Seorang gadis muda berdiri di ambang pintu masuk sebuah toko bunga dengan sebuah papan kayu berukiran Kyna’s Flower Garden di bagian atasnya. Gadis itu mengenakan celemak biru tosca dan bando kain bewarna senada. Rambut coklatnya yang dikuncir ekor kuda berkliau bermandikan sinar mentari. Mata hitamnya menatap langit biru membentang di atas sana. Dia tersenyum.
Setiap pagi adalah hari baru. Lupakan masa lalu, dan biarkan itu menjadi hal yang telah berlalu. Kyna selalu ingin seperti itu. Tapi sebagian masa lalu itu telah melekat di dalam benaknya. Menjadi memori menyakitkan yang selalu menghalanginya untuk menjadi sosok yang baru.
Kyna menghela napas panjang. Sampai kapan pun dia akan belajar untuk kembali menerima pahitnya dunia ini. Tanpa takut untuk kembali disakiti dan akan terus untuk tersenyum. Kyna membalik papan tanda TUTUP di ambang pintu menjadi BUKA. Lalu dia mendorong pintu itu membuat lonceng di atasnya berdenting.
Gadis itu melangkah menuju tempat setiap harinya menghabiskan pagi. Di balik meja kayu sambil menunggu seseorang datang mampir ke toko bunganya. Namun langkahnya tertahan ketika manik matanya menangkap seorang laki-laki di luar sana. Seorang laki-laki yang berdiri di depan sebuah kafe sambil menyiram tanaman.
Bagaimana bisa dia menyukai laki-laki itu? Sebuah kesalahan besar baginya mempunyai perasaan untuk laki-laki itu. Dia, kakak angkatnya sendiri.
Adam mengangkat kepalanya dan mendadak menoleh, menangkap tatapan Kyna padanya. Kyna terkejut. Adam tersenyum sambil melambaikan tangan. Bibirnya komat-kamit mengucapkan ‘Selamat pagi. Tetap semangat.”
Kyna tersenyum. Lihat! Bagaimana dia tidak jatuh cinta pada pria itu?
Kyna kembali melanjutkan langkahnya menuju meja kesayangannya. Namun sebelum dia benar-benar sampai di sana, lonceng di pintu berdenting. Kyna menoleh.
“Kamu…” ucapan Kyna tertahan ketika melihat seorang pria muda memakai kemeja abu-abu dengan dasi dan celana hitam berdiri di depan pintu. Pria itu tersenyum. “Selamat pagi, Kyna.”
Senyuman di wajah Kyna langsung pudar. Dia kembali melangkah, seakan lupa bahwa ada seseorang yang baru saja masuk.
“Hei, hei, tidakkah kamu mau menyapa calon suamimu?”
Kyna melengos. “Hentikan ucapamu, Kenzie! Jangan merusak hariku bahkan sebelum dimulai!”
“Wah, wah, bukannya besok-besok harimu dimulai dengan melihatku, Faye? Ups! Maksudku, Kyna?”
“Sialan! Puas menggodaku, hah?! Pergi sana!”
Entah sejak kapan, pria asing yang sama sekali tidak Kyna kenal itu mendadak muncul dan memiliki tempat khusus dalam kisah hidupnya.
-----
Next kak
Comment on chapter Chapter 5