Maka, bersikap peduli adalah salah satu dari sekian banyak hal yang mampu menumbuhkan rasa.
- Breakeven ????
"Damar! Handphone gue!"
"Gatra! Idupin senter hape gue cepat!"
Refleks, nama kedua orang yang di panggil itu dengan cepat menghidupkan senter handphone, Damar milik Galaksi, dan Gatra milik Dewa.
Hanya sepersekian detik setelah lampu senter mereka masing-masing di hidupkan, Galaksi juga Dewa menyambarnya cepat, setelahnya langsung berlari ke arah kamar mandi.
"Sialan! Kebiasaan Mang Ojak suka lupa beli token listrik! Gue gibeng juga lama-lama tu orang tua," ujar Galaksi kesal, di sela ia berlari.
Dewa di sebelahnya tak peduli dengan gerutuan Galaksi, wajahnya di penuhi keringat, lantas mempercepat langkahnya.
Brakk!
"ZETEN!" Dewa langsung berteriak saat memasuki kamar mandi, matanya menyusuri seluruh sudut kamar mandi. Berbeda dengan Galaksi, ia tak berbicara apa-apa, langsung mendobrak satu persatu pintu kamar mandi.
"Gue di sini, jangan di buka dulu," lirih, suara Letta terdengar, menghentikan aksi Galaksi juga Dewa.
Spontan, kedua cowok itu mendekati bilik kedua dari ujung, di mana suara Letta berasal.
"Letta, lo ga apa-apa?"
"Zeten! Buka bentar, di dalem gelap. Ini, ambil hape gue. Zeten!" seru Dewa gusar.
"Sabar bosQ. Siapa tau dia lagi boker," celetuk Galaksi, yang di balas dengan tatapan tajam Dewa.
Galaksi merespon dengan kedikkan bahu dan cengirannya, fokusnya lalu kembali teralih pada pintu kamar mandi. "Letta? Lo oke?" tanya Galaksi.
Hening.
"Zeten?"
Hening.
Dewa beralih menatap Galaksi. "Dia tadi sebelumnya kenapa?"
Galaksi tampak berpikir. "Pas kita keluar dari toko buku, dia langsung jongkok sambil megang perutnya kesakitan. Terus dia minta ke apotek bentar. Gue gatau dia beli obat apaan, soalnya gue di suruh nunggu di lu—"
"Shit! Sekarang tanggal berapa?!" Dewa memotong kalimat Galaksi.
"Tanggal dua enam, bul—"
"DIA MENSTRUASI!" Dewa lagi memotong kalimat Galaksi, tapi kali ini dengan bentakan. "ZETEN! BUKA PINTUNYA! ZETEN!" Dewa sudah beralih mengetuk kuat pintu kamar mandi.
Galaksi cengo. "Lah, hubungan dia menstruasi sama lo kayak orang kesurupan gini apaan?" sela Galaksi.
"Gausah banyak bacot! Dobrak pintunya!" tandas Dewa, kemudian langsung mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu bilik kamar mandi itu.
Ceklek... Pintu tiba-tiba terbuka, sebelum Dewa sempat untuk mendobraknya.
"Letta!"
"Zeten!"
"Gal, jaket lo kotor. Maaf. Nanti gue ganti," ucap Letta pelan.
Dewa di sebelahnya tiba-tiba bungkam, tapi tangannya mengulurkan jaketnya yang sempat ia sambar dari tangan Gatra tadi. Namun Letta malah menepisnya, membuat Dewa menarik uluran jaketnya lagi.
Galaksi yang menyaksikan itu mengerutkan keningnya, bertanya-tanya tentang apa yang terjadi antara Letta dan Dewa.
Lantas, tiba-tiba Galaksi merasa telapak tangannya di genggam oleh tangan Letta yang terasa amat dingin. Genggaman itu langsung mengerat, membuat Galaksi menatap Letta.
"Gal, anterin gue sampe depan gedung yang ga gelap aja. Gue mau pulang." Tak menunggu jawaban, cewek itu langsung melangkahkan kakinya, membuat Galaksi ikut melangkah.
Ketika sampai di ambang pintu kamar mandi, Letta menghentikan langkahnya. "Nama gue bukan Zeten, sialan. Jadi jangan bersikap seolah lo pernah dekat sama gue," desisnya, tanpa menoleh ke arah Dewa yang kini menatap kosong pada punggung Letta.
...
"STOP GAL!" seru Letta, saat mereka hampir keluar gedung, membuat langkah kaki Galaksi lantas berhenti.
"Jangan noleh!" seru Letta lagi, saat Galaksi memang hendak menatap Letta yang kini berdiri di belakang cowok itu. Refleks, Galaksi menurut.
"Sekarang tutup mata," titah Letta.
Galaksi mengernyit. "Lo mau ngapain sih?"
"Jangan banyak tanya. Tutup mata cepet!"
Galaksi mendengus, lantas menurut untuk menutup matanya.
"Pokoknya, lo jangan buka mata lo sampe gue bilang baru boleh buka."
"Hmm..." Galaksi merespon dengan dehaman.
Letta menghela napas berat, lantas kemudian berjalan sambil merapatkan jaket Galaksi di sekeliling pinggangnya.
"Ngapain sih? Ini mata gue udah nyut-nyutan lo suruh merem."
"POKOKNYA JANGAN BUKA!" sergah Letta.
"Iya-iya. Ini dari tadi gue merem lo kira melek?" Galaksi mendengus.
Letta lagi melanjutkan langkahnya, namun tiba-tiba rasa remasan sangat kuat mencengkram perut bagian bawahnya, lagi.
"Arghh!" Letta mengaduh kuat, terduduk lagi untuk kesekian kalinya.
Maka, mata Galaksi spontan membuka, dan mendapati Letta yang terduduk beberapa meter jaraknya dari tempat ia berdiri.
"Letta!" Galaksi langsung berlari mendekati cewek itu.
"UDAH GUE BILANG JANGAN BUKA MATA!" bentak Letta, menghentikan langkah Galaksi yang kini tepat berdiri di belakang cewek itu.
Tetapi fokus Galaksi kini malah teralih pada jaketnya yang terdapat banyak bercak kemerahan.
"Iyuuhh... Lo te-be-es ya?" tanya Galaksi dengan wajah geli dibuat-buat, sambil menunjuk jaketnya yang terkena noda darah.
(Te-be-es/tbs, singkatan dari 'tembus'. Maksudnya pas lagi menstruasi, terus darahnya tembus gitu sampe baju. Wkwk. Ngerti kan? Ngerti dong. Good????)
Mata Letta langsung mendelik marah. "SIAL— ARGH!" Umpatan kemarahan Letta tertahan dengan sakit datang bulannya yang semakin menjadi-jadi.
Galaksi lantas langsung berjongkok di depan Letta, dan terkejut mendapati wajah pucat cewek itu.
Grep!
Galaksi tiba-tiba langsung menggendong Letta di depan tubuhnya, membuat Letta mendelikkan matanya lebar.
"Galaksi! Lo bisa kena darahnya," sergah Letta namun dengan nada lemah karena cengkraman di perut bagian bawahnya semakin terasa sakit.
Galaksi tak menggubris, membawa Letta ke arah motornya yang terparkir. Mendudukkan Letta di sana. Setelahnya, Galaksi mengambil posisinya di depan, lalu menstarter motornya.
"Tangan lo," ujar Galaksi.
"Hah?"
"Mana tangan lo? Dua-duanya," ujar Galaksi lagi.
Refleks, Letta mengulurkan tangannya ke depan dari masing-masing sisi pinggang Galaksi. "Kenapa?" tanyanya kemudian.
Tak menjawab, Galaksi memegang kedua tangan Letta lalu meletakkan di atas perutnya. "Jangan ngebantah. Peluk gue, erat-erat."
Poin 2
"Berpelukan selagi dalam batas wajar" yang di tolak dan di coret oleh Letta, akhirnya malah terjadi.
~ Kesalahan pertama ~
Di sudut lain, untuk kesekian kalinya pula, Dewa menatap kosong akan kepergian Letta, bersama Galaksi.
...
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme