Tanpa sadar, kita mulai berubah saat sudah jatuh cinta.
- Breakeven ????
"Siapa malam ini?"
"Rangga, anak yang udah lama hiatus dari sini. Gatau kenapa dia balik lagi."
"Oh, si brengsek mata keranjang itu," cetus Galaksi.
"Tapi kemampuan dia hampir sama kayak lo, Gal. Walau masih kerenan lo, dikit." Damar terkekeh yang langsung di balas toyoran di kepalanya oleh Galaksi.
"Yoo bro!" sapaan sok akrab itu memenuhi ruang ganti gedung tua yang di jadikan tempat tinju tersebut.
Galaksi refleks mendengus. "Ngapain lo di sini?" tanya Galaksi dengan tatapan mengintimidasinya.
"Apalagi kalo bukan ngalahin sang petarung terbaik di arena ini," jawab Rangga sembari menepuk-nepuk pundak Galaksi.
Refleks, Galaksi langsung menarik pundaknya, lantas mendorong tangan Rangga dari sana. "Kirain lo udah punya bini, nginget ampir tiap tanding lo ngebawa cewek bahenol ke sini."
Rangga hanya tersenyum miring. "Gue lebih sering di lintasan balap, asal lo tahu. Karena yah, di sana cewek-ceweknya pada binal."
Galaksi tak menjawab hanya memutar bola matanya jengah. Setelah selesai dengan urusan pakaiannya ia lalu melangkah keluar. Namun di ambang pintu, suara Rangga membuat langkahnya terhenti.
"Lo kenal Dion, Dewa, Zetheera Sekaletta, kan?"
Spontan kepala Galaksi bergerak cepat menoleh ke arah Rangga di belakangny.
"Dan lo kenal?" Nada suara Galaksi berubah menajam.
Tiba-tiba Rangga tertawa. "Kenapa gue harus gak kenal? Letta itu cewek inceran gue yang di jadiin taruhan sama Dewa, cowok emosian yang sok hebat, sok ngelindungin Letta, padahal sadar kalo kemampuan dia ga seberapa."
Mendangar itu, rahang Galaksi tak sengaja tiba-tiba mengeras. "Dan apa urusannya lo ngomongin itu sama gue?"
Rangga lantas tampak memasang pose berpikir. "Balas dendam, mungkin?" ucapnya dengan sebuah seringaian.
"Kalo lo mau balas dendam, lo balas dendam sama mereka. Bukan sama gue yang gaada hubungannya sama mereka bertiga."
Lagi, tiba-tiba Rangga tertawa. "Gaada hubungannya? Setelah gue ngeliat dengan mata kepala sendiri Dewa sama Dion nyebutin nama lo dan Letta pas kemaren mereka balap motor setelah sekian lama. Di tambah dengan amukan Dion dengan mukul Dewa sampe babak belur. Lo bilang itu gaada hubungannya?"
Dan kini, Galaksi benar-benar membalik tubuhnya untuk menghadap Rangga. "Gue menang, lo jelasin tentang Letta yang di jadiin taruhan, kalo gue kalah..." Galaksi menjeda kalimatnya menatap tajam manik Rangga di depannya, "lo ambil motor sport keluaran terbaru punya gue di parkiran."
"WOI JANCUK!" Damar yang sedari tadi diam dengan sifat cueknya akhirnya membuka suara, protes. "Gue mau megang motor lo dikit aja lo udah ngamuk, dan sekarang lo dengan enaknya cem di pantai jadiin tuh motor barang taruhan!"
"Deal!" ujar Rangga dengan seringaian.
"Semoga pulang nanti lo langsung di kubur sama mama lo idup-idup," ujar Damar, lalu melangkah keluar mendahului Galaksi.
...
Ting!
Bersamaan dengan lonceng tanda di mulai itu, dua orang di atas ring langsung mengambil posisi.
Bugh!
Pukulan pertama di lesatkan Galaksi, namun Rangga, dengan gesit membuat tameng dengan kedua lengannya di wajahnya.
Galaksi sadar, laki-laki di depannya bukan orang yang mudah di remehkan, karena dulu, Rangga adalah satu-satunya rival yang bisa membuat Galaksi sedikit babak belur – setidaknya sedikit.
"Lo tahu, dulu gue sering ngebayangin gimana rasanya bibir tipis kemerahan punya Letta."
Mendengar itu, refleks Galaksi mengernyitkan dahinya sehingga sedikit kehilangan fokus dan, bugh! Sebuah pukulan telak tepat mengenai rahang kanannya.
"Ow, lihat. Bahkan seorang Galaksi Abimanyu yang selalu fokus di pertandingan, bisa kehilangan fokusnya karena seorang cewek dengan tubuh mulus kayak Lett—"
Bugh! Bugh! Bugh!
Tiba-tiba Galaksi memukuli Rangga tanpa ampun, membuat wasit dengan cepat menarik Galaksi yang sudah menduduki tubuh Rangga. Setelah terbebas, Rangga kembali berusaha berdiri dan seringaian kembali tercetak di wajahnya.
Mereka berdua kembali maju, hingga bunyi pukulan bergantian kembali terus memenuhi arena. Tak ada yang berbicara, hanya glove mereka yang saling beradu pada kulit rahang dan pelipis untuk saling melukai.
"Dan asal lo tahu, tubuh Letta ternyata lebih manis dari krim coklat kalo lo udah nyicipinnya," ucap Rangga di sela dengan kekehan, membuat Galaksi langsung benar-benar naik pitam.
"BANGSAT SIALAN!"
Bugh! Bugh! Bugh!
Galaksi memukuli Rangga tanpa ampun, bahkan saat wasit berusaha menarik pun, Galaksi terus melakukan pukulannya hingga Rangga di bawah tubuhnya kini hampir kehilangan kesadaran. Saat Damar juga wasit yang kembali menarik tubuhnya dengan sekuat tenaga, barulah cowok itu melepaskan pukulannya.
Dada Galaksi naik turun, emosinya masih berada di ubun-ubun. "Sekali lagi kita ketemu di sini. Nyawa lo abis!" ancamnya, lalu melangkah pergi dengan pikirannya yang entah kenapa kini tiba-tiba tertuju pada seseorang. Letta.
...
"Siap—"
"Letta," ujar Galaksi mematahkan kalimat Letta. Cowok itu berusaha tersenyum yang ia paksa tarik, karena mulutnya yang kini sedikit sobek di sudutnya.
Dahi Letta refleks mengernyit kesal. "Kalo lo luka, lo pulang ke rumah lo, bukan ke rumah gue. Rumah gue bukan klinik pengobatan apalagi rumah sakit."
"Please. Ini sakit banget." Nada suara Galaksi ia buat mengiba yang membuat Letta tiba-tiba langsung menutup pintu rumahnya lagi.
"Lett—"
"Tunggu di luar!"
Galaksi hanya menghela napasnya, kemudian duduk di teras dengan kaki yang tertapak di tanah. Pikirannya beralih pada setiap ucapan Rangga di atas ring tadi, yang lagi membuat dadanya bergejolak marah.
"Mana lukanya?"
Galaksi langsung menoleh dan mendapati Letta dengan nampan yang berisi baskom kecil berisi air, alkohol, obat merah, juga kain kassa.
Tanpa menjawab, Galaksi menghadapkan wajahnya pada Letta, yang kemudian tangan cewek itu mulai terulur untuk memberikan larutan antiseptik di lukanya yang berdarah.
Galaksi tak meringis sedikit pun, toh ia sudah biasa dengan luka seperti itu. Kini matanya hanya menatap lurus pada hazel Letta.
Cewek itu seolah tak peduli dengan tatapan lurus Galaksi padanya, tangannya sibuk mengompres lebam, meneteskan obat merah, juga mengoles salep pada variasi luka Galaksi di wajahnya.
PLAK!
"Cepet sembuh."
"Gimana gue mau sembuh kalo lo malah nambahin nggeplak kepala gue."
Tak peduli, Letta berdiri. "Pulang sana," usir Letta. Setelahnya cewek itu melangkah hendak memasuki rumah membawa serta nampan di tangannya.
"Gue abis tanding, sama Rangga."
Mendengar nama itu, sontak langkah Letta terhenti di tempat. Tapi ia tak menoleh sedikitpun, seolah memang menunggu lanjutan kalimat Galaksi.
"Karena sekarang gue ada di hidup lo, please ceritain ke gue."
"Terus, kalo gue nyeritain ke lo, itu bakal ngulang semuanya?" tanya Letta dengan nada sarkasme. "Itu cuma masa lalu. Dan lo udah ikut campur terlalu jauh." Letta melanjutkan langkahnya yang tertunda. "Lo boleh pulang."
"Asal lo tahu Letta, gue hampir ngebunuh dia tadi, karena lo."
...
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme