Ini seperti bukan aku.
- Breakeven ????
"Bebeb Kal—" Kalimat Dion terputus saat mendapati Dion yang juga mengiringi Letta dan sekarang duduk tepat di samping cewek itu, hingga posisi mereka sekarang berseberangan dengan Dion.
"Galaksi Abimanyu?" tanya Dion, menyipitkan matanya yang di balas oleh Galaksi dengan dehaman.
Dion sekedar menaikkan alisnya, kemudian atensinya langsung teralih pada Letta, terlihat tak tertarik sama sekali dengan kehadiran Galaksi. "Nih beb, bakso Bu Kangen, kesukaannya lo. Gue tetep somay Bu Sayang. Kalo mau nyicip, bilang aja." Dion menyodorkan bakso ke hadapan Letta.
Galaksi yang memperhatikan mereka berdua dengan dahi mengernyit akhirnya membuka suara, "Lo siapanya Letta?"
"Abang—AW! SAKIT KALA!"
"Babu gue." Letta menyambar ucapan Dion setelah memukul kepala cowok itu keras. Lantas kemudian cewek itu melanjutkan makannya. Dion berdecak kesal, mengalihkan atensinya pada Galaksi.
"Galak—"
"Woy Galaksi. Lo di cariin kita-kita, ternyata ada di sini." Sebuah suara mematahkan ucapan Dion, setelahnya ketiga orang yang ternyata adalah teman Galaksi tersebut langsung duduk bergabung dengan Galaksi yang otomatis bergabung dengan Dion dan Letta.
"Ini yang katanya cewek baru lo itu?" tanya salah satu dari mereka dengan nada seolah tak percaya.
"Iya. Gimana? Cocok gak?" Galaksi tiba-tiba mengusak puncak kepala Letta pelan. Seolah seperti gerakan slow motion, Letta menatap Galaksi di sampingnya dengan tatapan seolah hendak membunuh.
"Turunin tangan lo, Letta gasuka kepalanya di pegang-pegang." Dion yang melihat itu langsung berujar, membuat ketiga teman satu ekskul PMR (Palang Merah Remaja) Galaksi menjatuhkan atensi padanya.
"Lah, lo siapanya Letta?" tanya salah satunya yang ber-name tag, Damar Galendana.
Kenapa ga sekalian Damar Galang Dana aja ya? Wkwk.
Tapi, belum sempat Dion menjawab, Letta sudah meliriknya dengan tatapan seolah mengancam jika Dion menjawab "akangnya" lagi.
"Gue babunya." Dion menjawab malas, yang spontan mengundang tawa sangat keras dari ketiganya.
Namun, hanya bertahan beberapa detik hingga Letta berujar dengan nada rendah, "Kalian pergi dari sini, atau ni kuah bakso gue siram ke muka kalian satu-satu?"
Mereka bertiga terdiam, menatap Letta mengernyit.
"MAKANYA! DIEM, GOBLOK!"
Kini, satu kantin yang terdiam.
...
"Jadi, ada apa dengan bebebnya akang Dion yang cantik jelita ini? Kenapa bisa menjadi pacar dari seorang cowok bahenol, Galaksi bohay Abimanyu?" Pengintrogasian ala-ala wartawan tivi dimulai.
"Yon, rokok dong satu," ujar Letta, tak menghiraukan sama sekali apa yang di tanyakan Dion.
Berdecak kesal, Dion menepuk mejanya cukup keras. "Jadi, bebeb Kala yang saya puji sekali lagi nih ya, CAN.TIK JE.LI.TA, nama saya itu Di-on. Di dan On. Bukan "Yon". Dan akangmu ini dengan baik hati sudah mengingatkan entah yang ke berapa kali."
"Oon, minta rokok satu."
Sialan.
"NAMA AKANGMU INI DION, KAL—"
PLAK!
"Gausah bacot. Rokok lo mana?" ujar Letta dengan datarnya, seolah tak merasa melakukan dosa sedikitpun setelah memukul kepala Dion sangat keras.
Dion juga tak mengerti, entah setan apa yang menyuruhnya untuk tertarik pada kepribadian gadis di sebelahnya kini, semenjak mereka bertemu di sebuah taman bermain dulu. Catat, hanya tertarik, tidak lebih. Bagi Dion, Letta yang di panggilnya Kala itu sudah seperti adik sendiri baginya.
Tak mampu untuk membalas pukulan Letta, Dion akhirnya mengeluarkan susu beruang beriklan naga dan menyodorkannya pada Letta.
"Gue sampe nyetok sekardus di rumah, biar lo berhenti ngerokok."
"Bukain."
Benar-benar seperti babu kau Dion.
Dion tak berkomentar apa-apa, lantas membukakan susu tadi dan memberikannya pada Letta yang menerimanya tanpa menoleh sedikitpun, karena sibuk dengan novel usang di tangannya. Setelahnya mereka berdua terdiam, sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Gue cuma pura-pura," tiba-tiba Letta berujar.
Dion tersenyum kecil, dia memang sudah tahu, Letta bukan tipe orang yang mau di paksa akan sesuatu. Ia cukup membiarkannya sampai ia sendiri yang membuka suara.
Cowok itu mengalihkan atensinya pada Letta. "Maksud lo?"
"Gue penasaran." Letta menggantung kalimatnya, tak mengalihkan tatapannya dari novel yang di bacanya.
"Penasaran sama?"
"Apa itu pacaran." Jawaban Letta lantas membuat bola mata Dion sedikitnya membola.
"Maksud lo pura-pura tadi?"
"Gue pura-pura pacaran sama Galaksi, buat uji coba doang gimana rasanya pacaran. Sambil menyelam minum air juga, gue dapet rokok sebungkus sama satu buku per minggu. Lumayan."
Tidak, Dion tidak merasa terkejut sama sekali, ia sudah tahu juga tentang perilaku ajaib dan ada-ada saja dari cewek bernama Letta di sebelahnya ini.
"Tapi kenapa harus Galaksi, Kala?"
"Misal gue pacaran sama Pak Bambang, lo pasti nanya juga 'Tapi kenapa harus Pak Bambang, Kala?', gitu?"
Dion refleks memijat keningnya. "Maksud gue bukan gitu."
"Pertanyaan yang tidak perlu di jawab," gumam Letta, seolah bermaksud, "Gausah bacot lagi".
Dion kalah.
Cowok itu akhirnya menghela napasnya kasar. "Dan juga, kalo ada perlu apa-apa, lo bisa bilang ke gue, Kala."
Ucapan Dion tiba-tiba membuat perhatian kala teralih padanya. "Gue udah merasa cukup dengan apa yang lo kasih ke gue Yon. Lain kali jangan bilang gitu lagi," ucap Letta datar, mengembalikan atensinya pada buku di tangannya.
Dion mengangguk dan tersenyum tipis. "Iya. Gue tau," ujarnya yang terdengar seperti sebuah gumaman. Hingga sebuah nada pesan mengalihkan fokus Dion, cowok itu langsung mengambil lagi handphonenya yang tergeletak di meja, Letta di sampingnya melirik.
"Setau gue, lo jomblo karena ga laku. Dan sekarang frekuensi chat lo seolah bertambah di banding sebelum-sebelumnya. Tebakan gue, lo ada gebetan yang mengalami kelainan mata."
"Iya Kal, teruskanlah mencaci akangmu ini. Akang akan selalu menerima dengan lapang dada."
Letta mengedikkan bahunya tak acuh. "Idiot," gumamnya.
...
Ting...
~ New Message ~
Si Goblok
Gue ada latihan basket abis pulang sekolah. Lo ikut.
Reply ~ Letta
y
Galaksi tersenyum masam, menatap layar handphonenya. "y", jawaban singkat, padat, dan sangat jelas. Jika jawaban itu ditemukan dalam proses pendekatan, saatnya menyerah. Eaaa...
Reply ~ Si Goblok
Nanti muka lo sangar-sangar, banyak banget cewek yang nonton soalnya.
"Gal, lo kok bisa sih pacaran sama cewek tadi? Gila! Serem anjir!" ucap Damar, yang langsung mendaratkan pantatnya di sebelah Galaksi, salah satu dari ketiga cowok yang di semprot Letta di kantin tadi. Galaksi hanya mengedikkan bahu pelan sebagai respon, lebih tertarik melihat tanda centang di aplikasi chattingnya.
"Perasaan mukanya biasa aja deh Gal, gaada bagus-bagusnya. Depan belakang juga datar-datar aja." Damar mengernyit samar, seolah tengah membayangkan apa yang ia ucapkan barusan. "Atau lo emang suka yang datar-dat—"
PLAK!
"Otak selangkangan lo kurang-kurangin," seru Galaksi setelah memukul kepala Damar, membuat cowok itu meringis kesal.
Galaksi mendengus, kembali melihat layar chattingnya yang sekarang lebih mengenaskan lagi.
Read~
...
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme