Rasanya melegakan saat aku mampu mengakui perasaanku sendiri. Kau kapan?
- Breakeven
"Plesternya udah lo ganti?" tanya Letta.
Tak ada jawaban, hanya hembusan angin yang melayang menerpa rambut Letta juga Galaksi. Mereka sedang berada di balkon kamar Galaksi omong-omong.
Tentu saja, jangan tanya bagaimana reaksi bunda Galaksi mendapati wajah anaknya yang seolah berubah tempat letak inderanya - mulut miring pipi, mata menukik ke pelipis, wajah juga beberapa bagian tubuh berubah warna menjadi merah dan biru - anggap saja begitu kiasannya. Bak seekor naga yang memuntahkan lahar api, bunda Galaksi malah menambahi pukulan di kepala putranya itu berkali-kali. Ironis memang.
"Gue udah nanya berulang kali Letta. Kenapa lo malah ke rumah gue dan ga sekolah?"
Kali ini bergantian Letta yang bungkam, ikut menyenderkan lengan di pagar balkon untuk menumpu tubuhnya yang ikut bersender.
"Gal, gue rasa kita selesain semuanya sekarang. Gue udah ga minat lagi jadi pacar pura-pura lo," ucap cewek itu ringan, menghadap halaman samping rumah Galaksi
Tep!
Sepersekian detik, Galaksi telah menghadapkan tubuh Letta padanya, mencengkram kedua bahu cewek itu, tatapannya berubah menghakimi.
"Jawab pertanyaan gue dulu. Kenapa lo ga sekolah?"
"Lepa-"
"Kenapa lo ga sekolah?!" tanya Galaksi dengan nada yang lebih di tekan, memaksa.
"CK! GUE JUGA KENA SKORS! PUAS?!"
Spontan alis Galaksi menukik tajam, semakin memporak-porandakan bening Letta yang sebenarnya sedikit gentar akan tatapan mengintimidasi Galaksi. "Maksud lo?"
"Gue ngaku kalo gue juga ngerokok." Letta balas menatap dengan nada jawaban di buat seolah biasa saja.
"Gue ngaku buat ngelindungin lo, dan lo dengan bodoh-"
"KENAPA LO HARUS NGELINDUNGIN GUE?!" bentak Letta, mematahkan kalimat intimidasi Galaksi. "NYURUH GUE BERHUTANG BUDI SAMA LO?! NYURUH GUE DIEM AJA NGELIAT LO DI HUKUM SENDIRIAN?! NYURUH GUE MERASA BERSALAH SENDIRIAN KARENA PERLAKUAN LO KE GUE?!"
Memang tak ada air mata di pelupuk mata cewek itu. Namun Galaksi tahu, tubuh Letta bergetar. Hanya saja Letta benar-benar mampu terlihat kuat dari hazel kecoklatannya yang seolah ikut mengeluarkan amarah.
Cengkraman Galaksi di bahu Letta terlepas perlahan, tatapan mengintimidasi itu meluruh.
"Alasan lo?" tanya Galaksi dengan nada rendah. "Sekarang apa alasan lo berhenti?"
"Gue cuma pengen selesai aja."
Galaksi berdecak. "Lo gabisa mutusin perjanjiannya gitu aja, Sekaletta." Setelahnya, Galaksi merogoh saku celananya, mengeluarkan kertas lusuh, membukanya kasar. Letta lantas menyipit, memikirkan tentang bagaimana bisa Galaksi seolah terlihat membawa kertas perjanjian mereka ke mana-mana, bahkan saat ia sedang sakit seperti sekarang. Pikiran Letta buyar saat Galaksi mulai membacar kertas lusuh itu.
"Perjanjian dapat berhenti dan di hapuskan kapan saja, sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak setelah sebelumnya di diskusikan terlebih dahulu dengan memberikan alasan yang jelas dan masuk akal. Dan sekarang, alasan lo ga jelas dan ga masuk akal. Dan lagi, gue ga sepakat."
"Terserah lo. Gue balik. Kita selesai," ujar Letta tak peduli, lantas membalik tubuhnya, hendak meninggalkan Galaksi. Namun, belum ada selangkah, Letta tertahan dengan Galaksi yang tiba-tiba menghadang jalannya dan menahan kedua bahu cewek itu.
Galaksi menarik sudut bibirnya, menatap hazel kecoklatan Letta yang kini hanya memandangnya datar.
"Oh. Atau seorang Zetheera Sekaletta takut bakalan ngelanggar poin nomor enam, karena sekarang udah mulai tertarik sama gue?" tanya Galaksi, menyeringai.
Letta memutar bola matanya jengah. "So, gue harus peduli sama tuduhan ga berdasar lo barusan?"
Galaksi mendengus. "Lo ngajak gue buat jadi pacar pura-pura lo karena emang sebenernya lo suka sama gue kan?" tuduhnya lagi, yang membuat Letta langsung menghempaskan kedua tangan Galaksi di bahunya.
"Gal, harus berapa kali gue ngucapin sumpah ke lo kalo gue emang bener-bener ga pernah suka sama lo. Bahkan sampai sekarang, kalo lo mau tau!" Wajah Letta memerah. Dadanya naik turun, menandakan kali ini ia benar-benar merasa kesal pada cowok di depannya. Jika cowok itu sedang tidak sakit saja, mungkin Letta sudah mendamprat kepala Galaksi seperti biasanya.
Namun, yang di dapati Letta bukannya senyum miring atau seringaian yang biasa Galaksi tunjukan, melainkan wajah tak terbaca sedang obsidian cowok itu menatap sangat dalam ke manik mata Letta.
"Ah, berarti gue harus ngakuin. Kalo gue udah kalah."
Letta lantas mengernyit, tak mengerti.
"Gue kalah Letta." Galaksi menjeda kalimatnya, memfokuskan matanya untuk menatap Letta. Galaksi menghela napas kasar. "Karena ternyata, gue duluan yang malah suka sama lo, Zetheera Sekaletta." Galaksi lagi menghela napasnya kasar. "Dan sekarang, gue turutin permintaan lo buat nyelesain perjanjian ini sekarang."
Sreett!
Kertas perjanjian itu terbelah dua.
Pandangan mereka beradu. "Zetheera, ayo kita benar-benar pacaran sekarang.
...
Next...Next... pengen tahu si galaksi sama zetheera menjalani pura-pura pacaran dan tingkah fansnya galaksi melihat mereke berdua.. Hihihihi... ;d
Comment on chapter [2] Sarkasme