Maka yang aku rasakan sekarang adalah perbuatan dan hati yang ternyata bertolak belakang.
- Breakeven ????
"ABANG! Pokoknya ga bakal bunda izinin kalo misal abang belum nyelesain cucian piringnya!"
Galaksi yang sudah rapi dengan setelan ripped jeans dan kaos putih polos, serta parfum yang menguar kuat dari tubuhnya, lantas mendelik lebar.
"SAOLOH BUND—"
PLAK!
"Saoloh! Saoloh! Masya Allah! Ngomong tuh yang bener! Pasti ini ajaran papa!"
"Iya bunda, iya! MA.SYA ALLAH, bun." Galaksi mengulang, mengeja per suku katanya.
"Bunda, abang ingetin kalo bunda lupa. Dari pagi abang udah nyapu, ngepel, nyikat kamar mandi, nyuciin baju bunda, sekarang di suruh nyuci piring lagi. Ini yang jadi pembantu, Bi Ijah apa abang sih bun?!"
"Oh! Udah berani perhitungan sama bunda ya kamu bang! Bunda do'ain kena azab, baru tahu rasa nanti!"
Galaksi berdecak "Tapi bunda, abang udah ada janji sama temen abang, bunda. Kan bunda sendiri yang bilang, kalo ga nepatin janji, itu dosa." Galaksi berusaha sebisa mungkin mengeluarkan rengekan yang sebenarnya menjijikkan jika di dengar.
"Sekali lagi kamu ngelak, uang jajan bunda pot—"
"SIAP 86. LAKSANAKAN BUNDA!"
Ancaman uang jajan di potong adalah hal yang paling mematikan buat Galaksi. Lantas cowok itu langsung melangkah tegap menuju dapur. Mencuci piring kotor yang bertumpuk di sana. Bukan main, papa dan adik Galaksi, a.k.a Jeno, sudah tertawa sangat kencang di ruang keluarga.
"Kalo gini, mending uang gaji Bi Ijah kasih aja ke ab— AW! Iya bun iya! Ga ngeluh! Abang ga ngeluh ini. Aslian! Sakit bunda!" Bunda menjewer telinga Galaksi kuat.
Galaksi membuang napasnya kasar, selalu seperti ini di hari libur. Padahal Galaksi juga pengen bangun siang, nongkrong santai di depan tivi pagi-pagi. Tapi bunda sepertinya memang tak pernah merestui Galaksi untuk melakukan itu semua.
Kadang, jika Galaksi sedang malas-malasnya, ia sudah merencanakan kabur dari malam harinya dengan Damar.
Sekarang, sambil mencuci piring, Galaksi juga sedang memikirkan bagaimana caranya kabur, karena ia sudah berjanji dengan Letta tepat pukul setengah dua, sudah ada di gerbang kompleks, dan sekarang jam menunjukkan pukul satu lewat seperempat, yang berarti lima belas menit lagi.
Galaksi : Letta, mampir sini lah, jemput gue.
Letta : Si anyng.
Galaksi : Gue d suruh bunda nyuci piring, sedangkan lo maksa gue tepat waktu. Kl lo gamau ke sini, bunda pasti nyuruh kerjaan lain juga.
Letta : Sherlock holmes.
Galaksi : Maksud lo?
Letta : SHARE LOKASI GOBLOK!
Galaksi : Gausah ngegas kalilah.
Galaksi send a location.
Letta : Read
"Permisi..."
Suara bel juga panggilan dari pintu mengalihkan perhatian bunda, juga Galaksi yang sekarang merencanakan aksi pelariannya.
"Siapa?" tanya bunda, sembari membuka pintu. Lantas setelahnya mengerutkan dahinya samar, mendapati Letta yang tersenyum simpul ke arah bunda, sambil menggenggam es kiko di tangannya.
Alis bunda bertaut. "Siapa ya?" tanya bunda sekali lagi.
"Pacar Galaksi tante," jawab Letta dengan santainya kayak di pantai.
Bunda menangguk samar, lantas langsung memanggil Galaksi.
"Bang, ada pacar kamu. Kenapa ga kasih tau bun—"
"LARI LETTA!!"
Galaksi dengan cepat langsung menerobos bundanya yang berada di tengah pintu, dan langsung menarik pergelangan tangan Letta pergi dari sana. Letta yang terkejut tak sempat menolak dan langsung mengikuti lari Galaksi.
"ABANG! AWAS YA KALAU PULANG! BUNDA UDAH NYIAPIN AIR MENDIDIH BUAT NYIRAM KAMU!"
Teriakan bunda terdengar semakin samar seiring dengan jarak mereka yang semakin jauh, hingga akhirnya mereka berhenti tepat di dekat rumah Damar yang tak terlalu jauh juga jaraknya dari rumahnya.
PLAK!
"Gila ya lo!" maki Letta, setelah memukul kepala Galaksi. "Sendal gua copot satu goblok!" marah Letta, memperlihatkan sendalnya yang tinggal sebelah, juga jari-jari kakinya yang terlihat lecet.
Galaksi yang sedari tadi mengatur napas langsung membolakan matanya terkejut.
"Lo, lo ga bilang, gue gat—"
PLAK!
Sekali lagi, Galaksi mendapatkan pukulan di kepalanya sangat keras.
"Gimana gue mau bilang, lo lari kayak orang kesetanan!" marah Letta lagi. "Lo juga nyeker goblok! Makanya, kalo mau kabur tuh liat-liat dulu!"
Galaksi menyeka keringatnya. "Sepatu gue udah gue titipin di tempat Damar kok, sama motor gue juga." Galaksi menunjuk rumah Damar dengan dagunya.
Letta berdecak, lantas berjalan dengan terpincang mendahului Galaksi, meninggalkan cowok itu menuju rumah Damar yang hanya berjarak beberapa rumah lagi.
Galaksi memilih diam, mengiringi langkah Letta yang terpincang. "Nanti gue ganti sendalnya. Sans," ujar Galaksi.
Letta tak menanggapi, terus melangkah hingga mereka sampai tepat di depan rumah Damar.
Letta tiba-tiba menghadapkan tubuhnya pada Galaksi. "Pas sampe mall, gendong gue sampe gue nemu sendal."
Dan herannya, Galaksi tak membantah sedikitpun.
...
Bukannya ada di toko sepatu atau sendal, kini Letta dan Galaksi malah masuk ke minimart yang ada di sana.
"Iya aja gue nggendong lo sampe sini cuma mau beli swallow," sungut Galaksi kesal, karena Letta yang sekarang ada di atas punggunya kini tak kunjung selesai memilih-milih warna sendal yang akan di belinya. Padahal di sana cuma ada tiga warna, merah, kuning, dan hijau.
"Mending kita tadi mampir bentar ke warung Mak Jubaedah. Di sana lebih murah, gue ga capek," sungut Galaksi.
"Ya karena di sana lebih murah gue gamau. Kan ini gue di beliin, ngapain nyari yang murah?" celetuk Letta.
Galaksi lantas berdecak. "Anjir bener ya lo!" Gondok juga lama-lama si Galaksi.
Letta seolah tak peduli, hingga pilihannya jatuh pada sendal swallow berwarna ungu. "Udah," kata Letta.
Galaksi menangguk, namun langkahnya kini bukannya menuju ke kasir.
"Mau ke mana lo?" tanya Letta.
"Nyari obat kaki lo," jawab Galaksi. Letta mengangguk.
Sampai akhirnya mereka di meja kasir pun, Letta masih belum mau turun, sehingga perhatian orang-orang yang ada di sana tertuju pada mereka. Wajah Galaksi sudah sedari tadi memasam, sedang Letta malah terlihat tak acuh.
"Turun bentar."
"Gak."
"Lo ga malu?"
"Gue pakek baju, ngapain malu?"
Galaksi berakhir dengan mendesah kasar. Setelah membayar semuanya, ia mendudukkan Letta di kursi tunggu dekat minimart tersebut.
"Ma--"
"Eits. Bentar-bentar." Letta memotong. Galaksi yang sudah berjongkok di depan kaki Letta untuk mengobati Lantas mendongak, menatap bertanya pada cewek itu.
"Karena lo udah ngerusak gue, ini ga gratis dan ga bisa di bayar dengan kata maaf. So, maaf gue terima kalo lo beliin gue es krim itu." Letta menunjuk jualan es krim sundae yang tak jauh dari mereka duduk.
"Iya aja kalimatnya gue "ngerusak" lo. Emang lo kira gue ngambil keperawan--"
PLAK!
"IYA LETT IYA! KITA BELI SUNDAE!"
Percuma cogan, tapi TERTINDAS.
...
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme