Suara nyanyian burung melengking dengan merdunya. Mengiramakan dendangan lagu mesra di pagi hari. Mengikuti sendunya musim hujan yang telah menyapa. Di pagi yang masih pilu itu, gerimis melanda. Turun ke bumi bagai tirai-tirai langit bertebaran lembut membasahi bumi yang di huni oleh manusia-manusia pembuat ulah.
Banyak dari beberapa yang merusak namun berpura-pura baik. Sebaliknya Jaka terlihat merusak tapi sejatinya dia punya keinginan yang besar untuk menjadi seorang yang hebat dan di kenal negerinya. Namun, dia tak tahu cara yang waras kecuali berkelahi dan berkelahi yang dia pikir itu membuatnya terkenal dan hebat.
Masa-masa menunggunya untuk mendapat sekolah sudah usai. Kini dia mendapat tempat sekolah sesuai yang dia mau. Seperti permintaanya pada ibunya jika dia ingin satu sekolah dengan Arum. Tak banyak harapan lain kecuali dia ingin melepas segala cerita masa lalu yang dia bentuk dengan egonya itu. Jaka hidup dengan cara baru, hidup dengan status baru. Menjadi siswa biasa yang rajin seperti yanh dia mau.
Beberapa anggotanya merasa kecewa dengan lepasnya Jaka dari komunitas itu. Bahkan ada yang merasa terkhianati dan ingin membalas dendam dengan alasan Jaka sudah berkhianat.
Apa masalahnya? Itu sangat lucu. Sementara komunitas itu Jaka sendiri yang membangunnya tapi keluarnya dia menjadi luka semua teman-temannya.
Pagi itu. Tanpa sepengetahuan Arum, Jaka mulai masuk ke sekolah Arum.
“Assalamualaikum,” sapa Jaka pada satpam sekolahnya yang baru. Seorang yang pernah bertemu dengannya saat menemui Arum.
“Loh, kamu.” satpam itu heran. Jaka menggunakan topi almamater sekolah tersebut.
“Iya pak. Saya yang dulu.”
“Keponakannya kepala sekolah?”
Jaka mengulum senyum. Dia tetap mengiyakan kebohongan itu.
“Kamu sekolah di sini sekarang? Kenapa?”
“Bosen pak sama sekolah yang dulu. Ceweknya gak ada yang cantik. Gak kayak di sini.”
“Kamu bisa aja. Kamu niat sekolah apa pacaran? ”
“Bapak normal kan?” tanya Jaka.
“Maksudnya?” pak satpam balik bertanya.
“Suka lihat cewek cantik?”
pak satpam ketawa. “Ya iya dong. Ah kamu bisa saja.”
“Alhamdulillah normal.” jawab jaka.
“ Kamu juga suka kan lihat banyak cewek cantik?”
“Saya sukanya lihat satu cewek cantik. Bukan banyak cewek cantik.” Jaka tertawa.
“Wah kamu type cowok setia.” kata pak satpam.
“Jangankan sama cewek. Sama negeri saja saya setia pak.”
“Aiah....gayanya.” respon pak satpam berseloroh.
Setelah perbincangan bersama pak satpam Jaka pamit masuk.
“Masuk dulu pak.” pamit Jaka.
“Oke....” balas pak satpam.
Jaka berjalan menyusuri koridor sekolah barunya. Semua mata mendaratkan pandangan ke arah Jaka. Sudah sangat biasa siswa baru selalu menjadi perhatian khusus karena wajahnya yang memang sangat baru terlebih Jaka termasuk golongan cowok remaja keren, tampan,gagah dan berwibawa.
Banyak yang berusaha mencari perhatian jaka dengan pura-pura menyenggol atau menjatuhkan sesuatu agar Jaka menolong mengambilkannya. Iya jaka memang melakukannya tapi sungguh itu tak membuatnua tertarik. Mata jaka hanya menyusuri jalanan agar menemukan Arum.
Bukan Arum yang di dapat justru cewek ganjen yang dulu pernah dia tanyai dan mengaku bernama Arum.
“Loh kamu yang dulu kan?” cewek remaja itu menunjukkan jari telunjuknya ke arah Jaka.
Jaka diam.
“Perkenalkan aku....”
“Sutejo.” sahut Jaka sebelum cewek itu benar-benar memperkenalkan diri.
“Kau....jangan membuatku kesal.” kata cewek itu.
“Maaf tak maksud.” lalu jaka pergi meninggalkan cewek itu tanpa melihat wajahnya.
Tanpa di undang jaka terus menyusuri jalanan menuju kelas 2 IPA 2. Semua anak masih terus memandanginya seperti barang baru yang antik dan layak untuk di nikmati dengan mata. Sesampainya di kelas Jaka segera menghampiri Arum yang sedang duduk di kursinya.
Jaka duduk tepat di seberang meja Arum. Bukan duduk menyandari kursi melainkan dagunya yang di sandarkan di sandaran kursi. Arum masih belum sadar dengan kehadiran Jaka. Dia fokus membaca sebuah buku.
“Selamat pagi dunia.” salam Jaka.
Arum terkesiap. Dia seolah mengenal suara itu. Perlahan Arum mendongak mencoba memastikan siapa suara laki-laki yang ada di depannya.
“Jaka.” seru Arum.
Semua siswa di kelas Arum menoleh mendengar Arum menyebut nama siswa baru yang belum semua orang mengenalnya.
Jaka tersenyum.
“Kau pindah sekolah ke sini?” tanya Arum penasaran.
“Seperti itulah.”
“Kenapa?” tanyanya sekali lagi.
“Bosan sama sekolah yang dulu. Gak ada cewek cantiknya.”
“Serius Jak.”
“Ntar botak.”
“Jaka.... ” seru Arum sedikit kesal.
“Aku sengaja pindah. Pengen emmm.... ”
“Pengen apa?”
“Rahasia.” Jaka tertawa.
“Kau selalu begitu Jak. Membuat orang merasa penasaran.”
“Asal gak mati penasaran.” sahut jaka.
Arum diam. Jaka masih memandangi Arum dengan kedua matanya yang tajam itu.
“Sengaja pengen deketan sama kamu. ” bisik Jaka lirih.
“Apaan sih Jak.” sahut Arum.
Tiba-tiba suara bel terdengar nyaring. Jaka pamit keluar karena itu memang bukan kelasnya.
“Rum aku pergi dulu. Sampai ketemu nanti.” Jaka melambaikan tangannya dan Arum hanya diam.
Jaka menyisakan aroma parfum yang menguar di udara. Entah mengapa hari itu Arum baru tersadarkan. Selama ini dia mencium aroma parfum jaka dan mencoba menebak-nebak di mana dia menciumnya.
“Aku seperti mengenal parfum itu. ” Kata Arum lirih. “Oh tidak. Bukannya pabrik gak bikin cuma satu.” gumamnya lagi.
Tiba-tiba datang seroang teman perempuan Arum.
“Kau mengenal dia?” tanyanya.
Arum memandang perempuan itu dengan diikuti anggukan.
“Cowok menyebalkan itu.” katanya.
“Dia baik kok.” balas Arum.
“Baik apanya.” kilahnya.
“Kenapa begitu?” tanya Arum.
Ternyata. Temab Arum yang bernama Gadis ini adalah cewek yang pernah bertemu dengan Jaka dam di katain Sutejo.
“Dia ngatain aku Sutejo.”
Arum tertawa. “Kok bisa?”
Gadis menceritakan kronologinya. Arumpun tertawa lagi.
“Sepertinya dia menyukaimu.”
“Entahlah.” Arum menggeleng.
“Lha iya. Masa aku cewek secantik gini di cuekin. Sakit reeekkkk..Biasanya aku yang nyuekin cowok..”
Rek bahasa malang. Panggilan seorang anak (Arek)
Arum tertawa lagi.
“Wah rugi kau rum kalau gak mau sama dia.”
“Ruginya?”
“Dia cowok menawan.” bisik Gadis ke telinga Arum.
Arum tersenyum saja.
“Kalau gak mau buat aku saja.” kata Gadis.
“Emang dia barang.”
“Barang hidup.”
“Lha iya masa barang mati.”
Arum tertawa lagi.
Hari itu Arum tahu Jaka telah pindah ke sekolahnya. Meski banyak berputar-putar di kepala Arum pertanyaan tentang alasan kenapa Jaka pindah kesekolahnya namun tak sempat terucap oleh Arum. Rasa ingin tahu itu berlomba dengan rasa senangnya yang diam-diam dia pendam tanpa sepengetahuan Jaka.
Arum yang selama ini menganggap Jaka hanya seorang temannya dari sekolah lain dan menganggap cowok yang hanya suka lelucon mulai merasakan rasa berbeda menyelinap diam-diam dalam batinnya. Rasa itu membuat Arum sulit mengartikannya. Meski diam,dia bisa merasakan rona bahagia itu sudah merasuki jiwanya.
####
Jam sekolah berdentang keras di pukul 2 siang. Itu adalah pertanda bahwa sudah saatnya pulang sekolah. Jakapun bersiap-siap untuk mengambil motornya. Suara motor itu meraung keras menyusuri jalanan menuju keluar sekolah. Sampai di depan gerbang Jaka berhenti. Ada pak Satpam yang menyapanya.
“Ada apa? Kok berhenti.” tanyanya.
“Lagi nyegat cewek cantik pak.”
“Kau ini baru sekolah di sini sudah berani nyegat cewek cantik.”
“Kenapa memangnya,gak boleh pak?”
“Ya gak apa sih. Tuh lihat di sana.” pak satpam menuding seorang remaja laki-laki.
Jaka melihatnya. Pun jaka seperti mengenalnya. Jaka terus mengamatinya lagi.
“Kenapa pak dia?”
“Dia idola cewek-cewek di sini.”
Jaka masih melihatnya penasaran. Dan ternyata anak remaja itu adalah Herman mantan kekasih Arum.
“Oh dia.” Jaka tersenyum.
“Kalahin dia dulu baru kau bisa jadi idola cewek-cewek di sini.”
“Saya gak maksud jadi idola pak. Tapi saya maksud ingin dapat satu cewek di sini.”
“Ach...munafik kau.” kata pak Satpam.
“Mau banyaknya seribu,sejuta,semilyar yang di miliki seseorang. Tetep aja statusnya cewek kan pak. Ngapain banyak-banyak sih, satu aja namanya juga tetep cewek. Gak ada bedanya.”
“Iya sih, tapi kan rupanya beda-beda.”
“Bisa kok pak di bikin beda-beda.”
“Gimana caranya?”
“Tinggal di tempelin aja foto cewek lain. Beda kan. Besoknya kalau bosen di ganti lagi tempel foto yang lainnya.”
“Haha...bisa saja kau ini.”
“Eh dia sudah dateng pak.” bisik Jaka. Arum sudah tampak berjalan keluar.
“Oh jadi dia yang kamu taksir.”
Jaka tersenyum.
“Kurang berkelas.” kata pak satpam.
“Nanti aku yang bikin dia jadi berkelas.”
“Emang bisa?” tanya pak satpam agak meremehkan Jaka.
“Do'akan.” kata Jaka. Lalu dia menstarter motornya dan menghampiri Arum.
Arumpun terkejut Jaka berhenti di depannya.
“Hai” sapa Jaka.
“Oh hai.”
“Ada ojek gratisan. Mau?” tawar Jaka.
“Berapa kali gratisnya.”
“Banyaaaaaaaaakkkk.... ” kata Jaka.
“Berapa banyak?”
“Banyaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkk.” katanya lebih panjang. “Mau lebih banyak lagi?”
“Gak.” jawab Arum singkat.
“Ayo... keburu ganti tahun.”
“Masih lama Jak.” kilah Arum.
“Kan kalau sama kamu waktu serasa singkat.”
Arum tersenyum.
“Kemana aja kamu beberapa bulan ini?” tanya Arum.
“Kenapa? Kau rindu?”
“Emmmm gimana ya..... ” kalimat Arum menggantung.
“Ya udah jangan rindu kan udah ketemu. ”
Arum tersenyum tipis.
“Aku suka.” celetuk Arum.
“Suka apa?”
“Suka udah ketemu lagi sama kamu.” kata Arum agak malu-malu.
Jakapun tersenyum mendengar itu.
“Boleh ku ajak kau main?” tanya Jaka. “Eh pamit dulu sama bapakmu.”
“Main kemana?”
“Main ke surga indah percintaan.”
“Mulai deh.”
“Hahaa....”
“Aku pamit dulu deh sama ibuk.” kata Arum.
“Mau apa?”
“Mau minta bonceng anaknya.” Arum tertawa.
“Di ijinin.”
“Eh emangnya situ ibuk.”
“Ehm... ” Jaka berdahem. “Iya nduk,naik aja.” ujar Jaka menirukan gaya ibunya.
Arum tertawa.
Jakapun menganggukan kepalanya pertanda agar Arum segera naik ke motornya.
Semua siswa melihat keakraban Arum dan Jaka. Sungguh tak menduga si Arum yang biasa saja bisa langsung dekat dengan siswa baru yang notabennya sudah mendapat stempel kategori cowok keren.
#####
Hari itu terasa berbeda untuk Jaka. Dia tak lagi merasa enggan,ataupun diam-diam hanya unfuk menemui Arum. Meski satu hal yang masih mengganjal yaitu tentang masa lalunya yang disimpan olehnya rapat-rapat.
“Kau kenapa pindah ke sekolahku Jak?”
“Pengen deketan sama kamu. Jadi gak usah jauh-jauh jemputnya.”
“Aku serius. ”
“Aku juga serius.”
“Pasti ada alasan lainnya.”
“Apa ya?” jaka seolah memutar-mutarkan kalimatnya. Tak ada yang tahu rumor tentang dia di keluarkan dari sekolah karena berkelahi.
“Pasti kamu nakal ya.”
“Semua anak laki-laki pasti nakal.” kilah jaka.
“Iya suka berantem.”
“Wajar rum cowok. Kalau gak berani berantem. Banci namanya. Kamu suka cowok apa banci?”
“Kalau banci gimana?”
“Ya udah aku jadi banci aja.” kata Jaka. “Eke banci boook” jaka menirukan gaya banci di atas sepeda motornya. Arumpun tertawa .
“Kau pasti melakukan itu.” kata Arum lagi. Maksudnya berantem.
“Kalau gak ada cowok yang suka berantem. Belanda gak akan pergi, jepang gak akan menyerah”
Arum tersenyum. Dia mengiyakan kalimat jaka dalam senyum yang terulum.
“Makanya kamu harus bersyukur dengan pahlawan-pahlawan itu.”
“Iya syukur. ” jawab Arum
“Kalau tidak kita gak akan bertemu.”
“Kalau gak ketemu sama aku sekarang.”
“Ya udah cari cewek lain aja.”
“Ah jaka.” Arum mendesah.
“Kenapa? cemburu?”
“Ya maksudnya jawab apa gitu yang lucu. Aku suka leluconmu.”
“Tapi aku gak suka membuatmu jadi lelucon. ” Kata Jaka.
Mendengar itu. Arum semakin merasa keseriusan jaka dengan perasaannya sungguh hebat. Tak banyak lagi yang ingin Arum katakan kecuali dia senang Jaka pindah sekolah di tempatnya.
Sejak hari itu mereka sering pulang pergi sekolah bersama meski mereka bukan sepasang kekasih. Arum masih menganggapnya sebagai teman biasa yang selalu membuatnya merasa nyaman dan damai.
Forever Love
2945
936
6
Romance
Percayalah cinta selalu pulang pada rumahnya. Meskipun cinta itu terpisah jauh bermil-mil atau cinta itu telah terpisah lama. Percayalah CINTA akan kembali pada RUMAHNYA.
Nobody is perfect
12139
2173
7
Romance
Pada suatu hari Seekor kelinci berlari pergi ingin mencari Pangerannya. Ia tersesat, sampai akhirnya ditolong Si Rubah. Si Rubah menerima si kelinci tinggal di rumahnya dan penghuni lainnya.
Si Monyet yang begitu ramah dan perhatiaan dengan si Kelinci. Lalu Si Singa yang perfeksionis, mengatur semua penghuni rumah termasuk penghuni baru, Si Kelinci. Si Rubah yang tidak bisa di tebak jalan pikira...
Babak-Babak Drama
421
287
0
Inspirational
Diana Kuswantari nggak suka drama, karena seumur hidupnya cuma diisi itu. Ibu, Ayah, orang-orang yang cuma singgah sebentar di hidupnya, lantas pergi tanpa menoleh ke belakang. Sampai menginjak kelas 3 SMP, nggak ada satu pun orang yang mau repot-repot peduli padanya. Dian jadi belajar, kepedulian itu non-sense... Tidak penting!
Kehidupan Dian jungkir balik saat Harumi Anggita, cewek sempurna...
Story Of Me
3192
1148
6
Humor
Sebut saja saya mawar .... Tidaak! yang terpenting dalam hidup adalah hidup itu sendiri, dan yang terpenting dari "Story Of me" adalah saya tentunya. akankah saya mampu menemukan sebuah hal yang saya sukai? atau mendapat pekerjaan baru? atau malah tidak? saksikan secara langsung di channel saya and jangan lupa subscribe, Loh!!! kenapa jadi berbau Youtube-an. yang terpenting satu "t...
You Can
994
630
1
Romance
Tentang buku-buku yang berharap bisa menemukan pemilik sejati. Merawat, memeluk, hingga menyimpannya dengan kebanggaan melebihi simpanan emas di brankas. Juga tentang perasaan yang diabaikan pemiliknya,
"Aku menyukainya, tapi itu nggak mungkin."
NAZHA
397
297
1
Fan Fiction
Sebuah pertemuan itu tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanya pasti punya jalan cerita. Begitu juga dengan ku. Sang rembulan yang merindukan matahari. Bagai hitam dan putih yang tidak bisa menyatu tetapi saling melengkapi.
andai waktu bisa ku putar ulang, sebenarnya aku tidak ingin pertemuan kita ini terjadi --nazha
The War Galaxy
11258
2330
4
Fan Fiction
Kisah sebuah Planet yang dikuasai oleh kerajaan Mozarky dengan penguasa yang bernama Czar Hedeon Karoleky. Penguasa kerajaan ini sungguh kejam, bahkan ia akan merencanakan untuk menguasai seluruh Galaxy tak terkecuali Bumi.
Hanya para keturunan raja Lev dan klan Ksatrialah yang mampu menghentikannya, dari 12 Ksatria 3 diantaranya berkhianat dan 9 Ksatria telah mati bersama raja Lev. Siapakah y...
Kenangan Masa Muda
5727
1617
3
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu.
Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...