek dulu uang ganti rugi saya. Kalau kurang saya akan tambah.”
Kenzie diam saja. Namun kemudian dia mengambil secara kasar amplop itu dari tangan Kyna.
“Anda tahu, karena Anda saya mendapat hukuman berat dari ayah saya!”
Kyna menelan ludah. Andini yang melihat itu ikut menahan napas. Sepertinya dia salah sangka hubungan antara Kyna dan laki-laki tampan itu.
Kriek!
Mata Kyna melotot ketika tangan besar Kenzie memotong amplop beserta isinya dengan ganas. Kenzie melemparkan potongan-potongan putih bercampur merah muda kepada Kyna. “Saya enggak butuh uang kamu!”
Kenzie langsung berjalan meningalkan Kyna. Namun baru beberapa langkah, laki-laki itu berhenti. Tangannya menyentuh sebuah pot bunga keramik bercat biru muda dengan awan-awan putih.
PRANG!
Kenzie menoleh sedikit. “Maaf, saya enggak sengaja.”
Lalu dia kembali melangkah.
Jantung Kyna berdetak kencang. Matanya menatap hamburan uang satu juta yang kini telah berubah seperti potongan kertas tak berharga. Kyna menggepalakan tangan. Dia segera berlari menyusul Kenzie.
“BERHENTI KAMU!”
Suara teriakan menggelegar Kyna diambang pintu menghentikan langkah Kenzie. Kenzie menoleh. Dengan langkah penuh amarah, Kyna menghampirinya.
“Apa alasan Anda datang ke sini?” tanya Kyna dengan nada bergetar.
Kenzie hanya diam.
“Anda berpenampilan seperti seseorang yang berpendidikan dan berkelas. Tapi sikap Anda sama sekali tidak mencerminkan hal itu. Saya sangat terhina merasa bersalah pada orang seperti Anda!”
Kepalan tangan Kyna semakin kencang. Dadanya kembang kepis. Matanya berkaca-kaca. “Kalau Anda memang marah pada saya, katakan! Jangan seperti tadi! Pria yang tidak bertanggung jawab! Anda menyebalkan! Semoga Anda…”
Ucapan Kyna berhenti. Dia berusaha menahan bibirnya untuk tidak mengucapkan sesuatu yang tidak pantas diiucapkan.
“Kyna!”
Seseorang yang memanggilnya membuat Kyna menoleh. Adam dengan tatapan tegas memandangny. Kyna mengembuskan napas. Dia menatap Kenzie.
“Saya harap sikap Anda bisa berubah.”
Kyna berbalik badan dan kembali berjalan masuk. Kenzie menatap Kyna sejenak, sebelum menatap Adam yang memberinya tatapan tajam.
Tanpa banyak berkata lagi, Kenzie langsung angkat kaki.
____
Jangan lupa dilike!
Next kak
Comment on chapter Chapter 5