Read More >>"> Novel Andre Jatmiko (Chapter III \'Cinderella\') - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Novel Andre Jatmiko
MENU
About Us  

Sebuah perpisahan itu menyakitkan, namun lebih menyakitkan lagi saat menulisnya dalam sebuah novel. Seperti menulis kenangan di bawah pohon beringin rindang pinggir lapangan sekolah SMP-ku dulu yang tak akan pernah bisa kulupakan sampai kapanpun juga, kenangan terakhir kalinya kumelihat Andre.

Kala itu kuingat masih berpakaian seragam pramuka. Aku dan dia duduk di bangku panjang bernaung pada pohon beringin lebat pinggir lapangan sekolah. Terasa sejuk angin sepoi berhembus perlahan menerpa kulit. Tak henti saat itu kumemandang lapangan tak bertuan tengah dijajah oleh tim basket putra sekolah yang tengah berlatih, suara teriakan mereka tak mengusik kami sedikitpun. Kami tetap berdiam diri tak berucap sepatah katapun hingga Andre berani memulai bersuara.

"Lah gimana sih," ucap Andre, terdengar suaranya serak. "Kamu ndak bisa apa namatin SMP dulu di sini? nemenin Aku."

Kuberdecak. "Mauku ya gitu Ndre, tapi orang tuaku ndak boleh Aku tinggal sama eyang kung, takut ngerepotin."

Andre meremas tanganku, terlihat bibirnya bergetar dengan mata mulai terpejam. Perlahan namun pasti air mata mulai menetes seperti tetesan dari kran air yang rusak.

Kuhela nafas panjang, "Ndre, jangan nangis, Aku jadi ikut sedih." kumengelap air mata di pipinya. Namun bagai virus flu yang menular dengan cepat, sekarang mataku yang meneteskan air mata.

Nafas Andre terdengar tak beraturan, "Nit, Aku ndak mau pisah sama Kamu," hisaknya, menusuk hati kecil.

Kala itu entah apa yang merasuki hingga aku yang biasanya tenang, berani meremas tangan Andre serta tanganku lainnya mengelus pipi lembut pria itu. "Maaf ya Ndre, Kamu adalah susu hangatku yang tak akan  pernah kulupakan."

9 Januari 2015.

Tak sadar setelah menulis semua kenangan itu mata mulai berkaca memandang layar laptop. Masa-masa itu adalah kenangan yang tak mungkin terlupakan. Itu adalah akhir ceritaku dengan Andre Jatmiko, setelah ini bab-bab selanjutnya adalah harapku yang selalu kuimpikan untuk jadi kenyataan. 

Segera kuterpejam sembari menekan tombol publish untuk meng-upload cerita yang baru selesai kuketik. Beberapa hari telah berlalu dan jumlah follower semakin banyak, membuat sibuk membalas pesan-pesan mereka, menyebabkan waktu tunggu update perbab novel semakin lama. Selain itu entah harus senang atau sedih, aku terpaksa menuruti perintah Miko bertukar nomor telepon dan menjadi susu hangat untuknya.  

Kutersenyum melihat begitu cepat komentar masuk dari pembaca. Mereka sepertinya sangat antusias membaca novel walau kuakui novelku masih banyak kekurangan. Ada yang memberi masukan, saran, juga semangat, namun tak sedikit yang mencerca, menghina dan mengejek. Aku tak peduli karena kumenulis bukan hanya demi mereka namun demi kepuasan batin. 

Aku sedikit menguap sembari merenggangkan badan. Akhirnya jadi juga upload bab baru hari iniSemoga banyak yang baca, komentar dan menghibur mereka, syukur ada yang mau follow aku. 

Tiba-tiba harum parfum strawberry tercium menusuk hidung, suara  kaki mengendap mulai terdengar jelas dalam hening perpustakaan. "Sinca, sudah ketebak!" ucapku, tersenyum menoleh kebelakang.

Bagai harimau putih menerkam mangsa, Sinca menyambar dari belakang membuat hangat dengan tangan yang melingkar pada leherku, "Ish Lo kok tau sih!" menggosok pipinya pada pipiku.

Segera kucium pipi Sinca, "Ya ialah. Siapa lagi coba cewek yang pakai parfum strawberry di siang hari yang suka mengendap-endap seperti ninja di sekolah ini selain Kamu, hmm?" bagai radar mataku mencari sesuatu. "Aldo mana, enggak sama Kamu?"

"Doi nungguin di kantin. Yuk makan dulu sebelum pulang, Gue lapar banget nih!" Menarik-narik tanganku bagai anak manja mengajak ibunya pergi.

"Lah laptopku gimana? nanti hilang kalau di tinggal!"

"Titipin Tuhan saja. Udah ayo buruan, Gue laper pakai banget."

Dasar bocah kalau sudah punya mau harus segera diturut. Kuberdecak namun tersenyum. "Iya deh iya, yuk."

Saat berjalan menuju kantin, sekolah sudah mulai sepi. Di lapangan hanya terlihat beberapa anak basket dan cheerleader tengah berlatih, sementara koridor yang biasanya ramai sudah sunyi, menyisahkan beberapa siswi yang sedang mengamati tim basket putra berlatih.

Belum sampai kantin tiba-tiba android bergetar hebat. Saking hebatnya membuat dada terasa geli dan membuat kaki terhenti. Segera kulihat siapa yang mengirim pesan. 

Miko1998, [Nita, sudah jam dua siang nih. Kamu makan ya, kirimkan foto kamu ketika kamu sedang makan supaya aku percaya kamu benar-benar makan!]

Bagai tupai Sinca merangkul sambil mencuri pandang layar android, "Eciyee, jadi sekarang Lo pasrah nih jadi Loro Jongrangnya Bandung Bondowoso? sampai rela tukeran nomor telepon, so sweet." mencium pipiku.

"Apaan sih, biasa aja kali. Yaudah yuk buruan ke kantin, kasian nanti pangeran Aldo menunggu." Ya, apakah aku sekarang benar-benar pasrah menjadi susu hangat untuk Miko? entah mengapa hati jadi berdebar, seperti suka diperhatikan olehnya. Tak sadar kutersenyum melanjutkan langkah.

*

Kantin dikala jam sekolah usai memang sepi seperti kuburan, namun tetap buka demi meladeni murid yang masih sibuk dengan ekstra kurikuler. Kantin yang sepi terasa sejuk dengan hembusan angin dari luar yang bebas masuk. Selain suara angin, terdengar suara dari TV yang menempel pada dinding sudut atas kantin. Tercium harumnya bakso didepanku masih menggoda selera walau hanya sisa-sisa dari jam istirahat.

"Aak cayang aaak dong, aaak buka mulutnya," pinta Sinca, menyuapi Aldo.

Aldo terlihat menikmati, melahap tanpa sungkan. "Hmmm enak kak."

Sinca mengelap bibir dan kening pria yang tengah berkeringat itu, "Ish, Lo gemesin banget sih. Gua suapi lagi ya, aaaak, aaak dong sayang aaaak." kembali menyuapi pangerannya. 

Ujung bibirku sedikit tertarik ke bawah, mata menyipit memandang tingkah kedua pasangan kucing yang tengah mengumbar kasih sayang didepanku yang masih jomblo. Sambil memakan bakso, hatiku terus berorasi. Dasar pasangan enggak jelas, mentang-mentang baru jadian dunia mereka anggap milik berdua saja.  

"Ei, napa Lo Nit?" tegur Sinca, sedikit menyipitkan mata. "Kok sepertinya enggak senang gitu sih ngelihat Gue sama Aldo? cemburu?"

Sedikit tersentak diriku, "Dih, cemburu? kena_" tiba-tiba dadaku bergetar, penasaran segera kulihat layar android, membuatku berdecak. Ngapain sih nih si Miko pake SMS segala!

Miko1998, [Aku masih menunggu fotomu. Harus nampak makanannya.]

Astaga tinja! nih anak serius? masa aku harus selfie di kantin sih. Kumemandang kantin, Sepi sih, tapi tetap saja malu. kuterdiam sesaat, Ok, aku selfiein dah! segera kuber-pose yang paling menawan, bergaya manja dengan menampakan mangkuk bakso, wajahku memanas, rasanya seperti keluar rumah tanpa pakaian.

Aldo tersenyum menggeleng memandangku. "Wah, ternyata Kak Nita hobi selfie juga ya."

Sontak kuyakin wajahku memerah, sembari menggaruk hidung melihat hasil jepretan yang terkirim untuk Miko. "Uhm, enggak kok. Kakak cuma sedang ini nih_"

"Dia sedang absen tuh Say," celetuk Sinca. 

Aldo memiringkan kepala sambil mengelus dagunya. "Absen?"

"Iya, tuh Dia harus absen ke Bandung Bondowoso setiap jam," ucap Sinca, memandang geli diriku. 

Begitulah kenyataannya, entah mengapa bagai sapi dicucuk hidung aku sangat menurut pada Miko yang bahkan tak pernah kutemui sebelumnya. Entah mengapa akhir-akhir ini kumerasa ada yang sayang, perhatian padaku, menemaniku setiap saat. Walau hanya sebuah pesan namun aku bahagia. Setiap kali Miko mengirim pesan menanyakan apakah aku sudah makan atau sedang apa, pasti jantung dalam dada berdebar dan wajah sontak panas, sebuah panas yang nikmat. 

Aku hanya bisa membatin karena mulut penuh bakso saat berbalas pesan dengan Miko. Baru saja hendak kutaruh, kembali android minta dibelai, Duh, kenapa lagi sih, nih android kok getar lagi. kubuka android di tangan, sontak bibir menyembur bakso yang sedang kukunyah ke depan.

"Heh!" bentak Sinca. "Aldo, cayang Kamu enggak apa-apa kan?" 

Kulihat baju Aldo terkena semprotan kuah bakso dari mulutku. Ingin rasanya tertawa namun kutahan,  "Maaf Do, maaf. Serius aku enggak sengaja kok." kuambil tisu hendak membantu mengelap baju seragamnya.

Aldo tersenyum saat mengelap baju. "Sudah enggak apa-apa kok, santai saja."

Namun entah mengapa Sinca kesal, "Enggak usah pegang-pegang ish!" bentaknya, melotot menepis tanganku. "Kok sampai nyembur sih?"

Kubaca pesan Miko dengan lantang. "Foto palsu, sekarang kirim video rekamanmu makan bakso, buruan!"

Sinca langsung terbahak menepuk paha Aldo, membuat sendok Aldo menumpahkan kuah bakso yang hendak dia santap. "Yaelah, langsung saja Lo ajak Video Call-an Nit, kelamaan tuh."

"Aku sih mau saja, tapi dianya enggak mau." Kuberi androidku pada Aldo. "Do, rekamin Kakak makan ya."

Aldo mengangguk, merekamku. "Seharusnya diemin saja, toh Kakak juga enggak kenal Miko."

"Ya enggak boleh gitu dong. Aku ini selalu menepati ucapanku," jawabku lantang.

"Eh," Sinca menyikut lengan Aldo. "Tuh si Nita aslinya senang diperhatiin sama Miko, maklum Diakan jomblo."

Kupandang tajam Sinca, namun tak berani membalas ucapannya, Ck dasar kribo, kalau ngoceh enggak direm. Namun apa mungkin aku sebegitu hausnya akan perhatian cowok sehingga menuruti kemauan Miko yang enggak jelas siapa dia sebenarnya? batinku, makan bakso, beraksi sok manis. Namun setidaknya berkat dia aku bisa melupakan kesepian yang melandaku, kesedihan yang menghinggapi juga membuat diri ini merasakan apa yang kumimpikan selama ini, perhatian dari lelaki.

14 Januari 2015.

Hari-hari berubah drastis semenjak berhubungan dengan Miko. Walau hanya melalui chat dia mampu membuatku tersenyum, membuatku dapat merasakan perhatian yang selama ini kudambakan. Sudah berapa kali kupancing dia untuk melakukan video call atau bertukar foto wajah, namun dia selalu menolak. Kutak bisa memaksa, karena entah mengapa takut kehilangan dia jika kudesak. 

Follower-ku semakin banyak dan sekuat apapun kuberusaha bertanya pada mereka, siapa sebenarnya Miko, mereka selalu mengelak dengan menjawab jika Miko adalah malaikat surga dan aku beruntung berada dalam dekapannya.

Jam istirahat telah tiba, kuhendak menuju perpustakaan. Entah kenapa sejak kemarin selalu terdengar seseorang memanggil namaku. Dari pengamen lampu merah, tetangga, hingga sekarang kubisa mendengar seorang dari gerombolan teman sekolah bernyanyi menggunakan namaku.

"Si cantik Nita, kau wanitaku selamanya, kudisini kau disana, sayang abadi selamanya. Kau curi hatiku, kau bawa selalu, wajah cantik itu, selalu terkenang selalu!" Suara seorang pria bernyanyi merdu.

Wajahku memanas, salah tingkah memandang mereka. "Dih, apaan sih? biasa aja lagi."

Gerombolan itu membatu, saling memandang terpingkal, "Wuu bukan Nita Elo bego!" bentak cowok cepak itu, "Ke-GR-an banget sih nih cewek, lagian siapa yang mau sama kutu buku sepertimu!" 

Laghnat! Kukepal tangan memelototi mereka dengan gigi saling beradu. "What the f_"

Sinca langsung memeluk badanku dari belakang, menarik sambil berjalan mundur. "Sudah Nit enggak usah diladenin. Kek enggak kenal mereka aja sih Lo!" 

Benar juga, mereka adalah biang keladi tukang rusuh di sekolah. Lagian aku juga yang salah, asal nyambung. "Iya deh iya." Segera kulepas pelukannya, mencoba mengatur nafas.

"Lagian Lo aneh deh. Itukan lirik lagu dari Luci Band."

"Luci Band?"

"Makannya jadi cewek tuh jangan nulis novel terus, denger musik sekali-kali. Mereka itu Boy Band Indonesia yang sejajar dengan grub band luar negeri. Membernya ada empat dan yang paling ganteng gitarisnya tuh, shhhh udah ganteng, manis, ugh pokoknya enggak ada duanya deh!"

Kuberhenti melangkah hanya untuk mencubit kedua pipi Sinca lalu menggerakannya ke kiri dan kanan dengan gemas. "Iya bawel ah!"

"Sama Aldo manis mana?" ujar Aldo, entah sejak kapan sudah berdiri mematung di belakang kami. 

Sinca menggaruk kepalanya, berusaha tersenyum. "Ah uhm, itu sih. Ganteng kamulah Aldoku sayang."

"Bohong," jawab Aldo, membuang mukanya. "katanya tadi enggak ada duanya gitaris band itu."

Kuputar bukan hanya badan namun juga bola mata, Tai kucing dah! kupercepat langkah kaki menuju perpustakaan meninggalkan dua pasangan kucing yang tengah dijajah perdebatan cinta. 

*

Perpustakaan, akhirnya sampai di kastilku dan langsung kutempati singgahsana di sudut ruangan. Walau laptop menyala entah mengapa aku merasa tak tenang, tak napsu mengetik. Tak seperti biasanya tanganku tak langsung mengetik lanjutan Novel atau membalas pesan dari para reader. Namun kali ini bergegas mengambil android dan fokus pada layar kecil yang sembari tadi kubuka dan tutup tanpa sebab. 

Entah apa yang terjadi, hatiku kundah dan merana. Seperti ada yang kurang, serasa seperti makan nasi padang tanpa rendang. Kuberpangku kepala pada meja memandang layar yang masih kututup dan buka tanpa alasan jelas, sesekali mendesah ringan lalu menggaruk kepala dan berganti sisi sandar.

Ada Apa ini? kenapa dia tak menghubungiku? biasanya jam sembilan dia pasti menyuruhku mengirimkan video dimana aku berada. Kenapa kali ini dia tak menghubungiku, walau sekedar untuk menanyakan kabarku?apa dia bosan?

Pikiran jika Miko mulai bosan denganku membuat hati bagai terkena gempa besar. Tanpa sadar air mata mulai menetes membasahi pipi. Miko, kamu di mana? apa kamu bosan denganku? kenapa tidak kutanya saja langsung? tidak, memangnya aku gadis apaan? 

Beda dihati beda aksi. Kubulatkan tekat sudah tak peduli akan malu atau anggapan negatif. Mungkin karena jiwa ragaku sudah mencandu akan dia, sang peneduh hati yang bagai lilin menerangi kelamnya hati, juga menghangatkan hati kecil yang selalu menangis dalam kesedihan tak terucap membuatku berani. Tangan bagai kesetanan mengetik dengan lugas.

NitaNit, [Miko! Kamu kehabisan pulsa ya? tumben enggak tanya kabarku dari pagi?]

Jempolku tak bisa kukontrol untuk menekan lambang send. Tangan malah bergetar hebat sembari hati terus meronta memberontak dan mendesak. Kirim Nit, ayo kirim. Jangan takut, ya jangan takut. Aku butuh dia, rindu akan kehangatan dan perhatiannya. Walau hanya tulisan, namun sudah cukup membuatku semangat hidup. 

Kupejamkan mata mengirim pesan itu. Lega rasanya seperti habis membuang kotoran setelah seminggu tidak ke toilet, seperti itulah kelegaanku. Namun sekarang malah deg-degan memikirkan balasan dari Miko. 

Penantian kembali berlanjut, lama kusendiri merenung nasib tanpa hasil. Novelku terbengkalai, pesan-pesan pembaca tak terbalas. Bahkan kaki serasa berat enggan melangkah kembali ke kelas.

Waktu tak dapat berhenti, namun dapat diawasi. Kupantau waktu dari android tak sadar jika sudah menjadi anak nakal karena hari ini sengaja membolos jam pelajaran sekolah. Namun aneh, ini pertama kali bagiku tak peduli akan pelajaran yang tak kuikuti, fokus memandang layar android menanti pesan balasan sang peneduh hati.

Apa kemarin aku buat salah? tidak, aku kemarin sudah mengirim video malam sebelum tidur padanya. Aku bahkan menurut untuk memberikan kecupan untuk pria yang bahkan tak pernah berjumpa di dunia nyata. Ya Tuhan, ada apa dengan Miko? tepatnya ada apa denganku! 

Kenapa engkau kenalkan aku pada ciptaanmu yang bernama Miko1998? kenapa kau biarkan hatiku jatuh kepadanya? hanya untuk kau ambil dia dari hidupku. Sungguh, aku gila akan dirinya. Ya Tuhan, tolong kabulkan permintaanku. Ijinkanlah a_

Tiba-tiba tanganku merasa sebuah getaran hebat yang membuatku berkepal tangan memandang penuh syukur. Yes! terima kasih Tuhan kau memang penciptaku! Namun ketika kumelihat layar android, kembali hatiku kundah.

Kukira Miko, tak taunya nomor tak dikenal. Namun sontak mataku membesar ketika melihat isi pesan itu.

"Selamat NitaNit Novel anda yang berjudul 'Novel Tentang Andre Jatmiko' mendapatkan kesempatan untuk masuk dalam daftar seleksi buku yang akan diterbitkan oleh penerbit ABCYZ. Balas pesan ini dalam waktu 24x1 jam untuk mengkonfirmasi pihak penerbit," isi pesan itu.

Ditengah dinginnya hembusan angin AC, tanganku malah bermandi keringat. Wajah ini terasa panas dan tenggorokan sangat kering, Ini bukan mimpikan? kukucek mata. apa yang harus kulakukan?

"Iya, saya bersedia." pesan balasanku, singkat.

Penerbit ABCYZ, mereka adalah penerbit besar yang sudah sering menerbitkan banya buku novel. Ini bukan mimpikan? terasa getaran android tanda pesan baru masuk. Segera kubuka pesan itu tanpa berpikir panjang.

"Terima kasih. Kami akan mengirim seorang editor untuk menemui anda. Silahkan datang ke alamat ini besok di jam yang sama." isi pesan kedua yang kuterima.

Mulutku menganga lebar, sementara tangan menutupnya langsung. OMG!  

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
AILEEN
5446      1177     4     
Romance
Tentang Fredella Aileen Calya Tentang Yizreel Navvaro Tentang kisah mereka di masa SMA
Looking for J ( L) O ( V )( E) B
2062      838     5     
Romance
Ketika Takdir membawamu kembali pada Cinta yang lalu, pada cinta pertamamu, yang sangat kau harapkan sebelumnya tapi disaat yang bersamaan pula, kamu merasa waktu pertemuan itu tidak tepat buatmu. Kamu merasa masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari dirimu. Sementara Dia,orang yang kamu harapkan, telah jauh lebih baik di depanmu, apakah kamu harus merasa bahagia atau tidak, akan Takdir yang da...
About Us
2411      954     2     
Romance
Cinta segitiga diantara mereka...
Just a Cosmological Things
846      473     2     
Romance
Tentang mereka yang bersahabat, tentang dia yang jatuh hati pada sahabatnya sendiri, dan tentang dia yang patah hati karena sahabatnya. "Karena jatuh cinta tidak hanya butuh aku dan kamu. Semesta harus ikut mendukung"- Caramello tyra. "But, it just a cosmological things" - Reno Dhimas White.
Coldest Husband
1386      715     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
SarangHaerang
2037      806     9     
Romance
(Sudah Terbit, sebentar lagi ada di toko buku dekat rumahmu) Kecelakaan yang menimpa saudara kembarnya membuat Hae-rang harus menyamar menjadi cewek. Awalnya dia hanya ingin memastikan Sa-rang menerima beasiswanya, akan tetapi buku harian milik Sa-rang serta teror bunga yang terjadi memberikan petunjuk lain kalau apa yang menimpa adiknya bukan kecelakaan. Kecurigaan mengarah pada Da-ra. Berb...
Jeritan Suara
1513      589     0     
Horror
Menjadikan pendakian sebagai hobi walaupun dia seorang gadis dengan kukuatan fisik yang tidak sebanding dengan teman-temannya yang lain. Tetapi seperti dirinya, teman-temannya tau jika Pai lebih kuat dari apa yang orang lain bisa lihat. Setelah beberapa kali membuat kegaduhan saat pulang mendaki selalu membawa 'oleh-oleh', kali ini bukan hanya itu saja. Lebih besar pengaruhnya saat ia membawa ...
Confusing Letter
811      449     1     
Romance
Confusing Letter
The DARK SWEET
479      390     2     
Romance
°The love triangle of a love story between the mafia, secret agents and the FBI° VELOVE AGNIESZKA GOVYADINOV. Anggota secret agent yang terkenal badas dan tidak terkalahkan. Perempuan dingin dengan segala kelebihan; Taekwondo • Karate • Judo • Boxing. Namun, seperti kebanyakan gadis pada umumnya Velove juga memiliki kelemahan. Masa lalu. Satu kata yang cukup mampu melemahk...
Triangle of feeling
440      312     0     
Short Story
Triangle of feeling sebuah cerpen yang berisi tentangperjuangan Rheac untuk mrwujudkan mimpinya.